Tepat 12 jam sudah WA Hana dianggurin oleh si Dia… Hana berusaha untuk lupa, tapi agak susah, mungkin karena awalnya Hana sudah menaruh harapan yang lebih…. Ini lah kadang apabila kita terlalu menaruh harapan kepada manusia, hanya kekecewaan yang akan diterima. Ya sudahlah, sebelum semuanya terlanjur dalam lagi, Hana harus mengakhirinya… Lebih baik di hapus atau diblokir aja nomornya kali ya, itu akan lebih baik. Tak akan ada yang perlu ditunggu-tunggu lagi. Oke.. Hana menyakinkan dirinya.
“Besok jadwal kita turun kedesa Tanjung Katung ya kak…” pagi itu Tika mengingatkan Hana. Hana benar-benar tak ingat, kalo tak diingatkan Tika pasti dia ngak ada persiapan untuk besok. Maklumlah Desa itu lumayan jauh dan jalan menuju kesanapun belum begitu bagus, apalagi kalo dimusim penghujan, pasti becek dan berlendir.
“Kak benar-benar ngak ingat ka, untung kamu ingatkan….” Ucap Hana.
“Siapa aja yang pergi?” Tanya Hana.
“Aku, kakak, kak Maya, Kak Sinta, Bg Ferdi dan dokternya yang belum tau ne… salah satu dari dokter yang bertiga itu lah…”
“Kamu Tanya aja sama mereka, siapa besok yang jadwal vaksin…” suruh Hana.
“Nantik kalo sudah tau, janjian aja jam berapa dari Puskesmas kita berangkatnya…” lanjut Hana lagi.
“Oke, Tika tanyakan dulu ya” Setelah itu Tika keluar ruangan bermaksud untuk menjumpai salah satu dokter internship. Tak selang beberapa menit, Tikapun masuk lagi dengan raut wajah yang kegirangan.
“Kenapa kamu…?” Hana bertanya heran.
“Kebetulan kali kak, dokter yang ikut vaksin sama kita besok…. Dokter cowok satu-satunya… hihihi….”
“Oohh… dokter Andra?”
“Iya…” kata Tika masih cengar-cengir. Kenapa sech Ne Bocah, kelihatan banget suka dengan dokter baru itu. Hana berujar dalam hati.
“Oiya, besok kakak ngak usah bawa motor, kita boncengan aja ya… biar Tika yang jemput.”
“Oke… Kak Tunggu ya, tapi jangan telat
jemputnya….”
“Iya… Iya kakak ku…”
Hana melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi, kebetulan pasien agak sepi jadi dia bisa mengejakan yang lain. Hana tidak begitu suka menghabiskan waktu dengan berkumpul dan membicarakan hal-hal yang tak jelas, yang ujung-ujungnya akan mengarah ke Ghibah. Beda dengan Tika, yang tak betah diruangan, entah kemana dia berkeliaran saat ini.
Tak lama kemudian, Tiba-tiba saja ada WA yang masuk ke Hpnya. Hana bergegas mengambil Hp yang ada didalam tasnya.
Siapa ya yang WA ?
‘udah mau jalan 4 tahun kak, ini saya lagi di puskesmas'
Dan… Setelah 12 jam menunggu akhirnya dia membalas WA Hana, emang luar biasa!! Meskipun tadi Hana sudah berniat untuk menghapus atau memblokir nomornya tapi niat tersebut belum terlaksana. Hana langsung membalas WAnya, karena penasaran juga kenapa dia ada di Puskesmas saat ini?
‘lama juga ya…. Ngapain dek ke Puskesmas?’
‘bawa rapid tersangka ka..’ cuman jarak 1 menit, dia langsung membalasnya.
‘di IGD ya?’ Saat Hana mengirimkan WA tersebut, Hana sudah tidak lagi duduk ditempatnya kerja tadi. Dia sudah berjalan kearah pintu keluar.
Asran tak menjawab, dia hanya mengirimkan foto dimana posisi dia. Disitu terlihat 2 orang sedang diborgol, 1 polisi mungkin temannya dan 1 orang analis, yang memeriksa tersangka tersebut.
‘oo… diluar ya, samping puskesmas…’ kata Hana setelah tau dimana posisinya mereka saat ini.
