Bab 5. Kegiatan Dinda Di Waktu Sore

"Kenapa berhenti di situ? Ayo!" Ajak Mahmud sambil menoleh ke belakang.

"Itu bukan ular?" 

"Masih pingsan ularnya! Kan baru saja jatuh. Cepetan sebelum hidup lho!"

"Apa!" Dinda langsung berlari mengejar Mahmud yang sudah berada beberapa meter di depannya.

"Takut?" 

"Iyalah."  Dinda ngos-ngosan setelah berlari.

Mahmud memegang telapak tangan Dinda. Dingin!

"Beneran takut?" Tanya Mahmud.

"Iya. Siapa sih yang nggak takut sama ular, kalau di gigit bagaimana?"

"Ada tuh yang nggak takut, si Panji."

"Panji si pawang ular, yang di tv itu,"

Dinda baru sadar kalau tangannya digenggam Mahmud.

Mahmud merasa bersalah banget sudah ngerjainya sampai ketakutan kayak gini.

"Pak, lepasin!"

"Nggak mau!"

"Pak!" Mahmud malah semakin mengeratkan genggamannya.

Membuat degup jantung Hati Dinda semakin nggak karuan. Untung berada di jalan yang remang-remang, jadi nggak nampak jelas wajah Dinda yang sudah merah padam itu.

Dinda mempercepat langkah kakinya.

"Kenapa sih cepat-cepat? Tanya Mahmud yang masih menggenggam tangan Dinda.

"Sudah malam." sahut Dinda.

Mahmud menghentikan langkahnya, membuat Dinda juga berhenti karena tangannya digenggam Mahmud.

"Aku ingin lebih lama bersamamu, tahu nggak sih?" Bisik Mahmud di telinga Dinda.

Membuat bulu kuduk Dinda meremang.

"Apaan sih, lepasin!" Dinda melotot ke arah Mahmud. 

"Hhh…," Dinda menghela nafas kasar.

"Dasar Mahmud, maunya apa, sih? Coba kalau bukan tamu perusahaan ini, sudah ku tendang dari tadi!" Batin Dinda sewot.

Sekarang Dinda tidak berbuat apa-apa, karena menghormati Mahmud sebagai tamu perusahaan. 

Setelah sampai di depan asrama, Mahmud melepaskan tangan Dinda yang digenggamnya sejak tadi.

Mahmud menyerahkan kantong plastik yang dibawanya.

"Terima kasih Mbak Dinda," ledek Mahmud sambil melihat Dinda dengan mata elangnya.

Dinda tersenyum dan melihat Mahmud.

"Lho! Bukannya aku yang harus berterima kasih, ya! Hehehe … Terima kasih Pak Mahmud." Kemudian Dinda mengambil semua belanjaannya, dan masuk ke dalam.

Mahmud pun kembali ke pos penjagaan.

***

Pukul delapan lewat tiga puluh menit pagi. 

"Dinda, pukul sembilan akan ada meeting. Tolong disiapkan, ya!" Pak Udin berdiri dari kursinya.

"Meeting, Pak?"

"Iya, meeting dengan big bos dari pusat. Kan datang tadi pagi sebelum subuh,"

"Dengan semua manager, Pak?" Tanya Dinda.

"Iya, manager dan asisten manager, tolong beritahu semua!"

Pak Udin berjalan meninggalkan ruangan personalia menuju ke ruangan Kepala Unit.

Dinda mengangkat gagang iphon yang ada di atas mejanya, kemudian memencet nomor bagian radio, setelah diangkat, 

"Mas Sudin, tolong beritahukan kepada seluruh manajer dan asistennya untuk meeting di kantor saat ini juga. Meeting bersama big bos dari pusat."

"Oke, Din." Jawab singkat dari Mas Din sebagai operator radio. 

"Terima kasih, Mas."

Kemudian sambungan iphon ditutup.

Dinda memencet nomor koperasi, setelah diangkat,

"Halo, selamat pagi, dengan Noni di koperasi, ada yang bisa saya bantu?"

"Selamat pagi, Noni, tolong minta kue kering lima bungkus, ya. Untuk meeting di kantor. Biar diambil Anu."

"Oke."

"Terima kasih, Noni,"

"Iya, Mbak Dinda." 

Sambungan iphon ditutup.

Dinda masih memegang gagang iphon, kemudian memencet nomor lagi, 

"Halo, selamat pagi," suara dari seberang.

"Selamat pagi, Anu, tolong datang ke ruangan saya sekarang, ya!"

Anu nama panggilan Sanusi, dia adalah office boy andalan Dinda. Pria berusia dua tahun lebih tua dari Dinda, dia rajin dan sangat cekatan dalam bekerja. 

"Ada apa Mbak Din?" Tanya Anu setelah tiba di ruangan Dinda.

"Anu, tolong bantuin aku, ya! Dua puluh menit lagi akan ada meeting nih, tolong disiapkan ruangannya. Sekalian bikin minum dan konsumsinya. Aku sudah pesan kue kering di koperasi, tolong diambil, ya.

"Siap, Mbak Dinda." Jawab Anu sambil mengikuti gaya polisi Mahmud.

"Gayamu, Nu, haahaa." Dinda tertawa.

"Kok tertawa, mbak. Teringat, ya?" Ledek Anu sambil berjalan.

"Teringat apaan?"

"Teringat yang di post jaga!" Anu berjalan cepat meninggalkan Dinda.

"Anu!" Teriak Dinda membuat Anu tertawa sambil meninggalkannya.

Pak Udin dan Pak Hadi keluar dari ruangan Pak Hadi sebagai Kepala Unit.

"Kenapa kok teriak-teriak, Din?" Tanya pak Hadi.

Belum sempat Dinda menjawab, Pak Hadi sudah bicara dengan Pak Udin.

"Oh ya, Pak Udin, tadi pagi ada yang titip salam pada saya untuk Dinda, lho!"

"Ya disampaikan saja salamnya, Pak, heeheee!" Pak Udin sambil tersenyum.

"Tapi Dinda galak begitu, kira-kira disambut nggak ya salamnya?"

"Iya. Hehehe…," Pak Udin hanya tertawa menanggapi ucapan Pak Hadi.

Semua manager datang dan masuk ke kantor.

"Ayo, kita langsung saja masuk ke ruang meeting!" Ajak Pak Hadi sambil terus berjalan menuju ke ruang meeting dan pura-pura cuek saat melintas di depan Dinda yang sedang manyun karena habis dikerjain.

"Pak, aku ikut meeting, nggak?" Tanya Dinda pada Pak Udin.

"Kamu ikut lah! Siapa yang bikin resume nanti?" Pak Udin berjalan masuk ke ruang meeting meninggalkan Dinda.

Akhirnya Dinda menyusul ikut masuk ke ruang meeting juga, dengan membawa buku untuk mencatat, dan buku daftar hadir peserta meeting.

Rapat pun dimulai, yang di pimpin oleh kepala unit. 

Karena ada rapat mendadak, hari ini Dinda tidak jadi pergi ke blok. Sore, sepulang dari kantor, Dinda persiapan pergi ke masjid. Untuk mengajar anak-anak mengaji.

Setelah siap, Dinda keluar dari kamarnya mengenakan pakaian lengkap dengan hijabnya.

Dinda berjalan melewati mess keluarga, yang sangat jelas jika dilihat dari pos penjagaan.

"Pak Mahmud, pacarmu lewat noh!" Andi memberi tahu Mahmud yang sedang menunduk menulis di pos jaga.

Baru beberapa hari kehadiran Mahmud yang tampak dekat dengan Dinda, berita hangat pun sangat cepat menyebar di lingkungan perusahaan, Dinda yang tidak pernah dekat dengan laki-laki, tiba-tiba muncul berita Dinda pacaran dengan Briptu Mahmud. 

Mahmud langsung mengangkat kepalanya. Melihat ke arah yang ditunjuk Andi. "Memang gadis sholehah. Idaman aku banget, sayang baru bertemu sekarang," gumam Mahmud.

"Bagaimana pedekate nya? Sukses?" Tanya Andi.

"Nggak mau pacaran, katanya." Sahut Mahmud.

"Terus ...?"

"Nggak tahu," Mahmud seolah sedang berpikir.

