Bab 4.

Sepeninggal ketiganya yang sudah tiba di rumah masing-masing, di bar terjadi keributan kecil antara Dion dan kekasihnya. Pertengkaran yang seharusnya tidak terjadi itu membuat para pengunjung bar terganggu.

Sikap kekanak-kanakan yang ditunjukkan Giska membuat Dion merasa malu. Ditambah lagi semua mata sudah tertuju pada mereka berdua.

Tidak hanya rasa malu yang Giska hadiahkan untuknya, Dion merasa tertekan menghadapi sikap Giska yang selalu ingin menang sendiri.

"Ayo, ikut aku!"

Dion menarik paksa tangan Giska dengan kasar. Matanya memerah seakan ingin mencabik-cabik kekasihnya dengan ganas.

"Lepaskan aku Dion! Apa yang kau lakukan?"

Giska berteriak meminta Dion melepaskan tangannya yang terasa sakit. Namun sedikitpun Dion tidak menggubrisnya.

Setibanya di depan pintu, Dion melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Giska dan menatap wajah kekasihnya itu dengan penuh kemarahan.

"Apa kau sudah puas mempermalukan aku di hadapan semua orang?" tanya Dion dengan nada tinggi, dia mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Terlihat kekecewaan yang begitu besar di wajahnya.

"Bukan begitu Dion, tapi...,"

"Aku tidak butuh penjelasan darimu. Kejadian malam ini sudah cukup menjadi acuan bagiku. Bukankah dari awal sudah aku jelaskan tentang hubungan ini. Apa kau tidak bisa mencerna ucapan ku?"

Kemarahan Dion meledak sejadi-jadinya hingga Giska terdiam seketika.

Sejak awal, hubungan keduanya memang tidak memiliki dasar. Tidak ada cinta yang tumbuh di hati Dion untuk Giska. Semua terjalin hanya untuk mengobati rasa sepi yang ada di hati masing-masing. Sepertinya Giska lupa diri dan menganggap hubungan itu nyata.

"Pergilah, aku tidak membutuhkan mu di sini!" usir Dion.

Dion membalikkan tubuhnya dan melangkah meninggalkan Giska yang masih terpaku dengan wajah sedihnya.

Sikap kasar Dion sangat menyakitkan di telinganya. Wanita cantik yang selalu berpenampilan seksi itu akhirnya pergi meninggalkan bar dalam amarah yang begitu besar.

***************

Keesokan harinya, sebuah mobil berwarna kuning tengah melaju menyusuri jalanan ibukota. Selang beberapa menit, mobil itu berhenti tepat di parkiran sebuah pusat perbelanjaan.

Seorang gadis cantik turun dan mengibaskan rambutnya yang terurai panjang. Lekukan tubuhnya yang indah bak gitar spanyol, meliuk-liuk seiring langkah kakinya yang tengah berjalan memasuki area mall.

"Selamat siang Nona Maura, lama tidak berkunjung. Ada yang bisa kami bantu?"

Seorang pelayan toko pakaian dalam wanita langganan Maura menyapa gadis cantik itu dengan ramah hingga membungkukkan punggungnya.

"Siang juga Mbak, Mbak masih ingat dengan saya? Padahal saya sudah lama loh gak ke sini."

Maura mengukir senyum di wajahnya, dia merasa tersanjung mendapat perlakuan khusus yang seharusnya tidak perlu dilakukan penjaga toko kepadanya.

Setengah jam sudah berlalu sejak Maura menapakkan kakinya di dalam toko langganannya tersebut. Dua pack paper back kini sudah ada di dalam genggamannya.

Tak hanya membeli pakaian dalam, Maura juga membeli beberapa pakaian tidur seksi untuk dirinya. Isi di dalam paper back itu sudah seperti pelangi saja, merah kuning hijau di langit yang biru.

Setelah mendapatkan semua barang yang dia butuhkan, Maura memutuskan untuk pergi meninggalkan mall dan berjalan ke arah mobil yang ada di parkiran.

"Braaaak,"

Tiba-tiba paper back yang ada di tangan Maura terlepas saat tubuhnya tak sengaja membentur seorang pria yang berdiri tegak tepat di hadapannya.

"Maafkan saya Nona, saya tidak sengaja. Apa Nona baik-baik saja?"

Suara besar dan tegas pria itu membuat Maura merinding ketakutan hingga merasakan getaran yang mengguncang di sekujur tubuhnya.

Saking syok nya mendengar suara itu, Maura sampai lupa memungut kembali barang belanjaannya yang sudah berserakan di atas lantai.

"Ada apa Nona, apa yang terjadi denganmu? Kau terlihat ketakutan sekali, apa ada yang mengganggumu?"

Pria tampan yang ternyata adalah Dion si pemilik bar itu menatap wajah Maura dengan mata sayu nya.

"Tunggu! Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya. Wajahmu begitu familiar di mataku."

Dion memperhatikan wajah gadis cantik yang masih terpaku di hadapannya dengan seksama.

"Maaf, mungkin anda salah orang."

Maura tak mau menatap wajah pria yang menabraknya itu, dia bergegas memungut barang belanjaannya dan berlalu tanpa sepatah katapun.

***************

Sore harinya, suasana di bar masih sangat sepi. Beberapa karyawan yang bekerja di sana sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada yang tengah asik merapikan minuman di rak, ada juga yang tengah fokus mengelap meja dan menatanya kembali dengan rapi.

Dari arah luar, terdengar langkah kaki yang semakin lama semakin jelas di telinga. Tapi tidak untuk Dion yang saat ini tengah termenung di sebuah bangku yang ada di pojok ruangan.

Bola mata berwarna coklat itu menatap lurus menembus jendela kaca yang ada di hadapannya. Jari jemarinya mengetuk permukaan meja secara bergantian.

"Sore bos,"

Diki yang baru saja datang menyapa Dion dari arah samping. Namun, tidak ada sahutan sama sekali dari mulut pria tampan itu.

"Ada apa dengannya?"

Diki mengernyitkan keningnya, tangannya bergerak meraih kepalanya dan menggaruknya dengan ekspresi wajah bingung. Ada banyak pertanyaan yang mengganjal di dalam hatinya melihat Dion seperti ini.

Dengan langkah sedikit lambat, Diki kembali mengayunkan kakinya dan meraih bangku yang ada di samping sahabatnya itu. Hal itu sontak saja membuat Dion terperanjat kaget dan tersadar dari lamunannya.

Mata Dion yang tadinya tak berkedip menatap halaman samping bar, kini mengerinyam setelah menyadari seseorang telah datang menghampirinya.

"Sepertinya suasana hatimu sedang tidak baik. Apa yang kau pikirkan?" tanya Diki membuka percakapan.

"Tidak ada," sahut Dion singkat.

"Jangan bohong! Aku tau kau sedang memikirkan sesuatu. Apa ini ada hubungannya dengan kekacauan yang terjadi semalam?" tanya Diki menerka pikiran Dion.

"Jangan sok tau! Untuk apa aku memikirkan wanita menyebalkan itu?"

Dion menampik pertanyaan Diki dengan tatapan begitu tajam.

Jawaban Dion membuat Diki semakin penasaran. Apalagi yang Dion pikirkan selain dari wanitanya yang agresif itu.

"Kau benar. Aku memang sedang memikirkan seseorang, tapi bukan wanita itu. Wanita ini lebih spesial, entah kenapa aku ingin sekali mengenalinya. Tapi dia tak memberi respon sedikitpun padaku." ucap Dion mengakui isi pikirannya.

"Siapa?" tanya Diki penasaran.

"Nanti saja kita bicarakan! Aku mau keluar, ada sesuatu yang harus aku selesaikan. Bekerjalah dengan baik jika ingin mendapat bonus bulan ini!"

Dion menepuk pundak Diki, kemudian berlalu meninggalkan pria berkulit sawo matang itu sendirian di sana.

Meskipun terkadang sikap Dion tak bisa dimengerti, namun dia adalah pria baik yang hidup dalam kesendirian tiada akhir.

Di depan semua orang dia terlihat begitu tangguh dan kuat. Namun di dalam hatinya ada begitu banyak luka yang membuatnya rapuh dan lemah. Dia butuh sandaran tempat mencurahkan segala isi hatinya yang sepi tak berpenghuni.

Terpopuler

Comments

Putri Putri

Putri Putri

hahahaha, mikirin siapa

2022-07-28

2

Alenka

Alenka

yeee,ketemu lagi.
tapi sayangnya maura gak liat

2022-06-27

2

Aza Azalea

Aza Azalea

fix dion mikirin maura

2022-06-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!