GADIS DI JEMBATAN
Indra sedang dalam perjalanan menuju sebuah Gereja di bagian selatan. Dalam perjalanannya Indra melewati sebuah jembatan. Jembatan itu ditopang diatas sebuah sungai yang mengalir sangat deras. Disana ia melihat seorang gadis. Gadis itu setidaknya berumur 15 tahun wajahnya terlihat lesu dari matanya terlihat bahwa ia jarang tidur, rambutnya berantakan. Namun, wajahnya terlihat cantik meskipun penampilannya berantakan. Ia berdiri disana sambil menatap ke bawah seolah ia siap melompat kapan saja. Gadis itu menatap Indra. Namun, Indra hanya diam. Beberapa saat kemudian Indra mulai berjalan menyeberangi jembatan itu.
Melihat Gadis itu Indra teringat dirinya dahulu. Setelah kepergian Luzin Indra selalu berkelana tanpa tujuan di barat. Sempat juga beberapa kali ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Namun, entah mengapa Indra selalu tidak sanggup melakukannga.
Tetapi Gadis yang berada di depan Indra kini telah membulatkan tekadnya untuk mengakhiri hidupnya. Indra bisa melihat itu hanya dari sorotan mata Gadis itu. Indra pun akhirnya mendatangi Gadis itu.
"Kalau kau jatuh kesana, kurasa itu akan berbahaya" ujar Indra sambil berdiri di samping Gadis itu dan ikut melihat kebawah.
Aliran sungai itu terlihat seolah semakin deras.
"Tidak apa, aku pun sudah muak, biarkan aku membebaskan diri dari neraka ini" balas Gadis itu dengan wajahnya yang datar seolah telah kehilangan alasannya untuk hidup.
"Neraka ya? Haha, kalau tidak salah aku juga sering mengatakan hal seperti itu dulu" ujar Indra lagi sambil tertawa kecil.
Gadis itu terdiam sejenak.
"Apa maksudnya?" Tanya Gadis itu.
"Kau menganggap dunia ini sebagai neraka. Namun, satu hal yang harus kau tau. Satu-satunya orang yang menganggapnya seperti itu adalah kau sendiri" ujar Indra, kali ini dengan raut wajahnya yang serius.
Setelah mendengar perkataan Indra, Gadis itu duduk mematung sejenak. Air mata perlahan mulai turun membasahi pipinya.
"Tapi aku sudah tidak sanggup lagi menghadapi semua kenyataan yang kini menimpaku, seandainya aku bisa lari dari semua ini" ujar Gadis itu sambil meneteskan air matanya.
Tak lama kemudian, ratusan suara hentakan kaki kuda perlahan terdengar. Ternyata ratusan tentara bayaran telah mengepung Indra dan Gadis itu. Mereka memakai zirah besi, mereka juga membawa tombak dan perisai sebagai senjata. Indra tentu tidak tau apa yang terjadi. Namun, ia tetap tenang. Gadis itu kemudian kembali berdiri dipinggir jembatan itu seolah tau para tentara bayaran itu mengincarnya.
"Nyonya, kami kemari bukan untuk bertarung. Kami kemari hanya untuk membawamu pulang" ujar salah satu dari para tentara itu.
"Kau tidak bisa menipuku! Aku tau kalau wanita tua itu hanya menginginkan harta milik Ayahku, setelah dia mendapatkannya aku hanya akan dibuang. Jadi itu sama saja" ujar Gadis itu lagi. Gadis itu kemudian membalikkan badannya dan kembali menatap aliran air yang masih sama derasnya.
"Pergilah, jika kalian tidak pergi aku akan melompat sekarang juga" ujar gadis itu kepada mereka.
Mereka terus membujuk Gadis itu untuk membawanya pulang. Namun, sepertinya Gadis ini tidak tertarik untuk pulang.
"Jika kalian tidak pergi sampai aku menghitung sampai tiga. Aku tidak akan segan untuk melompat" ujar Gadis itu lagi.
"Satu"
"Dua"
Gadis itu terlihat tidak sedang bermain-main.
Indra yang sedari tadi menyimak hanya diam mendengarkan percakapan mereka. Gadis itu masih menatap kebawah dan siap melompat kapan saja. Indra mulai paham bahwa orang-orang ini mengincar Gadis itu. Indra menghela nafas panjang. Belum sempat hitungan ketiga terdengar langit-langit itu sudah dipenuhi awan-awan hitam.
Entah sejak kapan, ratusan Tentara bayaran itu sudah tergeletak di tanah tanpa daya. Gadis itu kebingungan melihat hal itu, dalam sekedip mata langit itu telah dipenuhi oleh awan hitam dan para Tentara bayaran itu sudah tergeletak tak berdaya.
"Apa kau yang melakukannya?" Gadis itu bertanya kepada Indra.
"Begitulah" jawab Indra.
"Apa menurutmu aku bisa memiliki sihir sehebat itu?" Tanya Gadis itu lagi.
"Kau Bangsawan bukan? Kapasitas sihir mu tanpa dilatih pun sudah diatas rata-rata, mungkin saja bisa" jawab Indra.
Gadis itu terdiam setelah mendengar perkataan Indra. Bukan tentang penjelasan sihir itu. Namun, bagaimana orang itu mengetahui bahwa dia adalah seorang Bangsawan.
"Kenapa? Oh… apakah kau bingung karena aku tau kau adalah seorang Bangsawan? Tidak ada orang biasa yang memiliki kapasitas sihir sebesar yang tidak bisa memakai sihir" ujar Indra.
"Kalau begitu jadikanlah aku sebagai muridmu!" Ujar Gadis itu dengan lantang.