"Minta langsung di nikah berarti!" Kata Andi.

"Tau, deh! begitu kali, ya! Dijalanin aja deh!"

***

Sampai di masjid, anak-anak sudah berkumpul menunggu Dinda. 

Ada empat belas anak, semua masih sekolah di SD. Mereka adalah anak dari karyawan di perusahaan ini, yang bersekolah tidak jauh dari letak perusahaan. Perusahaan memfasilitasi mobil untuk antar jemput anak-anak sekolah. Masjid perusahaan mendirikan TPQ untuk anak-anak di sore hari. Dinda mendapat jatah mengajar tiga kali dalam seminggu, bergantian dengan mbak Maya dan Mas Ali.

"Hei, Ustadzah Dinda sudah datang." Alia berteriak memberitahu teman-temannya.

"Assalamualaikum, Ustadzah," Anak-anak yang bertemu Dinda di serambi masjid memberi salam dan mencium tangan Dinda.

"Waalaikumsalam," Dinda menyambut tangan mereka sambil tersenyum.

Anak-anak yang berada di kejauhan segera berlarian mendekati Dinda untuk memberi salam dan mencium tangan.

Dinda masuk ke dalam masjid.

Beberapa meja kayu sudah ditata rapi di sebelah kanan dan kiri pintu masjid.

