Malam setelah sholat isya, Hana berniat untuk melakukan sesuatu. Bukan melakukan sech, tapi tepatnya ingin melihat sesuatu di laptopnya. Kemudian dia membawa laptopnya ketempat tidur, sambil baring Hana menghidupkan laptopnya. Hana membuka sebuah folder yang bertulisan file Reno. Didalam file tersebut terdapat begitu banyak foto, foto Reno dan dirinya.
“kakak merindukan mu, Ren…” ucap Hana lirih dan tanpa disadari air mata menetes dipipinya. Sudah lama Hana tidak menangis, jadi Malam ini dia berniat untuk menangis semalaman, mengenang adik satu-satunya yang telah lebih kurang 8 tahun pergi menghadap Sang Ilahi.
Reno Meninggal saat usianya masih sangat muda, yaitu pada saat usia 16 tahun. Disaat ia masih berseragam SMA. Dan pada saat itu Hana masih kuliah D3 Kebidanan di semester akhir, saat itu umur Hana 21 tahun, ia beda 5 tahun dengan Reno.
Masih jelas diingatan Hana dihari terakhir sebelum meninggalnya Reno. Reno bermaksud untuk menjumpainya diasrama. Kebetulan Hana saat itu tinggal diasrama yang ada dikawasan kampusnya juga.
“kakak Hana yang baik hati… Reno sudah didepan ne….” Reno mengirimkan pesan singkat ke Hana. Karena Hana tak kunjung membalas, lantas dia menelponnya. Sampai 3 kali panggilan tapi tetap Hana tak menjawab. Karena memang Hana lagi ada praktik di labor Kebidanan. Dia tidak membawa Hp.
“kak, Reno duluan ya… Reno mau jumpa dengan calon abang ipar duluan ya, tunggu kakak kelamaan…nantik kakak nyusul aja ya naik angkot, kasihan juga calon abang ipar dibiarkan tunggu lama-lama, hehe” Reno mengirim sms lagi.
Yah, calon abang ipar yang dimaksud Reno saat itu adalah pacarnya Hana… Sandi Namanya. Hana tak pernah mengira pertemuan Reno dan Sandi dihari itu menjadi malapetaka untuk Reno. Dan Hingga sampai detik ini pun Hana tak pernah tau apa yang sebenarnya terjadi… sampai akhirnya Hana mendapat kabar bahwa Reno meninggal, meninggalnya karena dibunuh…!!! Dan… Sandi lah yang jadi tersangkanya…
***
“bukan Han,,, bukan aku… ada yang menjebak aku… mana mungkin aku yang membunuh adikmu, Reno… atas dasar apa coba…kamu harus percaya sama aku Han….” Dikantor polisi Hana menjumpai Sandi, Sandi memohon kepada Hana agar mempercayainya. Tapi, tidak ada alasan yang tepat untuk mempercayainya, semua bukti sudah jelas dan polisi telah menyelidikinya, hanya ada 1 sidik jari dipisau yang menancap diperutnya Reno, yaitu sidik jarinya Sandi, Pacarnya yang begitu dia cintai saat itu.
“AKU BENCI KAMU…” hanya kata-kata itu yang mampu Hana keluarkan, lantas pergi dan meninggalkan Sandi, tak pernah sekalipun dia menjumpai Sandi di penjara lagi. TIDAK PERNAH. Rasa cintanya sudah berubah menjadi benci, rasa benci yang sangat dalam sehingga membuat kepercayaannya terhadap semua lelaki pun menjadi tidak ada. Sejak itulah Hana berubah… dari yang dulunya periang dan kini menjadi pendiam.. sekarang dia lebih membatasi diri, terutama dengan para lelaki… Rasa kepercayaannya terhadap lawan jenis sudah pudar… hingga saat ini…
“Semoga kamu tenang disana ya Ren… Maafin kakak pada saat itu tidak mengangkat telpon kamu, dan pergi sama-sama dengan mu untuk menemui laki-laki jahat itu… maafkan kakak… kalo bukan kakak yang nyuruh mu jumpa dengan dia, pasti ini tidak akan terjadi…” Hana menangis sejadi-jadinya, menyesali yang sudah terjadi. Karena itu memang idenya, Saat itu memang Hana yang merencanakan pertemuan antara Reno dengan Sandi… yang mana mereka berdua sebelumnya memang belum pernah ketemu….!!
***
Hari ini hari minggu. Hana bermaksud untuk kepasar membeli bahan-bahan makanan yang sudah habis didalam kulkasnya. Memang dia biasa menyetok barang seminggu sekali karena dia malas untuk keluar terus-terusan, betul juga kata Kak Ria, Rute perjalanannya Palingan cuman Puskesmas, Kosan dan Pasar.
Saat diperjalanan menuju pasar tadi Hana tak sengaja berjumpa dengan Kak Ria yang kebetulan habis pulang berbelanja juga ke pasar.
“Na, nantik sore mau ikut lagi ga?” Tanya Kak Ria, Kadang dia manggil Han Kadang Na.. tak Jelas juga,,
“Kemana kak?”
“Kelapangan… kita lihat semifinal Bayangkara sore ini, ikut yok..”
Mendengar lapangan aja sebenarnya sudah membuat perut Hana mual, tentu saja dia tidak tertarik lagi untuk menginjakkan kaki ditempat yang gaduh dan berisik itu, tapi… mendengar Tim Bayangkara yang main membuat hati kecilnya berkata lain… rasa penasaran mengalahkan rasa mual diperutnya sehingga ia mengindahkan ajakan kak Ria.
“oke Habis Ashar kak jemput ya…” kata Kak Ria mengakhiri perbincangan singkat kami pagi itu.
Sore setelah sholat Ashar Hana sudah Stay di depan rumahnya, menunggu kak Ria keluar dari rumahnya. Hana cuman ingin memastikan saja bahwa apa yang dia lihat kemaren itu adalah salah, mungkin dia terlalu obsesi… ataupun rindu terhadap adiknya itu sehingga melihat orang lain jadi seperti mirip… jadi dia mau memastikan, tidak ada yang boleh terlihat seperti Reno. Karena Reno terlalu istimewa untuknya… terlalu berharga…
Beberapa saat kemudian Kak Ria pun muncul, tanpa basa-basi mereka langsung berangkat. Sesampainya dilapangan, Seperti kemaren kerumuman manusia sudah memadati lapangan, dan Hana rasa penonton hari ini bertambah ramai dari hari sebelumnya, karena sudah memasuki babak final mungkin atau mungkin juga karena yang main Tim Bayangkara yang katanya … pemainnya itu cakep dan ganteng-ganteng semua, Hhhmmm…. Bagi Hana biasa aja, mereka aja yang terlalu berlebihan.
Kak Ria mengajak Hana duduk dibagian agak depan. Untung mereka dapat tempat nonton yang agak nyaman, karena capek juga kalo harus berdiri sampai pertandingan selesai.
Pertandingan belum dimulai, pemain dari kedua Tim pun belum kelihatan di dalam lapangan. Tapi tak lama kemudian, operator dari panitia mengumumkan pertandingan akan segerta dimulai dan menyuruh kedua tim memasuki lapangan untuk melakukan pemanasan.
Kedua Tim memasuki lapangan disambut dengan tepukan tangan dari penonton, begitu juga kak Ria, tampak dia berteriak-teriak memanggil salah satu nama mereka. Hana heran padahal kak Ria sudah menikah tapi bertingkah seperti anak gadis saja.
“Nomor 9 ganteng banget…” pujinya dengan raut muka yang berbinar-binar. Karena penasaran Hana lihat juga kearah yang nomor 9, Tak dipungkiri juga sech… memang ganteng… tapi membosankan… Hana lebih tertarik melihat nomor… nomor… itu… 12…. Ya Allah…. Memang kuasa mu diatas segalanya.. sekali ini dengan kesadaran penuh Hana yakin 100%, Hana seperti melihat Reno pada diri lelaki berpunggung nomor 12 itu.
“Tapi, lebih menarik yang nomor 12 kak… kak kenal ngak?” Tiba-tiba kata itu terlontar dari mulut Hana yang membuat kak Ria mengeryitkan keningnya tanda bingung, ada angin apa tiba-tiba Hana berkata seperti itu. Bagus sebenarnya sech berarti ada perubahan pada Hana… pengen tau tentang cowok tapi… yang salahnya kenapa dia menanyai cowok yang menurut Ria usianya jauh dibawah Hana, padahal masih banyak cowok lain yang sebaya ataupun diatas umurnya, seperti nomor 9 tentunya.
“nomor 12 ya…. Kenal kakak… kenapa emangnya?”
“ngak kak…” Hana berusaha menutupi mukanya, karena dia yakin pasti merah saking malunya. Bisa-bisanya dia keceplosan berkomentar tadi, mudah-mudahan kak Ria tidak membahasnya lagi. Harapan Hana dalam hati.
Pertandingan pun dimulai. Pertandingan yang sangat seru itu mampu membius penonton untuk tidak beranjak dari tempat duduknya masing-masing, begitupun dengan Hana. Dia mulai menikmati pertandingan itu. Entah menikmati jalannya pertandingan, atau entah menikmati wajah lelaki lembut yang ada dilapangan itu. Yang jelas, hatinya saat ini tidak karuan… ada rasa bahagia… ada rasa penasaran… siapakah dia? Mengapa dia begitu terlihat seperti Reno? Siapa namanya??
Saat pertandingan *break* beberapa saat, ada salah satu dari tim panitia datang dan berbicara sesuatu kepada kak Ria. Hana tak begitu menyimak apa yang mereka bahas. Tapi, Hana malah focus terhadap kertas yang ada di tangan panitia itu. Kertas yang berisi nama-nama kedua tim pemain pada sore itu, lengkap dengan Nama, Nomor punggung dan nomor Hpnya. Panitia itu meletakkan kertasnya tepat disebelah Hana duduk. Ada dorongan dihati Hana untuk melihat… melihat sebuah nama di Tim Bhayangkara….. sebuah nama yang ada pada nomor 12… nama yang tertangkap oleh mata Hana adalah… Asran Ravendi….. tidak sampai disitu saja, entah dorongan dari mana lagi Hana malah mencatat nomor Hpnya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments