Laki-laki asing itu menatapku bengong karena sebuah suara memanggil namaku dari koridor.
Aku pun pergi meninggalkannya tanpa memberitahu namaku terlebih dahulu, karena kupikir kami tidak akan bertemu lagi, jadi buat apa berkenalan sekarang?
Aku lanjut berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke arah laki-laki asing bernama Firza itu, yang hanya duduk manis di ruang tunggu di larut malam ini. Sepertinya dia akan baik-baik saja, aura positifnya mungkin bisa melindunginya dari makhlus halus.
Terlepas dari ruang tunggu dan laki-laki asing itu, kini aku berjalan sendirian di koridor menuju ke lift. Sendirian dan sepi di sini, hanya ada beberapa suster yang aku temui di perjalanan menuju lift, dan itu bisa aku hitung dengan jari di satu tangan. Benar-benar larut malam ya? Aku harap tidak ada kecelakaan larut malam yang membuat suasana rumah sakit berubah menjadi ramai dan penuh tangisan.
Sesampainya di lift, masih tetap sendirian.
Aku menekan tombol lantai 3 di lift, tapi beda cerita dari yang kukira kalau aku akan sendirian, karena tiba-tiba terdengar suara langkah kaki larian seseorang yang dari awalnya samar-samar, perlahan semakin keras terdengar.
Apa seseorang akan datang sebentar lagi?
Aku tidak merasakan firasat buruk dari langkah kaki cepat ini, bukan dari orang ini, tapi apa yang ada di belakangnya! Sebuah tangan lalu muncul.
"Eits! Aku masuk duluan, nomor antrianku 210 nih, jadi..." Ternyata dia, laki-laki asing tadi yang bernama Firza, dia menghentikan pintu lift yang akan tertutup, namun...
Sesuatu yang aku bicarakan ada di belakang Firza akan muncul. Tidak, bukan sesuatu, tapi itu adalah seseorang.
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar. Suara langkah di koridor yang sunyi itu terdengar keras hingga berhasil membuat Firza menghentikan ucapannya yang terdengar senang bertemu denganku.
Lampu koridor seketika mulai meredup, aura yang sangat kuat. Aku tidak menyangka aura seperti ini bisa mengikuti aura positif milik Firza. Seseorang dengan aura jahat akan muncul sebentar lagi.
"Kenapa ini? Kamu tau sesuatu?" tanya Firza, tapi aku tidak menjawabnya. Aku mengalihkan wajah namun masih melirik ke luar lift yang nantinya akan kedatangan tamu. "Aduuhh... ini kok nggak bisa ditutup sih?!"
Berkali-kali Firza menekan tombol pintu lift agar bisa tertutup, tapi tidak ada reaksi, seolah lift telah diblokir dari luar.
Ini... membuatku kesal, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Lampu di dalam lift bahkan masih menyala terang, alias juga tidak akan terjadi apa-apa di lift ini selain seseorang akan datang. Apa seseorang itu... dia memang manusia?
Firza akhirnya diam, matanya terbelalak dan sangat syok melihat seorang perempuan berdiri tepat di tengah koridor. Lampu koridor yang redup, tiba-tiba semua mati begitu saja ketika aku dan Firza melihat dengan jelas ke arah perempuan itu.
Semua lampu mati, kecuali lampu di dalam lift ini. Keringatku sudah bercucuran untuk menunggu kedatangan manusia dengan aura jahat ini.
Dari kegelapan koridor, akhirnya dia muncul!
Seorang perempuan masuk ke dalam lift bersama kami. Dia berhenti melangkah, kemudian berbalik badan membelakangiku, menghadap keluar lift. Firza masih tetap diam di sana, di depan tombol lift. Tubuhnya tidak bisa berdiri dengan tegap.
Tidak ada yang menekan tombol lift, tapi tiba-tiba pintu lift tertutup sendiri dengan angka lantai bertuliskan 13 menuju ke 11.
"Akhirnya... murid kesayanganku mengunjungiku, Lisa. Kejadian yang telah berlalu, tidak usah diungkit." Ucap perempuan itu, dialah Bu Dewi, berdiri membelakangiku dengan kepala yang setengah menoleh ke arahku, mengajak berbicara sembari lift turun dari lantai 13 menuju ke 11.
"Tunggu... loh kok... murid? Terus... bukannya tadi kita ada di lantai 1, kenapa sekarang kita ada di lantai 13?" Firza bergumam polos, kakinya gemetaran.
Tidak ada yang menjawab Firza, karena dia sedang berbicara sendiri. Sementara aku yang tadinya melirik ke arah Bu Dewi, kini tidak sama sekali. Pandanganku mulai tidak teratur ke salah satu sudut lift, seluruh emosi dalam diriku campur aduk di sini hanya karena kedatangan Bu Dewi yang tak diundang.
"Apa kamu rindu padaku?" tanya Bu Dewi lalu tertawa. Aku kembali melirik ke arahnya tanpa mengatakan sesuatu.
Suasana di sini sangat hening, hanya Bu Dewi yang berbicara sambil membelakangiku, namun dengan kepala yang masih setengah menoleh ke arahku. Firza yang terpaksa ikut terlibat di sini, masih tak bergerak karena takut, matanya tak bisa berhenti untuk melihat ke arah Bu Dewi.
"Dengar..." Bu Dewi ingin menjelaskan sesuatu, tapi sepertinya tidak jadi. "Oooohhh... detak jantungmu, aku bisa mendengarnya. Kamu marah, ragu, dan... apakah itu rasa bersalah, mungkin?"
Aku tidak menjawabnya, karena apa yang dia katakan benar dan aku sudah menduganya. Dengan aura sekuat itu... aku benar-benar merasa menyedihkan.
"Hahaha... gadis yang malang!" Lantai 11 akhirnya sampai, kemudian pintu lift terbuka dan Bu Dewi pun mulai melangkah berjalan keluar. "Hei, Firza! Jangan ganggu urusan kami atau kau akan hidup penuh dengan ketakutan. Camkan itu!"
Bu Dewi berhenti sebentar hanya untuk memperingatkan itu, kemudian kembali berjalan ke depan, sementara tekanan mental Firza semakin menjadi-jadi.
Aku tidak tau kenapa Bu Dewi memperingatkan ini pada orang asing seperti Firza, padahal dia orang yang tidak tau apa-apa tapi tiba-tiba harus terlibat dalam masalah ini.
Apa Bu Dewi juga merasakan aura positif Firza yang kuat itu? Apa dia berpikir bahwa Firza bisa mengusik rencana jahat Bu Dewi?
Keluar dari penasaranku yang singkat.
Tampak koridor lantai 11 yang sangat sepi, sunyi, dengan lampu yang redup. Bu Dewi berjalan ke arah sana dan tiba-tiba lampu koridor berkedip berkali-kali dengan nuansa horor. Hingga akhirnya ia menghilang ketika lampu mati, dan tak terlihat lagi ketika lampu menyala, seolah ditelan kegelapan dengan cepat.
Seakan koridor lantai 11 telah mendapat energinya, lampu-lampu di sana tidak berkedip lagi setelah Bu Dewi menghilang. Pintu lift pun kembali tertutup, lalu lift mulai turun menuju ke lantai 3 untuk tujuanku dan Firza.
Kejadian tadi... sepertinya kami dipindahkan ke lantai 13, sementara tujuanku dan Firza yang sebenarnya adalah lantai 3.
"K-kenapa... d-dia tau namaku? T-tadi... s-siapa?? D-dia tinggal di sini?! A-apa kamu tau sesuatu?!" Firza bertanya-tanya dan terdengar ketakutan sembari masih menatap ke arah kepergian Bu Dewi.
"Bu Dewi." Aku menjawab, arah mataku sama seperti Firza, lalu aku melengos saat Firza menoleh ke arahku.
(POV kembali ke Firza)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Viona Hariasti
aq gak bisa baca 🤦🤦😁😁
2023-10-18
0
🍾⃝ͩᴢᷞᴜᷰɴᷡɪᷧᴀకꫝ 🎸🎻ଓε🅠🅛⒋ⷨ͢⚤
aku ikut tegang 🤧🤧 bikin takut ja partai nih
2023-09-24
0
Heny🥀
masih Lum paham ...lanjuut thor
2023-07-18
0