Episodes
1 Bab 1. Awal Jumpa
2 Bab 2. Ngobrol Di Poliklinik
3 Bab 3. Ketika Malam
4 Bab 4. Di Koperasi
5 Bab 5. Kegiatan Dinda Di Waktu Sore
6 Bab 6. Dinda Jadi Ustadzah
7 Bab 7. Ada Kecelakaan
8 Bab 8. Dinda Hampir Pingsan
9 Bab 9. Ke Asrama Mahmud
10 Bab 10. Oleh-oleh Dari Mahmud
11 Bab 11. Di Klinik
12 Bab 12. Sepayung Berdua
13 Bab 13. Lari Sore
14 Bab 14. Memasak Di Dapur Klinik
15 Bab 15. Suara Di Ht
16 Bab 16. Persiapan ke Blok
17 Bab 17. Pergi Ke Blok
18 Bab 18. Di Blok
19 Bab 19. Di Dalam Mobil
20 Bab 20. Mahmud Dengan Adri Di Klinik
21 Bab 21. Di Belakang Klinik
22 Bab 22. Ke Kebun
23 Bab 23. Bakar Ayam
24 Bab 24. Ditunggu Anak-anak
25 Bab 25. Dinda Melanjutkan Cerita
26 Bab 26. Di Dapur Umum
27 Bab 27. Acara
28 Bab 28. Makan Sekotak Nasi Berdua
29 Bab 29. Mahmud Keluar Dari Kantor
30 Bab 30. Makan Di Dapur
31 Bab 31. Bekerja
32 Bab 32. Cerita Mahmud
33 Bab 33. Naik Mobil Open
34 Bab 34. Di Tempat Wisata Air Terjun
35 Bab 35. Kedinginan
36 bab 36. Dinda Flu
37 Bab 37. Dinda Demam
38 Bab 38. Di Klinik
39 Bab 39. Durian
40 Bab 40. Rujak Buah
41 Bab 41. Kamu Ada Di Sini
42 Bab 42. Aku Akan Segera Menghalalkanmu
43 Bab 43. Di Kantor
44 Bab 44. Ezra Datang
45 Bab 45. Ajakan Latihan Nyanyi
46 Bab 46. Ezra Ketemu Dinda
47 Bab 47. Cerita Ezra
48 Bab 48. Di Lapangan
49 Bab 49. Dinda Keseleo
50 Bab 50. Di Gedung Serbaguna
51 Bab 51. Pagi Hari
52 Bab 52. Jalan Pagi
53 Bab 53. Dinda Bersama Mahmud
54 Bab 54. Durian Untuk Dinda
55 Bab 55. Ezra Menemui Dinda
56 Bab 56. Ketika Malam
57 Bab 57. Tak Ada Air
58 Bab 58. Di Belakang Asrama
59 Bab 59. Persiapan Untuk Nanti Malam
60 Bab 60. Acara Di Gedung
61 Bab 61. Acara Di Gedung
62 Bab 62. Hari Minggu
63 Bab 63. Hari Minggu Pagi
64 Bab 64. Dinda Kecewa
65 Bab 65. Menutupi Mata Bengkak
66 Bab 66. Di Tempat Pak Hadi
67 Bab 67. Gagal Bertemu
68 Bab 68. Patah Hati
69 Bab 69. Kisah Anak Adam
70 Bab 70. Muka Jutek
71 Bab 71. Bukan Mahmud
72 Bab 72. Berita Mutasi
73 Bab 73. Gagal Bertemu
74 Bab 74. Selesai
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1. Awal Jumpa
2
Bab 2. Ngobrol Di Poliklinik
3
Bab 3. Ketika Malam
4
Bab 4. Di Koperasi
5
Bab 5. Kegiatan Dinda Di Waktu Sore
6
Bab 6. Dinda Jadi Ustadzah
7
Bab 7. Ada Kecelakaan
8
Bab 8. Dinda Hampir Pingsan
9
Bab 9. Ke Asrama Mahmud
10
Bab 10. Oleh-oleh Dari Mahmud
11
Bab 11. Di Klinik
12
Bab 12. Sepayung Berdua
13
Bab 13. Lari Sore
14
Bab 14. Memasak Di Dapur Klinik
15
Bab 15. Suara Di Ht
16
Bab 16. Persiapan ke Blok
17
Bab 17. Pergi Ke Blok
18
Bab 18. Di Blok
19
Bab 19. Di Dalam Mobil
20
Bab 20. Mahmud Dengan Adri Di Klinik
21
Bab 21. Di Belakang Klinik
22
Bab 22. Ke Kebun
23
Bab 23. Bakar Ayam
24
Bab 24. Ditunggu Anak-anak
25
Bab 25. Dinda Melanjutkan Cerita
26
Bab 26. Di Dapur Umum
27
Bab 27. Acara
28
Bab 28. Makan Sekotak Nasi Berdua
29
Bab 29. Mahmud Keluar Dari Kantor
30
Bab 30. Makan Di Dapur
31
Bab 31. Bekerja
32
Bab 32. Cerita Mahmud
33
Bab 33. Naik Mobil Open
34
Bab 34. Di Tempat Wisata Air Terjun
35
Bab 35. Kedinginan
36
bab 36. Dinda Flu
37
Bab 37. Dinda Demam
38
Bab 38. Di Klinik
39
Bab 39. Durian
40
Bab 40. Rujak Buah
41
Bab 41. Kamu Ada Di Sini
42
Bab 42. Aku Akan Segera Menghalalkanmu
43
Bab 43. Di Kantor
44
Bab 44. Ezra Datang
45
Bab 45. Ajakan Latihan Nyanyi
46
Bab 46. Ezra Ketemu Dinda
47
Bab 47. Cerita Ezra
48
Bab 48. Di Lapangan
49
Bab 49. Dinda Keseleo
50
Bab 50. Di Gedung Serbaguna
51
Bab 51. Pagi Hari
52
Bab 52. Jalan Pagi
53
Bab 53. Dinda Bersama Mahmud
54
Bab 54. Durian Untuk Dinda
55
Bab 55. Ezra Menemui Dinda
56
Bab 56. Ketika Malam
57
Bab 57. Tak Ada Air
58
Bab 58. Di Belakang Asrama
59
Bab 59. Persiapan Untuk Nanti Malam
60
Bab 60. Acara Di Gedung
61
Bab 61. Acara Di Gedung
62
Bab 62. Hari Minggu
63
Bab 63. Hari Minggu Pagi
64
Bab 64. Dinda Kecewa
65
Bab 65. Menutupi Mata Bengkak
66
Bab 66. Di Tempat Pak Hadi
67
Bab 67. Gagal Bertemu
68
Bab 68. Patah Hati
69
Bab 69. Kisah Anak Adam
70
Bab 70. Muka Jutek
71
Bab 71. Bukan Mahmud
72
Bab 72. Berita Mutasi
73
Bab 73. Gagal Bertemu
74
Bab 74. Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!