BAB 3 Pertengkaran

Aku yang kaget dengan pertanyaan temanku itu, membuatku diam sejenak memikirkan jawabannya.

"Benarkah? Mungkin kakak salah lihat, mana berani aku berbuat seperti itu," Jawabku sambil pura-pura sibuk mengambil pekerjaan lain.

"Tapi, yang anehnya lagi ketika malam besoknya aku pergi ke kosan temanku yang berada tak jauh dari nomor kosan kamu, aku melihat Rehan masuk lagi menginap di kosan kamu, aneh bukan?" Tanya kak Heru.

"Hahahaha… kakak salah lihat kali," Aku mencoba tertawa seakan-akan itu sebuah lelucon padahal sebenarnya aku gugup.

Astaga, bagaimana ini? Keluhku dalam hati

"Ih, aku seriusan Mel.., masa kakak salah lihat sih, tapi masa iya kumpul kebo ko rutin ya tiap malem, hmmm.. hmm kamu sudah menikah ya sama Rehan? Aku tau kok pas aku lapor pak satpam." Ucap kak Heru

"Hmm.. karena kakak terlanjur tahu, iya aku sudah menikah tapi jangan bilang-bilang sama teman-temanku yang lain ya kak..!" Ucapku memohon

"Baiklah, tapi bagaimana rasanya ketika sudah menikah, enak kan?" Ucap kak Heru menggodaku

"Iishh.. kakak ini, hmm.. iya enak ada yang nemenin terus, udah ah aku mau lanjut kerja disebelah sana, disini mah ada yang nyebelin."

Aku Pun beranjak pergi, seketika hatiku lega karena bisa berhasil menjauh dari kak Heru, aku tidak mau dicerca dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya, dan aku berharap kak Heru bisa menjaga rahasiaku.

Tidak terasa jam sebentar lagi menunjukan waktu pulang, aku bersiap-siap membereskan pekerjaanku. Menghampiri Sulis dan yang lainnya, kami turun ke bawah melewati tangga secara bersamaan.

Seperti biasa aku akan pulang bersama mas Rehan menuju parkiran motor yang lumayan jauh dari pabrik, kami sering berjalan kaki sambil mengobrol. Meski sebenarnya mas Rehan sudah tinggal di kosan ku yang dekat sekali dari pabrik tapi demi menutupi pernikahan kami, kami tidak merubah kebiasan apapun selama di tempat kerja.

Sesampainya di kosan kami akhirnya dapat merebahkan tubuh yang rasanya sudah lelah sekali, karena kami sama-sama bekerja maka dalam hal mencuci, memasak dan bebenah kamar kosan pun kami lakukan bersama. Aku merasa suamiku memang lelaki yang pengertian.

Ketika berada di pabrik dan sudah memasuki kawasan kerja, aku dan mas Rehan akan seolah-olah tak kenal, kami fokus pada pekerjaan masing-masing. Tapi ketika pulang kerja saat itulah kami meluapkan rasa rindu.

Kamar kosan yang kecil itu menjadi saksi saat kami melepas rindu, saling bercum*u, saling memberikan nafkah batin layaknya pasangan suami istri.

Selisih usia kami hanya terpaut 1 tahun, kami menikah disaat aku berusia 21th dan mas Rehan 22th. Memang usia yang masih muda sekali untuk mas Rehan menikah.

Pertengkaran pertama kami dimulai saat mas Rehan habis kontrak, ia harus menunggu beberapa minggu untuk masuk kerja lagi untuk tanda tangan kontrak lagi, saat itu aku yang lelah bekerja melihat mas Rehan yang memang sedang tidak bekerja tapi seakan pekerjaan rumah pun aku yang mengerjakan. Ketika sarapan pagi pun aku yang keluar untuk mencarinya dan tentu saja dengan menggunakan uang gajiku.

Saat itu seharusnya aku ikhlas, toh sudah kewajiban seorang istri melayani suaminya, kalau masalah pekerjaan seharusnya aku ikhlas dan sabar menunggu mas Rehan kembali bekerja.

Saat malam hari pertengkaran terjadi, membuat mas Rehan emosi lalu ia membenahi beberapa bajunya ke dalam tas, memakai jaket dan bersiap pergi. "Ya sudah, aku mau pergi dari sini..!"

Aku yang masih sama-sama emosi membiarkannya pergi meski hati gelisah.

Bagaimana ini, apakah mas Rehan akan pulang ke rumah orang tuanya? Aku tak menyangka mas Rehan bisa sekasar itu, biasanya ia lemah lembut, biarkan sajalah.. tapi masa iya baru menikah aku mau bercerai lagu sih? Pikirku

Aku menangis sepanjang malam, tapi ternyata mas Rehan kembali pulang, mungkin ia hanya pergi mencari angin segar dan menjernihkan pikirannya.

Aku yang lelah menangis dan tertidur di atas karpet pun diangkatnya, dan tubuhku pun dibaringkan di kasur.

Iya aku tau kamu juga pasti sama menyesalnya denganku.. Mas.Gumamku dalam hati saat mas Rehan membopongku, memang kala itu aku tertidur tapi aku terbangun dan pura-pura tidur nyenyak.

Mas Rehan pun tidur disampingku mengelus-ngelus pipiku, lalu mengecup keningku sambil berkata "Maaf.." dia pun tertidur disampingku dan memelukku.

Saat aku mendengar kata Maaf yang tulus dari bibirnya, air mataku jatuh tak tertahan. Aku merasa memang kita perlu introspeksi diri, dan saling memahami karakter masing-masing yang memang baru diketahui setelah menikah.

Pagi hari tiba, aku dan mas Rehan kembali berbaikan tanpa kata, kami seolah saling melupakan kejadian semalam dan bersikap seperti biasanya.

"Kita buat nasi goreng aja yuk, buat sarapan..!" Ucap Mas Rehan

"Iya ayo.., mas apa aku yang masak?"

"Mas saja, kan kamu nanti siang berangkat kerja jadi pagi ini mas masakin makanan enak buat kamu."

"Yakin enak?"

"Iyalah, kamu tunggu disitu aja..!" Rehan

"Ok, kalau gak enak mas habiskan sendiri ya..!" Ucapku sambil tertawa kecil.

Mas Rehan hanya melirik, dan memberi isyarat oke.

Setelah makanan matang aku sarapan dengan disuapi oleh mas Rehan, rasanya kami masih dengan status berpacaran. Entahlah setelah bertengkar membuat rasa rindu datang. Membuat kami semakin romantis.

"Gimana rasanya, enak kan?" Rehan.

"Lumayan."

"Bilang aja enak apa susahnya sih bikin suami seneng..!" Wajah mas Rehan tiba-tiba cemberut, merajuk seperti anak kecil.

"Iya enak." Jawabku sambil tersenyum dan mencubit pipinya, agar ia berhenti merajuk.

Setelah sarapan, aku pergi ke halaman depan kosa untuk menjemur baju. Disana aku bertemu temanku yang memang tinggal di kosan ini juga, karena kosan ini ada sekitar 300 kamar, aku sendiri mengambil kosan nomor 120 yang letaknya di lantai bawah.

"Eh kak Mel jemur baju juga?" Tanya Desi temanku

"Ah, iya.. kamu juga nih?"

"Iya kak, eh kok ada baju cowoknya kak, itu punya siapa?"

Deg

Aku mulai speechless dengar pertanyaan temanku itu, "Aku bingung harus beralasan apa lagi, Hmm.." pikirku

"Oh ini, ini baju dan jaket kak Rehan yang ketinggalan jadi kakak cuciin deh sekalian. Hehe"

Jawabku dengan sedikit tersenyum untuk menyembunyikan rasa gugupku.

"Oh, tapi subuh tadi pas aku keluar kamar, aku melihat motor kak Rehan udah ada disini aja, tadi juga aku sempet lihat kak Rehan sedang masak di kosan kakak, emang boleh ya berkunjung subuh-subuh? Bukannya ada 2 satpam yang jaga di depan?"

Astaga, pertanyaan apalagi ini? Gumamku kesal dalam hati

***

Memang kebanyakan orang sebelum menikah ia akan menunjukan sisi baiknya saja dan saat sesudah menikah ia akan menunjukan karakter-karakternya yang lain, eiits.. jangan terkejut ya dengan perubahan itu, disinilah kita diuji kesabaran dan harus bisa saling memahami satu sama lain, dan jika perlu intropeksi diri kita masing-masing agar bisa menjadi lebih baik. :)

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sui Ika

Sui Ika

pindah kos lah yg jauh,

2022-10-31

1

R@yn@

R@yn@

usia pernikahan yg masih seumur jagung .....masih dalam masa mengenal dan menyesuaikan satu dengan lainnya, ditambah dengan menyembunyikan status.... repot oe......

2022-09-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!