Hana melangkah menuju keluar Puskesmas, entah apa tujuannya…yang jelas dia mengikuti kata hatinya saja, tapi di pertengah jalan dia berpapasan dengan kak Julia, yang malah mengajaknya mengobrol… tapi setelah itu, Dengan tak enak hati Hana mohon izin ke kak Julia untuk menyudahi obrolan mereka lalu bergegas keluar Puskesmas. Saat Hana didepan pintu keluar, ia melihat sebuah mobil Pick Up terpakir disana… dan telat beberapa detik saja, mobil itu bergerak dan pergi… Hana tak tahu awalnya ternyata itu mobil polisi yang membawa tahanan tadi. Hana masih berpikir bahwa Asran masih ada disamping Puskesmas.
‘kak didepan ne..’ entah apa maksud Hana dengan Kalimat itu, yang jelas kalimat itu sudah terkirim. Hana menunggu balasan WAnya sambil duduk diteras depan.
“kak.. tadi ada tahanan yang rapid ya…” Hana bertanya dengan kak Imel yang kebetulan lewat didepan Hana, setelah keluar dari IGD.
“Iya… tapi dah pergi… dah selsai” jawab kak Imel.
Yah… berarti, benarlah lah mobil pick up yang Hana lihat tadi itu adalah… mereka…!
“Kenapa Emangnya?” Tanya kak Imel karena raut wajah Hana berubah mungkin.
“Ngak ada apa-apa kak…”
‘kami sudah balek kak.’ Sekitar 10 menit kemudian dia membalas.
‘iya, pas keluar tadi kak Nampak kok mobil yang terbuka itu… tapi langsung pergi…’ balas Hana. tapi, setelah itu… tak ada balasan lagi. Sampai siang, sore hingga malam pun WA Hana tak kunjung dibuka-bukanya. Lagi dan lagi…. Padahal Hana perhatikan ada beberapa kali dia online. Ini seperti boomerang bagi Hana, tadi pagi dia beri harapan dengan membalas WA Hana dan memberitahu dia di Puskesmas, dan sekarang… sampai malam ini dia malah menghilang lagi. Aneh.. tapi nyata!!!
***
Tepat jam 6 pagi Tika sudah ada dirumah Hana, Ya… karena Tujuan mereka ke desa terjauh jadi mau tidak mau mereka harus berangkat pagi-pagi buta. Perjalanan kesana lebih kurang 3 jam, itupun kalo tidak ada drama dijalan nantiknya, seperti jatuh atau terpeleset karena jalan licin. Tapi syukurlah tadi malam tidak ada hujan. Semoga semuanya aman-aman aja dan selamat pulang pergi. Doa Hana dalam hati.
“Yang lain tadi Tika suruh tunggu di Puskesmas kak, sekalian ambil Vaksin dan alat-alat yang lainnya” ujar Tika. Saat ini mereka sudah dijalan menuju ke Puskesmas.
“Oke.. semua sudah disiapkan kan semalam?” Tanya Hana memastikan lagi
“sudah kak, aman … tinggal jemput aja lagi”
“oke siip”
Sesampainya di Puskesmas, ternyata hanya tinggal mereka berdua yang belum datang. Yang lain sudah siap-siap mau bergerak pergi. Tapi Tika malah memarkirkan Motornya. Belum sempat Hana bertanya, Tika langsung bergerak kearah Bg Ferdi yang lagi mengobrol dengan Dokter baru itu.
“Kak.. tiba-tiba tangan Tika agak kram ne kak, jadi mungkin Tika gak bisa bawa motor. Tika boncengan sama bg Ferdi aja ya…” kata Tika setelah dari tempat Bang Ferdi tadi. Hana bingung kok tiba-tiba sech?
“Ya sudah kalo gak bisa, biar kakak aja yang bonceng Tika.”
“Jangan lah kak, ini perjalanan jauh Lo.. ngak mungkin terus-terusan kakak yang bawa”
“Iya Han, benar itu…. Ini kami berdua nantik ganti-gantian kalo capek” Kak Maya menimpali dari jarak yang agak jauh tapi tetap masih terdengar apa yang mereka bicarakan.
“Ya sudah berarti kakak sendiri ya….” Kata Hana lagi yang memang belum paham akan situasinya.
“ Siapa bilang kakak sendiri….” Kata Tika cengar-cengir.
“Dokter Andra kesini tadi kan boncengan dengan bg Ferdi, jadi otomatis kalo Tika sama bg Ferdi… kakak sama Dokter Andra donk….” Ucap Tika sambil menahan tawanya. Hana melotot kearah Tika, bisa-bisanya….. apa ini memang rencana mereka ya… dilihatnya kak Maya dan kak Sinta dari jauh juga lagi senyum-senyum tak jelas. Mereka kompak sekali mengerjai dirinya. Hana menduga dalam hati.