"Tidak mungkin, kita bahkan baru bertemu mana mungkin" balas Indra sambil berjalan pergi.
"Lima ribu keping emas! aku akan membayar sebanyak itu" ujar Gadis itu lagi, kali ini menawarkan upah.
"Baiklah, sekarang kita akan mempelajari dasar-dasar sihir" ujar Indra, ia berhenti melangkah setelah mendengar jumlah upah itu.
Beberapa saat kemudian mereka berdua pindah ke tanah lapang tak jauh dari jembatan tadi. Tempat itu luas dan dipenuhi oleh rumput liar, angin yang berhembus juga terasa sejuk bagi Indra.
"Namaku Linda Heartfel calon murid terbaikmu, Guru" ujar Linda.
"Panggil aku Indra" balasnya.
"Dengarkan, Sihir memiliki 7 elemen dasar. Api, Air, Angin, Tanah, Petir, Cahaya, dan Kegelapan. Seperti yang kau lihat tadi, aku pengguna sihir petir. Kau juga bisa menggunakan 2 jenis sihir. Inner Magic dan Outer Magic, Inner Magic biasanya adalah sihir yang biasanya dikeluarkan dari tubuh, terkadang bisa juga digunakan untuk memperkuat fisik, contoh elemen yang cocok dengan Inner Magic adalah Api, Cahaya, dan Kegelapan. Outer Magic adalah sihir yang tidak berasal dari tubuhmu, contohnya seperti sihirku tadi, contoh elemen yang cocok dengan sihir ini adalah Air, Tanah, Angin, Petir, Cahaya, Kegelapan. Jadi hal pertama adalah mencari tau elemen dasar mu" Indra menjelaskan.
"Lalu bagaimana?" Tanya Linda.
"Pertama-tama adalah membuatmu merasakan sihir itu sendiri" jawab Indra.
"Cobalah untuk bermeditasi, kosongkan pikiranmu dan tenangkan hatimu. Perlahan kau akan merasakan sesuatu dalam tubuhmu" lanjut Indra.
Linda kemudian bermeditasi dan Indra terus mengawasinya. Tak perlu waktu lama Linda perlahan merasakan hal yang disebut sihir didalam tubuhnya.
"Aku sudah merasakannya" ujar Linda dengan semangat.
"Coba gerakkanlah tubuhmu" balas Indra.
Linda mencoba menggerakkan tangannya dan melompat-lompat.
"Tubuhku terasa jauh lebih ringan, Ini hebat!" Ujar Linda sambil masih melompat-lompat.
"Darah Bangsawan memang berbeda, orang biasa setidaknya membutuhkan satu minggu dan kau bisa melakukannya dalam hitungan jam. Baiklah, sekarang waktunya melihat elemen dasarmu. Cobalah untuk memusatkan sihir yang kau rasakan tadi tepat ke telapak tanganmu" balas Indra.
Linda mencobanya. Itu bukanlah hal yang sulit setelah terbiasa merasakan sihir. Perlahan kobaran api kecil membara di telapak Linda.
"Api ya? Aku belum pernah melihat orang memakainya dari dekat. Namun, untuk sekarang cobalah untuk memperbesar Api itu dengan meningkatkan aliran yang kau pusatkan di tanganmu" ujar Indra.
Api itu akhirnya membesar. Jauh lebih besar dari yang dibayangkan oleh Indra. Api itu menyala besar di tangan Linda, api itu membuat Linda sangat panik
"Guru, tolong aku!" Linda berteriak panik. Namun, Indra terlihat tetap tenang.
"Eh? Tidak panas" lanjut Linda.
"Tentu tidak, bodoh. Kau tidak bisa melukai diri sendiri dengan sihirmu sendiri. Cobalah untuk menarik kembali aliran sihir yang kau pusatkan ke tanganmu, dengan begitu maka api itu akan padam" balas Indra.
"Sekarang saatnya latihan yang tersulit, bersiaplah!" Lanjut Indra.
Indra pergi masuk ke hutan, ia menyuruh Linda untuk menunggu saja. Tak lama kemudian Indra kembali membawa sebongkah batu besar. Batu itu bahkan lebih besar dari sebuah bangunan. Indra kembali ke tengah tanah lapang itu, lalu menaruh batu besar itu disana.
"Gunakan sihirmu untuk menghancurkan batu ini. Cobalah seperti tadi" ujar Indra.
Linda kemudian kembali membakar tangannya.
"Bagus, sekarang cobalah untuk memutuskan alirannya. Jika tadi aku menyuruhmu memundurkan aliran sihirmu, kali ini coba putuskan aliran sihirnya" lanjut Indra.
Tepat setelah Linda berhasil melakukannya api yang berkobar di tangannya meledak.
"Apa-apaan itu?" Tanya Linda dengan sedikit kesal.
"Sudahlah apimu tidak akan melukai mu" jawab Indra.
"Kali ini kau harus memutuskan aliran itu dan lemparkan api itu ke batu yang kubawa tadi" lanjut Indra.
Linda melakukannya berkali-kali. Namun, api itu selalu meledak bahkan sebelum ia melemparnya.
"Kau terlihat kesusahan. Baiklah, sampai kau bisa menghancurkan batu itu, aku akan pergi untuk melakukan sesuatu" ujar Indra.
"Tiga hari dari sekarang datanglah ke Bounty Store di Lunar. Jika kau sudah bisa menghancurkan batu itu maka aku akan memberimu latihan selanjutnya. Sekarang dimana emas-emas ku?" lanjut Indra sambil bersiap-siap untuk pergi ke tujuan awalnya yaitu "Regulus"
"Ohh, jangan lupa. Pastikan kau membawa lima ribu keping lagi tiga hari dari sekarang" ujar Indra berjalan pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments