2-1. Aku Firza

Yah, dia udah dipanggil duluan, belum juga tau namanya. Mungkin memang bukan jodohku, jadi ya sudahlah. Padahal perempuan tadi cantik juga. Dan sekarang... sial! Mana ponselku lowbat lagi, pasti bakal bosen kalau nunggu di sini lebih lama.

"Nomor antrian B 210, silahkan menuju ruangan." Sebuah suara dari koridor terdengar sekaligus mengejutkanku, karena inilah yang aku tunggu-tunggu daritadi, akhirnya nomor antrianku telah dipanggil.

Eh, tunggu dulu, bukannya perempuan tadi... baru saja pergi, 'kan? Apa aku bisa mengejarnya untuk mengetahui namanya? Yakin?

Aku terus bertanya pada diriku, pada akhirnya aku jadi percaya diri nih. Jadi, aku memutuskan untuk pergi berlari mengejar bidadariku yang sudah duluan pergi. Dan sekarang juga sudah larut malam, mungkin tidak apa-apa berlari di koridor sekarang.

Dengan semangatnya aku mulai berlari, berharap bertemu dengan perempuan yang menemaniku di ruang tunggu tadi.

Di tengah perjalanan... aku tidak terlalu merasa janggal, walau koridor sangat sepi, bahkan aku tidak bertemu dengan satu pun orang, bahkan seorang suster sekalipun.

Tidak peduli! Akhirnya aku melihat sebuah lift, dan di dalamnya tampak seorang perempuan baru saja masuk ke dalam. Aku yakin yang masuk ke dalam lift adalah perempuan tadi, jadi aku mempercepat langkahku, kemudian menghadang pintu lift yang hampir tertutup. Hahaha... pintu lift yang sudah aku hadang tidak jadi tertutup!

"Eits! Aku masuk duluan, nomor antrianku 210 nih, jadi..." Aku bersemangat, tapi aku tidak melanjutkan kalimatku karena sebuah suara langkah kaki di koridor dengan bernuansa seram menyita perhatianku.

Memperhatikan koridor kosong, tiba-tiba lampu yang menyala terang perlahan mulai meredup.

Hah?! Aku terkejut sekaligus ketakutan. Aku pernah melihat hal seperti ini di film-film horor yang aku tonton, dan tentu saja akan keluar makhluk halus setelahnya. Oh iya! Aku jadi ingat, bukannya perempuan di dekatku punya mata batin?

"Kenapa ini? Kamu tau sesuatu?" tanyaku, tapi dia tidak menjawab. Apa mata batinnya tidak bekerja?

Alih-alih menjawab, dia malah terdiam dan sedikit melengos, tapi tatapannya yang tajam tetap melihat ke arah luar lift.

Tunggu, dia tidak ingin mempersilahkan masuk seekor makhluk halus ke dalam lift, 'kan? Ayolah! Dia hanya diam! Atau dia tidak bisa bergerak karena ketakutan? Ah, aku harus mencoba sesuatu. Bagaimana dengan tombol pintu di lift? Aku terus menekannya tapi...

"Aduuhh... ini kok nggak bisa ditutup sih?!" Ujarku, karena tombol lift tidak bereaksi setelah aku terus-menerus menekannya dengan histeris.

Tidak ada reaksi dari apa yang aku kerjakan! Dan tiba-tiba saat fokusku beralih dari tombol-tombol di lift menjadi ke arah koridor di luar lift, aku melihatnya... sudah berdiri seseorang di tengah-tengah koridor. Keringat dingin di tubuhku langsung bercucuran. Aku merasa bahwa aku harus tidak bergerak agar bisa selamat dari sini.

Ini sudah nggak harviah! Nggak normal dan janggal!

Puncaknya dari kejadian ini... tiba-tiba seluruh lampu koridor mati secara bersamaan, seolah orang tadilah yang mematikannya. Hanya lampu lift yang menyala?

Tiba-tiba sebuah tubuh keluar dari kegelapan, kemudian masuk ke dalam lift ini. Seorang wanita?! Dia berhenti dan berdiri di sampingku, membuat kakiku gemetaran, kakiku sangat lemas sekali.

Dia berdiri membelakangi perempuan cantik dengan mata batin tadi, perempuan tadi hanya diam seolah memang tau semuanya. Sedangkan si wanita misterius yang baru muncul dari kegelapan, dia setengah menoleh ke belakang dan wajahnya membelakangiku. Jadi, aku hanya bisa melihat rambut belakangnya yang terikat kuncir kuda.

"Tadi kita ada di lantai satu, kenapa sekarang kita ada di lantai tiga bel-" Kalimatku terpotong oleh hal yang aku takutkan.

"Firza... seorang manusia biasa..., mulai saat ini... JANGAN GANGGU URUSANKU DENGAN LISA!!" Teriakannya mengakhiri ini.

◐Keluar Dari Mimpi Buruk◑

"HAAAHH!!" Aku terkejut, terbangun dari mimpi burukku. "Hah... huuufftt... cuma mimpi buruk? Aduuh... kepalaku..."

Pusing... aku kenapa? Mimpi buruk yang aneh. Aku mencoba mengatur napas untuk mengingat mimpiku lagi. Kurasa... aku pernah mengalami kejadian sama yang ada di mimpiku, tapi bukan seperti itu (di mimpi) endingnya. Endingnya kayaknya salah deh, tapi... ah aku lupa! Kurasa kejadian nyata di lift itu... berbeda dengan apa yang ada di mimpiku. Mimpi yang benar-benar buruk.

Ya sudahlah lupakan saja, itu adalah kejadian lama yang aku tidak ingat. Aku tidak ingat hari apa ketika kejadian di lift itu, yang kuingat hanyalah... tidak ada, hanya samar-samar. Jadi, ya lupakan saja!

Sekarang sudah pukul... astaga! Jam di ponselku menunjukkan kalau sekarang sudah pukul 06.12! Aduuhh... kenapa Ibu nggak bangunin aku ya? Aku bakal terlambat masuk sekolah kalau kayak gini jadinya! Dan sekarang... tunggu, d-di mana buku Pr Matematika milikku? Aku ingin mengerjakan Pr di sekolah saja!

Aha, aku mendapatkannya!

Setelah mengambil buku Pr Matematika milikku yang berada di bawah selimut, aku langsung memasukkannya ke dalam tas agar tidak lupa. Setelah beres dengan tasku, aku lanjut untuk persiapan lainnya sebelum berangkat sekolah seperti, mandi, dan sarapan.

Tapi saat selesai mandi, aku meludah ke ujung wastafel karena merasa ada yang janggal dengan mulutku. Dan alhasil, aku mengeluarkan darah dari mulutku. Ludahku berisikan darah? Entahlah.

Tidak ada yang mengetahui hal ini di keluargaku, selain diriku sendiri. Terakhir kali aku ke rumah sakit, hanya untuk memperiksakan mulutku yang setiap pagi penuh darah. Tapi saat dicek ke dokter dengan menggunakan peralatan canggih maupun biasa-biasa saja, dia mengatakan bahwa tidak ada yang salah denganku, alias aku baik-baik saja dan sehat. Sementara aku akhirnya tidak kontrol ke rumah sakit lagi, karena menurutku itu akan percuma saja.

Sudah sekitar 2 atau 3 bulan yang lalu.

Semoga saja aku baik-baik aja, selagi orang tuaku tidak mengetahui hal ini, mereka tidak akan khawatir.

"Firza! Ayo sarapan dulu!" Teriak Ibu dari ruang makan.

"Siap, Bu! Sebentar, aku nanti ke sana," jawabku di dapur depan wastafel, kemudian bergumam. "Aku nggak bakal ceritain ini ke orang tuaku..."

◐◐◐

Kupikir aku bakal ngarjain Pr di sekolah, tapi nyatanya... malas! Teman sekelasku banyak yang sedang mengerjakan Pr, tapi aku memilih untuk bersantai di bangku kursiku.

Aku duduk paling belakang tapi tidak di pojok. Sebenarnya ada kursi lagi di belakangku yang kosong, tapi ketika aku duduk di sana, aku selalu di suruh maju oleh guru karena tempat duduk di depannya kosong. Ya sudah deh, akhirnya aku duduk di tempat ini. Lagipula, jumlah murid di kelas sedikit dan tidak akan ada yang duduk di belakangku.

"Fir, boleh duduk di sampingmu, nggak? Soalnya Atma nggak masuk hari ini!" Ucap Dexter, dia ketua kelasku sekaligus teman paling dekatku di kelas.

"Tuh, kayaknya Febi juga duduk sendirian, soalnya Anie biasanya berangkat awal, tapi sampai sekarang belum datang juga. Pembelajaran sudah hampir dimulai, kayaknya emang Anie nggak berangkat sekolah!" Aku mengelak.

"T-tapi Febi perempuan! Mending-mending duduk sendiri-" Ujar Dexter terpotong.

Krrrrrrriiiiiiinnggg... krrrrrrriiiiiiinnggg... krrrrrrriiiiiiinnggg...

Terpopuler

Comments

boemi jawa

boemi jawa

😘😘😘

2022-09-08

2

Indang Hartatik

Indang Hartatik

ლ(^o^ლ)

2022-08-20

1

Indang Hartatik

Indang Hartatik

😗

2022-06-18

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!