Dan, Tanpa disuruh Dokter Andra malah berjalan menuju Hana. Hana merasa tak enak hati, tak enak apalah lagi yang jelas rasa malu 2 hari yang lalu saja belum hilang saat Kak Septi bilang bahwa dia suka dengan dokter itu. Iihhh… dia semakin dekat lagi, dan… pakai senyam-senyum tak jelas pulak. Hana kesal dalam hati. Perjalanan kali ini sungguh tak mengenakkan.
“Ayok berangkat My team….” Kata Kak Sinta. Lalu mereka bergerak, disusul dengan Tika dan Bang Ferdi. Dan… tinggal lah Hana dengan dokter yang masih senyum-senyum tak jelas ini.
“Yok naik kak…” katanya dengan ramah. Ya sudah lah, Tak ada pilihan bagi Hana selain untuk boncengan dengan Dokter itu.
Diperjalanan Hana sudah bertekad untuk diam. Bicara seperlunya saja dan sewajarnya saja. Tapi, Dokter Andra ini bukan Tipe cowok pendiam mungkin, yang malahan lebih aktif untuk mengajak Hana mengobrol. Ada saja yang dia obrolkan. Tentu saja Hana tak begitu melayani, Hana hanya jawab iya, No Comment lah pokoknya.
“Oiya, Kak Hana Sudah berapa lama kerja di sini?”
“Kak Hana bukan asli orang sini kan?”
“oiya, umur kak Hana … berapa ya? Ngak..
Takutnya aku yang sok-sok kemudaan panggil Kakak, mana tahu kita sebaya… atau mungkin umur kakak masih dibawah aku…hehe”
Hana diserbu dengan pertanyaan itu, rasanya Hana malas sekali untuk menjawab. Dokter ini sepertinya kurang peka juga, padahal sudah sejak tadi dia berbicara Hana hanya diam dan tak menanggapi satu pun omongan dia. Seharusnya dia sadar itu sebagai kode bahwa Hana ngak respect dengan dia, ini malah di Tanya-tanya lagi. Apaan sech… dicuekin kok ngak sadar juga… Hana mendumel dalam hati.
“Kak Hana pendiem ya orangnya….” Nah sudah tau kan… Ya sudah kamu diam juga dech… Hana hanya menjawab dalam hati.
“Tapi, ngak apa-apa… aku tak masalah kok”
Iiihh…. Ngak masalah apanya, seharusnya jadi masalah donk!!
“Aku ini sebenenarnya pendiam juga Lo kak, tapi kelihatannya kak pendiam juga orangnya, ngak mungkin kan kita saling diam-diaman makanya aku jadi inisiatif aja jadi tak pendiam. Tergantung situasi mungkin ya… biar perjalanan kita ngak boring aja,hehehe…”.
Ya Allah… Kapan lah dia berhenti untuk tidak bicara. Focus aja bawa motornya. Teriak Hana tapi dalam hati.
“Oiya kak, sebenarnya… umur aku ini gak bisa dibilang muda lagi lah kak untuk seorang dokter Internship, seharusnya sudah jadi Dokter sungguhan akunya, yang kerja di Rumah sakit ataupun punya klinik sendiri… heheh…”
Ya.. ya… ya… apa urusan dengan saya coba? Jadi Curhat pulak dia… Hana masih mendumel dalam hati tentunya…
“Iya … mau gimana lagi kak, kemaren kuliahnya lambat selesai karena sambilan kerja. Jadi fokusnya agak terbagi. Maklumlah kak mencari tambahan uang kuliah, karena ngak mau membebani orang tua sepenuhnya”
Good… Goood… Anak yang baik, It’s Ok.
“Umur aku sekarang ini sudah jalan 29 tahun bulan september besok kak… Beda jauh dengan Dokter Sari dan Valen. Mereka masih muda banget. 22 atau 23 lah ya. Tapi tampang aku ngak kelihatan tua kan kak? Masih imut-imutkan,.,, hehe….”
Hana mencibir, Kepedean kali pun ne Dokter. Masih Diam pokonya dia, sampai bosan dan akhirnya menyerah karena dicuekin. Biar Rasain!!
“Tapi, aku bisa tebak usia kakak berapa…. Karena kakak ngak mau ngasih tau, aku tebak lah ya… aku yakin pasti masih dibawah aku kan… sekitar 25 atau 26 an ….. gimna benar ngak???”
“Salah” AkhIrnya Hana menjawab meskipun dengan satu kata.
“ooo… Salah ya, apa masih dibawahnya lagi… dibawah dokter Sari dan Valen? 20 tahun ya???”
