Hari berganti hari dan pada akhirnya seminggupun berlalu, mas Rehan sudah kembali bekerja seperti biasanya. Kami mulai berangkat dan pulang kerja bersama lagi.
Desi yang kini juga akhirnya sudah menempati kamar lantai atas di seberang kamar kami, aku sebenarnya ingin menghindari dengan pindah nomor kamar kosan, tapi itu akan sangat merepotkan harus memindahkan barang-barang dan membereskan ulang.
Kami memutuskan untuk tetap tinggal di kamar itu dan lebih berhati-hati agar tidak ketahuan, sebenarnya satpam kosan kami pun tahu status pernikahan kami tapi entah kenapa Desi dan yang lainnya tak tahu kabar itu, aku bersyukur kala itu.
Pernah suatu ketika aku dan Mas Rehan pulang shift 2, sekitar pukul 12 malam. Saat kami ingin masuk kosan, kami melihat Desi yang sedang mengobrol di depan gerbang di pos satpam. Akhirnya hanya aku yang turun dan mas Rehan pura-pura pergi.
Menegangkan memang, dan itu terkadang lucu hingga membuatku menertawakan kelakuan kami yang konyol ini.
Aku sudah berada di kamar, sudah berganti pakaian dan sedang bersantai.
"Mas Rehan kemana dulu ya, mudah-mudahan Desi cepat masuk ke kamarnya." Ucapku
Tok
Tok
Tok
Aku Pun berdiri dan membuka pintu, saat terbuka terlihat mas Rehan yang langsung masuk dengan cepat.
"Astaga mas… pelan-pelan dong..!"
"Aku hanya tak ingin Desi melihatku, makanya mas masuk dengan cepat, bukankah kamar dia tepat di atas di depan kamar kita, pasti akan terlihat jelas jika dia ada di teras atas." Rehan
"Hmm.. iya sih, mas jalan-jalan kemana aja? hehe.."
"Apanya yang jalan-jalan, mas ingin cepat pulang tapi harus berkeliling dulu, dan kamu dek malah senang menertawakan mas mu ini, astaga dek.. dek.., jangan durhaka begitu lah dek..!" Rehan
Aku terus tertawa mendengar keluhan Mas Rehan, ya memang banyak hari yang kami lewati dengan ketegangan. Dan juga kebohongan untuk menutupi ini semua. hmmm…
Keesokan harinya kami bnagun pagi sekali, karena kami akan pergi ke membeli sepatu olahraga. Kami sangat membutuhkannya karena kami berencana lari pagi bersama ketika hari libur tiba.
Saat kami berada di pusat perbelanjaan, aku begitu senang, aku berjalan berdampingan bersama mas Rehan, ingin rasanya aku menggandeng tangannya tapi ko rasanya malu ya? Padahal kami sudah menikah. Hehe
"Yang itu bagus dek." Tunjuk mas Rehan pada salah satu sepatu yang berjejer rapih.
"Ah aku kurang suka dengan warnanya mas."
"Baiklah, kita cari lagi." Rehan
Saat aku melihat balita yang lucu yang sedang digendong ibunya itu, aku begitu fokus memandangnya dengan senyuman.
"Kamu mau punya anak yang lucu begitu?, hmm sabar ya sayang sampai pernikahan kita diumumkan..!" Rehan
"Iya mas, aku berharap nanti kamu menjadi ayah yang baik, yang perhatian dan peduli dengan anak kita nanti, jangan sampai seperti aku yang begitu jauh dengan bapakku sendiri, canggung seperti kepada orang lain." Ucapku sedih
"Iya, mas akan berusaha sayang." Rehan
Iya, aku terlahir dari keluarga sederhana, aku hanya dekat dengan ibuku saja. Bapakku tak pernah mau mengasuh aku dan adik-adikku sejak dulu, ibuku pun mengatakan jika dulu beliau sangat kerepotan mengurus kami tapi bapakku hanya bertugas mencari uang saja.
Ketika pulang bapakku akan beristirahat tanpa menyapaku dan adikku, sifatnya yang pemarah membuatku takut untuk dekat-dekat dengan beliau, meski aku tau dia tetap ayahku yang selalu bekerja keras mencari nafkah.
Tapi… kami sebagai anak juga sebenarnya memerlukan kasih sayang, pelukannya dan perhatiannya.
Tak pernah ada obrolan, candaan antara ayah dan anak di rumah. Itu berlangsung sampai kami dewasa, hingga kami sebagai anak-anaknya merasa canggung dan takut.
Tak pernah kami merasakan dipeluk, diajak bermain, diajak bercanda, mengobrol tentang kegiatan sekolah, itu membuat kami canggung jika dekat-dekat dengan beliau.
Dari pengalamanku itu, aku menegaskan kepada mas Rehan agar jangan sampai melakukan kesalahan seperti itu.
***
Pada dasarnya ayah juga berperan dalam mendidik dan mengasuh anak. Hal ini dicontohkan dalam kisah-kisah teladan dalam Al-Quran. Misalnya, kisah Luqman yang menasehati anaknya, Nabi Ibrahim yang mendidik Ismail agar menjadi anak saleh, Nabi Zakariya dan anaknya, Nabi Yahya, dan lain sebagainya.
Bagaimanapun juga, penelitian psikologi terkait parenting menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan berdampak pada perilaku anak sejak dini. Selain itu, ayah yang terlibat dalam mengasuh anak juga menjadi faktor risiko agar anak tidak mengembangkan perilaku antisosial atau tindakan bermasalah lainnya.
Peran penting ayah dalam keluarga ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Seorang ayah adalah bagian tengah dari gerbang surga. Jadi, tetaplah di gerbang itu atau lepaskan," (H.R. Tirmidzi).
Hadis di atas menggambarkan bahwa ayah merupakan kunci penting dalam membimbing dan mendidik anak dalam suatu keluarga. Wajar apabila Rasulullah SAW menyatakan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci dan fitrah. Kedua orang tuanya yang membentuk dan mempengaruhinya menjadi anak saleh/salihah atau tidak.
"Tiada seorang pun yang dilahirkan kecuali dilahirkan dalam fitrah [Islam]. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi," (H.R. Bukhari dan Muslim).
***
Kami pun pulang setelah mendapatkan sepatu yang sesuai dengan keinginan kita, aku bersyukur karena memiliki suami yang mengerti dan akupun bisa bercerita padanya layaknya seorang sahabat.
Bersambung...
yu baca kepoin novel aku yang pertama..!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments