Bab 3.

Di tengah hingar bingar nya suasana bar pada malam ini, mata Maura menggelinding menyisir setiap sudut ruangan remang-remang itu.

Kemana arah matanya tertuju, di situ dia menangkap pemandangan menggelikan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

"Ya Tuhan, apa yang mereka lakukan di tempat umum seperti ini? Berpegangan tangan, saling menempel, bahkan ada yang berciuman tanpa malu sedikitpun. Dosa apa yang aku lakukan hingga mataku harus dikotori dengan hal-hal menjijikkan seperti ini?" batin Maura dengan wajah berubah aneh.

"Ra, kamu kenapa?" tanya Dinda yang mulai sadar akan perubahan raut wajah Maura yang begitu tiba-tiba.

"Tidak apa-apa Din, hanya saja suasana di tempat ini terasa aneh. Aku tidak suka melihat hal-hal seperti ini!" jawab Maura sedikit gugup.

"Memangnya apa yang kamu lihat, Ra?" tanya Ayu penasaran.

"Tidak ada, lain kali jangan membawaku ke tempat ini lagi!" jelas Maura yang terang-terangan tidak suka menginjakkan kakinya di tempat kotor seperti ini.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah mengamati gerak gerik ketiganya dari kejauhan. Seorang pria berperawakan tinggi besar dengan otot yang terlukis jelas dibalik kaos putih yang dia kenakan. Bola matanya yang berwarna coklat, tak henti-hentinya menatap Maura begitu lekat.

"Hei, ada apa bos? Apa yang kau lihat, kenapa senyum-senyum sendiri seperti orang gila?" tanya Diki, dia menepuk pundak bos nya sehingga membuyarkan pandangannya seketika.

"Kurang ajar, apa kau tak punya pekerjaan lain selain mengganggu kesenangan orang?"

Pemilik bar yang bernama Dion Adriano itu dengan spontan memukul kepala Diki cukup keras.

"Hei, apa yang kau lakukan padaku? Rasanya benar-benar menakjubkan. Apa kau ingin membunuhku di tempat ini?" ketus Diki sembari mengusap kepalanya yang kini berputar-putar.

"Lakukan saja pekerjaanmu, jangan menggangguku! Apa kau mau gaji mu bulan ini aku potong hah?" gertak Dion dengan tatapan membunuhnya.

"Dasar bos kejam, dikit-dikit potong gaji. Kau anggap apa aku ini hah?" Diki mendongkol kesal, kemudian beranjak pergi begitu saja.

Karena tidak ada lagi yang menghalangi pandangannya, Dion kembali mengarahkan bola matanya ke arah sofa yang diduduki ketiga gadis cantik tadi.

Namun siapa sangka sofa itu sudah kosong tak berpenghuni. Entah kemana ketiga gadis tadi sehingga bola matanya menggelinding menyisir setiap sudut ruangan.

"Dimana mereka?" batin Dion sedikit kecewa.

Di tengah-tengah pencariannya akan ketiga gadis itu, tiba-tiba terdengar suara seksi nan menggoda memanggil namanya dari arah belakang. Sepasang tangan mulai meraba melingkari area pinggangnya.

"Sayang,"

Dion terkejut, lalu menoleh ke arah belakang dan mendapati tubuh seseorang sudah menempel pada permukaan punggungnya.

Dion yang tadinya terpaku, kemudian membalikkan tubuhnya dengan cepat. Seketika, kecupan hangat pun meluncur di permukaan bibirnya dengan begitu mesra.

Namun siapa sangka, Maura, Dinda dan Ayu yang saat itu baru saja keluar dari toilet, tak sengaja melihat adegan mesra itu dengan mata kepala mereka.

"Laki-laki mesum, menjijikkan!" umpat Maura dengan wajah paniknya, dia pun melempar pandangannya ke arah berlawanan.

Disaat bersamaan, Dion tak sengaja menoleh ke arah depan. Matanya terbelalak mendapati ketiga gadis yang dia lihat tadi sudah terpaku di hadapannya. Hal itu sontak saja membuat Dion terperanjat kaget dan bergegas mendorong tubuh Giska sedikit kencang.

"Maaf ya Om, lain kali jika mau berciuman carilah tempat yang sepi! Jangan melakukan hal seperti itu di tempat umum. Tidak semua pengunjung yang datang ke tempat ini terbiasa menyaksikan hal menjijikkan seperti itu!" gerutu Ayu terang-terangan menyatakan ketidaksukaannya, tatapannya tajam setajam pisau yang baru diasah sang empunya.

Ayu kemudian meraih tangan Maura dan Dinda bersamaan, mereka bertiga berlalu meninggalkan sepasang kekasih tak tau malu itu dengan ekspresi wajah yang tidak biasa.

"Hei, tunggu!" teriak Dion, dia pun membalikkan tubuhnya dengan cepat.

Entah apa yang dipikirkan oleh Dion saat ini, raut wajahnya berubah drastis seperti tidak senang dengan apa yang baru saja terjadi.

"Biarkan saja sayang! Untuk apa mengurusi hal yang tidak penting seperti itu?" ucap Giska yang dengan sigap menahan tangan Dion agar tetap berada di sisinya.

Di luar sana, Maura menghela nafas panjang dan membuangnya kasar. Hatinya sedikit lega setelah keluar dari tempat menjijikkan itu. Dia kemudian menarik ikat rambutnya dan membiarkan rambut panjangnya terurai dengan bebas.

"Puftt, mimpi apa aku semalam? Bisa-bisanya mataku ternoda dan menyaksikan semua itu dengan jelas." gumam Maura sembari mengetok jidatnya berulang kali.

"Hahahaha, santai saja Ra! Ciuman doang belum apa-apa kali. Kapan lagi dapat tontonan gratis seperti tadi?" celetuk Dinda terkekeh-kekeh.

"Woi, nonton film gratis apanya? Dasar otak mesum!" sambung Ayu.

Ayu menggertakkan giginya kuat, lalu menarik kuping Dinda saking kesalnya mendengar celetukan dari mulut gadis tomboy itu.

"Aduh, sakit Yu!" keluh Dinda sembari mengusap kupingnya yang terasa panas.

"Makanya jangan berpikiran yang aneh-aneh. Kita boleh saja menikmati masa muda dengan bebas, tapi harga diri kita sebagai wanita tetap nomor 1. Emangnya kamu mau di cap sebagai wanita murahan, atau kamu mau mengikuti jejak sepasang kekasih yang tidak punya malu itu?" gerutu Ayu panjang kali lebar.

"Apaan sih Yu, kok jadi melebar kemana-mana? Orang cuma bercanda doang malah dimasukin hati." ucap Dinda, dia memanyunkan bibirnya dan memasang wajah cemberut nya.

Melihat suasana yang mulai memanas diantara Ayu dan Dinda, Maura berinisiatif menghentikan perdebatan yang tidak jelas ujung pangkalnya itu.

"Sudah, sudah, apa-apaan kalian ini? Tidak ada gunanya mendebatkan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan kita. Biarkan saja mereka berbuat sesuka hati mereka. Intinya kita jangan begitu!"

***************

Malam semakin larut, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Mereka bertiga berpisah di depan gerbang sebab Ayu membawa mobilnya sendiri.

Dalam perjalanan pulang, Maura tak henti-hentinya menggerakkan bibirnya seakan tengah bicara dengan sendirinya.

Setelah mengantarkan Dinda pulang, tatapan mata Maura berubah aneh seakan memikirkan sesuatu. Entah apa yang dia pikirkan saat ini, namun ekspresi wajahnya sangat susah untuk ditebak.

Tiba di rumah, Maura bergegas masuk ke dalam kamarnya.

"Baaam,"

Suara lantang bak gemuruh terdengar begitu jelas saat Maura menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Pelan-pelan sepasang kelopak matanya mulai mengatup menutupi bola mata indahnya.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi denganku? Kenapa setelah melihat kejadian tadi rasa takut itu kembali menghantuiku?"

"Aku ingin sembuh, aku tidak kuat lagi menahan penderitaan ini."

"Aku ingin mengakhiri semuanya Tuhan, tolong bantu aku!"

Di dalam pergejolakan batin yang semakin menghantam jiwa dan pikirannya, akhirnya Maura tertidur merengkuh penderitaannya yang seakan tiada henti.

Terpopuler

Comments

Putri Putri

Putri Putri

ketakutan sebab apa ya

2022-07-28

2

*~W¥^ Al~*

*~W¥^ Al~*

apa perna dilecehkan oleh laki laki luknut bin baj**gan...

2022-07-11

2

Alenka

Alenka

sabar maura
pelan pelan pasti sembuh

2022-06-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!