"Satu lagi yang ingin aku katakan, tapi jangan marah."
"Apa tuh!"
"Janji jangan marah!"
"Kok pake janji segala?" Dinda bingung.
Mantri Yos ikut mendengarkan.
Mahmud menunggu jawaban Dinda. Dinda merasa dia sudah terlalu lama berada di poli klinik. Diliriknya jam yang melingkar di tangan kirinya, 'Hah! Nggak terasa sudah hampir jam lima!' Ucap Dinda dalam hati.
Dinda mulai gelisah karena belum sholat asar. Tapi merasa nggak enak jika mau memotong percakapan Mahmud. Mantri Yos mengetahui jika dinda sedang gelisah.
"Sore ini ada jadwal ngajar kah, Din?" Tanya Mantri Yos.
Spontan Dinda menoleh ke arah Yos dan menjawab, "nggak ada, Mas."
Sambil perlahan bangkit dari tempat duduknya, "tapi kebelet nih, mau ke toilet,"
"Yuk aku antar!" Mahmud langsung berdiri dari duduknya.
"Heehee… nggak usah, Pak. Tempatku dekat kok." Jawab Dinda sambil berjalan ke arah pintu. Mahmud mengikuti.
"Nanti kita ketemuan lagi di sini, ya?" Pinta Mahmud dekat ke telinga Dinda.
"Iya, nggak janji tapi," Dinda sambil berlalu menuju ke asrama putri yang terletak sebelah kiri asrama putra. Mahmud mengantar Dinda keluar dari poli klinik dan terus memandang kepergian Dinda sampai tidak terlihat, karena Dinda sudah berbelok dan masuk ke asrama.
Mahmud kembali masuk,
"Pak Mantri, aku pulang!" Pamit Mahmud pada Yos yang tengah memeriksa pasien.
"Iya Ndan. (singkatan komandan)"
*
Terdengar kumandang adzan magrib dari mushola. Dinda sudah bersiap untuk pergi sholat jamaah bersama dengan Maya dan Santi. Mereka bergegas keluar dari asrama putri, berjalan cepat melewati asrama putra, poli klinik, lalu nyebrang jembatan, kemudian belok ke kanan melewati deretan asrama keluarga sebanyak sepuluh pintu, lalu nyebrang jembatan lagi,
"Allahu akbar! Allahu akbar!" terdengar iqomat.
Sepuluh meter lagi sampai di mushola.
Setengah jam kemudian keluar dari masjid, langsung menuju dapur staf untuk makan malam.
"Din, bagaimana kasusnya Ana sama Noldi?" Tanya Santi setelah meletakkan piring nasinya dan mengambil tempat duduk di sebelah kiri Dinda.
"Masih proses, mbak. Mungkin besok mau di sidang."
*
Ana adalah teman ke kamar Dinda, saat Dinda dan beberapa teman di asrama putri dua minggu yang lalu ada beberapa hari cuti, jadi keadaan asrama putri sepi, tinggal ada Ana dan Adri. Ana dan Noldi ketangkap basah melakukan hubungan layaknya suami istri.
Satu jam menjelang jam istirahat, Ana keluar dari kantor dan langsung pulang ke asrama. Langsung masuk ke kamar, melepas semua baju dan hanya melilitkan handuk di tubuhnya. Karena cuaca cukup panas, Ana ingin mandi. Ana keluar dari kamar dan berjalan ke kamar mandi yang letaknya di belakang kamar.
Ana menoleh ke belakang, lurus dengan pintu masuk ruang tamu, ada Noldi berdiri di sana memperhatikan Ana.
Keduanya sama-sama kaget.
"Hey, ngapain kamu kesini?" Tanya Ana.
Bukan menjawab, Noldi malah dengan santainya melangkahkan kakinya masuk dan mendekati Ana.
"Hey, kamu keluar dulu! Aku mau mandi!" Bentak Ana.
"Tidak ada orang di sini, An. Hanya kita." Noldi semakin mendekat.
"Mau ngapain Noldi!" Wajah Ana memerah.
"Mandi bareng!" Jawab Noldi dengan cuek sambil menarik Ana masuk ke kamar mandi.
"Hey ...!" Bibir Ana langsung dibungkam oleh bibir Noldi. Ana nggak kuat iman. Ia pun nggak kuat untuk nggak membalasnya. Cukup lama mereka melakukan itu.
"Manis!" Kata Noldi sambil menaruh jari telunjuknya di bibir Ana setelah melepasnya.
Ana terbuai dengan wajah memerah.
"Mencoba lagi?" Noldi mulai lagi adegan yang tadi, membuat Ana hilang kendali. Kali ini kedua tangannya ikut bergerilya. Ana sudah tidak merasakan lagi ketika handuknya telah lepas dari tubuhnya. Ulah Noldi semakin panas dan liar.
"Aaaghhh …" Ana tidak bisa menahan suara itu ketika tangan Noldi menapaki dua buah gundukan gunung yang menantang itu.
Sementara Adri berlarian pulang dari kantor menuju ke asrama putri dengan tergesa-gesa karena menahan buang air kecil.
Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, Adri mendorong pintu kamar mandi.
"Lah, kenapa nggak kebuka. Hei siapa di dalam? Ayo cepat!" Teriak Adri keras.
Ana dan Noldi yang ada di dalam kebingungan setengah mati. Ana membungkam mulut Noldi dengan tangannya supaya tidak bersuara.
"Tunggu, Adri! Aku masih beabe!" Ana berteriak memberi jawaban dari dalam kamar mandi sambil menyalakan air kran.
"Oh, ada Ana di dalam? Cepatlah, An! Aku kebelet mau pipis, nih!" Desak Adri dari luar kamar mandi.
*
"Apa Ana akan dikeluarkan?" Tanya Santi penasaran.
"Bisa jadi," jawab Dinda singkat.
Selesai makan, mereka kembali ke asrama putri.
"Mbak Ana, koperasi jam segini masih buka nggak, ya?" Dinda bertanya pada Ana.
"Masih, kayaknya. Coba tanya sama Noni! Mau nyari apa sih, Din?" Tanya Ana sambil membersihkan riasan di wajahnya.
"Mau nyari hand sanitizer. Besok aku mau ke blok C, Mbak. Hand sanitizer ku sudah habis, nih, kan praktis kalau pergi bawa hand sanitizer sendiri. Mbak Ana mau kemana?" Tanya Dinda. Karena dilihatnya Ana lagi berdandan pakai make up.
"Ya berdandanlah, Din. Biar kelihatan cantik dan segar," jawab Ana tanpa menoleh ke arah Dinda.
Dinda memakai kerudungnya lagi yang sempat dilepas setelah masuk ke kamar tadi.
"kamu sendiri mau kemana?" Tanya Ana.
"Ke koperasi," Dinda membuka pintu kamar dan keluar.
Setelah di lorong kamar Dinda bertemu Yani, yang sekamar dengan Noni.
"Mbak Yani, lihat Noni?" Tanya Dinda.
"Itu di ruang tamu," Yani menunjuk dengan kepala.
Dinda menuju ke ruang tamu. Tampak olehnya beberapa orang duduk di karpet yang di gelar di ruang tamu, karena tidak ada sofa di sana.
"Mbak Noni, koperasi buka nggak malam ini?"
"Buka sebentar lagi, Mbak Din! Soalnya kita juga mau lembur menyelesaikan laporan."
Mendengar laporan, Dinda jadi teringat dengan laporannya yang juga masih belum beres di atas meja kerjanya di kantor.
"Sambil menunggu koperasi buka, apa mending ke kantor, ya. Soalnya besok ada rencana mau ke blok C." Gumam Dinda dalam hati.
Dinda kembali masuk ke kamarnya untuk mengambil kunci pintu ruangannya.
"Kenapa, Din?" Tanya Ana yang masih berdandan, melihat bayangan Dinda masuk ke kamar melalui cermin.
"Ambil kunci, Mbak," Dinda menuju ke mejanya mengambil kunci yang tergeletak di atasnya.
"Nggak jadi ke koperasi? Kok malah ke kantor?" Ana bingung dengan tingkah Dinda.
"Ngerjain laporan dulu." Sambil mengenakan jaketnya, kemudian Dinda keluar dari kamar.
***
Satu setengah jam sudah Dinda duduk di belakang meja kerjanya. Dua jenis laporan selesai dia kerjakan dan sekalian sudah ditanda tanganinya. Tinggal memintakan tanda tangan ke Manager dan kepala Unit besok.
Diangkatnya gagang iphon yang ada di ujung mejanya. Dinda memencet nomor koperasi.
"Tuuut tuuut,"
"Halo, selamat malam, dengan Noni di koperasi. Ada yang bisa dibantu?"
"Noni! Aku Dinda, aku ke sana, ya?"
"Iya, Mbak Din. Cepetan! Aku sudah mau pulang, nih,"
"Tunggu aku. Sekarang aku ke sana!"
"Yoi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Keysa_Bom
Noldi & Ana wah berani juga ya 🤭🤭🤭
2022-07-03
1