Dasar… dia mengejek ne…. Bilang Hana umurnya 20 tahun, Hana semakin kesal.
“Sudah lah pak Dokter tak penting perihal umur, yang jelas untuk saling menghargai. Saya panggil Anda Dokter dan Dokter panggil saya Kak Hana atau Ibuk Hana saja… sudah ya bicaranya!”ucap Hana kali ini agak panjang tapi dengan nada yang tegas.
“Oke … Hhhmm… Tapi, seperti ngak pantas kalo ibuk Hana. Kak Hana ajalah ya…”
Hana tak menjawabnya.
Satu jam kemudian, mereka sampai ketempat penyebrangan. Desa yang mereka tuju memang harus menyebrangi sungai kecil itu, jadi mereka dan motor mereka naik diatas pompong namanya yaitu sejenis perahu gitu.
“Wow.. Luar biasa ya, Motor pun bisa dinaik kan kesini…” Kata Dokter Andra seakan takjub, karena dia dari Kota jadi tidak tahu yang ada yang seperti itu disini.
“Iya Dok, seperti ini lah hidup dipulau Dok…” Tika menimpali.
“Tapi ini masih tak seberapa sech Dok, kita nyebrangnya ngak begitu jauh… makanya ngak pakai mesin cuman didayung aja sama masnya… tapi yah ngak bisa muat banyak… ada lagi pompong yang lebih besar, muatannya pun lebih banyak. Pakai mesin jadi agak lebih cepat jalannya dok…” kata Bang Ferdi menjelaskan secara detil.
“Oouuhh… Iya Ya.. Keren Itu…”
Akhirnya mereka sampai keseberang. Dan kini, siap-siap perjalanan mereka tak akan mulus seperti diseberangnya tadi. Jalan yang akan mereka lalui ini adalah jalan setapak dan tanah. Kiri kanan semak… begitu lah sampai didesa tujuan.
“Padahal ngak hujan tapi kenapa tetap hancur juga jalannya tuu….” Kak Sinta agak berteriak seketika melihat jalan didepannya yang memang hancur lebur.
“Namanya juga jalan tanah…” Bang Ferdi menanggapi.
“Kak Hana Pegangan ya…” kata Dokter Andra setelah melihat keadaan jalan yang luar biasa tersebut.
“Iya… Ne sudah pegangan sejak tadi kok” jawab Hana agak ketus. Dokter Andra menoleh kebelakang.
“kok pegang tempat duduk yang bagian belakang kak?? Maksud aku… pegang aja pinggang aku, atau kalau kak segan pegang ujung baju aku aja dech… karna ini jalannya agak licin, takutnya ngak imbang, nantik kita bisa jatuh”
Hana tak menjawab dan tidak juga mengalihkan tangannya.
Dokter Andra mengerakkan motornya perlahan-lahan, berusaha mengimbangi motornya agar tidak terlalu miring kekiri ataupun kekanan. Sedangkan Hana merasa agak kerepotan juga kalo tangannya harus dibelakang, dengan terpaksa Hana mengalihkan tangannya kedepan tapi tanpa menyentuh si Dokter didepannya ini. Namun, tiba-tiba…. Motor mereka oleng kekiri… yang membuat mereka hampir saja terjatuh, merasa akan jatuh Hana langsung menyentuh pinggang Dokter Andra, dan Dokter Andra pun berusaha mengimbangi agar mereka tidak terjatuh.
“Akhirnya dalam keadaan darurat dipegang juga ya kak…” Godanya yang membuat muka Hana merah padam dan Hana langsung melepaskan pegangan tangannya di pinggang dokter itu. Dasar berani-beraninya dia menggoda Hana!!
“Untung ngak jatuh ya kak….” Ucapnya penuh syukur.
Akhirnya dengan penuh perjuangan mereka bisa melewati jalan setapak yang super itu dengan selamat tanpa ada yang jatuh. Dan kini mereka sudah ada di desa Tanjung Katung. Masyarakat sudah menunggu dengan semnagat dan antusia di kantor desa. Tepat jam 09.00 wib mereka sampai disana, dan tanpa basa basi mereka langsung saja memulai kegiatan vaksinisasi. Waktu sangat berharga, karena mereka tidak mau pulang kemalaman. Tak terbayang bagaimna mereka harus melewati jalan setapak itu dalam keadaan gelap gulita… hhhmmm… pasti sangat mengerikan lah pokoknya!!!
Hari itu Hana mendapat tugas di meja 4 yaitu meja penginputan. Dimeja pendaftaran (meja 1) ada Tika, Meja 2 ada bang Ferdi dan Dokter Andra dan dimeja penyuntikan yaitu meja 3 ada kak Maya dan kak Sinta. Tapi sayang, jaringan disana sebenarnya tidak ada. Inipun Hana pakai Wifi Desa yang leletnya kebangetan macam siput. Jadi Hana lebih banyak uring-uringan sambil menunggu loadingnya yang lama sekali.
“Hana... Mu di meja 3 aja lah gantian abang sebentar. Abang sakit perut ne… mau keWc… gantikan sebentar ye… lagi pulak itu kan masih loading” tiba-tiba Bang Ferdi muncul kedalam ruangan dimna tempat Hana menginput.
“Oohh… okelah…” sebenranya Hana agak malas sech harus menggantikan posisi bang Ferdi karena otomatis dia duduk disebelah Dokter Andra. Di meja skrinning.
“Hay Kak…” sapa Dokter Andra saat Hana tiba dan duduk di sampingnya. Karena didepan ada pasien, jadi Hana berusaha bersikap sewajarnya.
“Iya.. bang Ferdi ke wc jadi mintak gantikan” ucap Hana
“Tahu kok Kak,,, Tadi aku yang nyuruh..” Hana mengerutkan keningnya tanda bingung sambil menoleh kearah Dokter itu, Tapi Dokter Andra pura-pura melayani pasien yang ada didepannya.
“Baik ibuk… saya Tanya-tanya dulu ya…. Bla… blaa….”
Hana menghela nafas kesal. Kayaknya ada yang tidak beres. Apa mungkin kawan-kawannya ini sengaja ya? Sudah setengah jam lewat Bang Ferdi tak pakai muncul, ke Wc atau kemana sech dia?
“Saya Lihat Bang Ferdi dulu ya…” Kata Hana hendak beranjak dari sana tapi belum sempat Hana bergerak Dokter Andra menarik Lengan Hana untuk duduk kembali.
“Eehh… Maaff kak, ngak sengaja….” Katanya melihat Hana langsung menepis dengan wajah yang risih atas perlakuan Dokter yang dia anggap sok akrab ini.
“Bang Ferdi saja yang di meja 4, kakak disini saja…” ucapnya lalu beralih kepasien yang selanjutnya. Hana ingin protes tapi karena lagi-lagi masyarakat ramai yang memperhatikan meraka jadi Hana menahan dirinya untuk tidak protes dulu, tapi dia tetap kesal. Siapa sech dia? Kok berani-beraninya bikin aturan sendiri!!
Jam 12 siang mereka berhenti sejanak untuk istirahat makan dan sholat. Mereka makan bareng diatas pondok kayu yang ada di depan kantor desa, angin sepoi-sepoi membuat udara yang lumayan panas jadi agak lebih segar.
“Yok dimakan semuanya… dokter Andra… mari makan jangan malu-malu…” kak Maya menawari. Kebetulan yang masak dan bawa semua makanan saat itu kak Maya, dia memang pintar masak. Masakannya enak-enak. Hana boro-boro bisa masak sebanyak ini, yang untuk dirinya sendiri aja terkadanng malas. Jadi Hana inisiatif hanya membawa buah saja.
“Gimana dok perjalannanya tadi, jangan kapok ya untuk kesini lagi….” Kak Sinta bertanya ke dokter Andra.
“Menyenangkan kak, sangat menyenangkan…”
ucap Dokter Andra sambil memandang Hana yang tengah menyuapkan nasi kemulutnya.
“Ciee.. Cie… kayaknya ada sesuatu nee….” Bang Ferdi bertingkah saat melihat pandangan Hana dan Dokter Andra beradu. Hana jadi tak selera makan.
“Sabar ya Dok… Hana memang agak kaku tapi lama-lama bisa lah….” Entah apa maksud Bang Ferdi ini, Hana melotot kearahnya tapi dia seakan tak perduli dia malah tertawa terbahak-bahak diikuti dengan yang lainnya, termasuk juga Tika. Hana merasa kesal… mereka kompak semua, seakan-akan menjodohkan dia dengan dokter ini. Dan Dokter itupun…. Hanya senyum-senyum malu begitu, Iihhh… sumpah Hana merasa geli dengan sikapnya… tak terbayangkan dia harus pulang boncengan lagi dengan dokter aneh dan bawel itu…. Dia benar-benar tak suka dengan situasi seperti ini. Dia tidak suka dengan dokter itu. Sama sekali tidak suka!!!
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments