“tidak perlu.” jawabnya singkat jelas dan sangat padat, aku berpikir dia adalah pria yang sangat dingin, bahkan setelah apa yang terjadi tidak ada kemarahan sama sekali di wajahnya, tetap datar seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
“kalau begitu apa yang bisa aku lakukan untuk menggantinya.”
“aku sangat sibuk.” dia berjalan melewatiku begitu saja, menemui seorang pria yang akan menghampirinya tapi lebih dahulu dia yang menghampiri pria itu. kalau dalam cerita-cerita dan bisa aku tebak, pria yang barusan aku tabrak adalah atasan dari pria yang baru saja masuk untuk menemuinya. seorang CEO dengan Asisten pribadinya, hanya menebak.
aku duduk di salah satu meja dengan Aliyah yang baru saja mengambilkan minuman baru untukku. dia nampak sangat antusias untuk mengatakan sesuatu padaku, membuatku cukup penasaran akan hal tersebut.
“kamu tau siapa tadi.” ucap Aliyah yang lebih menyuruhku untuk menebaknya.
“tidak tahu.”
“Sean, Sean Alexander Nicolas, CEO dari SAN Group. setelah aku lihat-lihat, dia memang sangat tampan aslinya, semua orang tergila-gila padanya tapi yang namanya orang kaya pasti sejak kecil sudah memiliki jodoh, sayang sekali.”
“CEO SAN Group?.”
“masa sih kamu nggak tau? penulis tapi minim literasi soal berita luar. SAN Group itu salah satu perusahaan besar yang saat ini menjadi perusahaan terbaik se-Asia, bergerak di bidang elektronik, transportasi, bank, kecantikan, fashion, bahkan juga medis. rumah sakit Alexander itu milik SAN Group.” jelas Aliyah yang cukup membuatku sangat terkejut dan kagum, dia adalah pria yang sangat hebat melebihi apa yang aku pikirkan tentangnya saat pertama kali melihat, melebihi tokoh utama pria yang ada dalam novelku.
“sayangnya sampai hari ini semua berita datingnya hanya hoax.” lanjut Aliyah.
“dia pria yang hebat harusnya bertemu dengan wanita yang setara, apakah tidak ada wanita hebat yang bersanding dengannya.”
“entahlah, karena berita datingnya juga dengan wanita-wanita hebat, dari selebritis papan atas hingga pebisnis atau keluarga terpandang.”
“aku pikir orang seperti itu hanya ada di dalam novel.” ucapku pada Aliyah yang membuatnya tertawa.
“benar, aku juga berfikir seperti itu. bagaimana kalau kamu membuat novel tentangnya?.”
“lalu? aku bahkan sama sekali tidak tahu tentangnya.”
“bayangin aja seorang CEO bertemu dengan wanita biasa lalu jatuh cinta, tapi terhalang oleh keluarganya.”
“sudah banyak yang seperti itu.”
“tapi walaupun banyak, rata-rata sudah tau alurnya pun pembaca akan tetap membacanya.”
“aku akan pikirkan lagi, karena aku ingin membuat cerita yang benar-benar berbeda dari yang lain.”
perbincanganku dengan Aliyah berlangsung sangat lama, dari membicarakan orang lain hingga curhat masalah masing-masing. sore itu aku dan Aliyah pulang ke apartemen masing-masing, Aliyah pulang ke apartemennya di dekat kantor tempatnya bekerja, dan aku pulang ke apartemenku sendiri.
aku membuka bagasi mobil dan mengeluarkan seluruh paper bag belanjaanku, terlalu banyak untuk kubawa naik sendirian, tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin aku tinggalkan di dalam mobil begitu saja.
“aku bantu.” suara seseorang dari sebelahku membuatku menoleh.
“Jordan.” sebutku, dia Jordan Margantara, teman satu kerjaan Aliyah di penerbitan sebagai seorang Editor juga. aku dekat dengan Jordan karena Aliyah dan kebetulan kita berdua satu gedung apartemen.
Jordan mengambil beberapa paper bag dari Bagasi mobilku, membantuku untuk membawa ke apartemenku yang ada di lantai 3. hanya sampai di depan pintu apartemenku kemudian aku mengucapkan terimakasih karena sudah membantuku membawa naik.
“kamu berubah.” ucap Jordan sambil melihat penampilanku dari atas hingga bawah.
“enggak juga kok, hanya mencoba hal baru.” jawabku, karena aku benar-benar tidak nyaman diperhatikan olehnya.
“bagus, cantik.” ucapnya kembali yang membuat pipiku memanas.
“thanks.”
“aku duluan.” Jordan berpamitan lebih dahulu untuk kembali ke apartemennya. aku hanya tersenyum dan melihatnya menghilang dibalik pintu lift.
aku membawa masuk seluruh belanjaanku kedalam apartemen, membersihkan apartemenku dari banyak debu dan menata pakaian yang aku beli di lemari pakaian, banyak pakaian lamaku yang benar-benar sudah tidak layak pakai, sangat lusuh dan jelek. ku masukkan semua kedalam kardus besar, besok yang masih layak mungkin akan kubawa ke tempat penyumbangan pakaian, sedangkan yang sudah tidak layak bisa di buang ke tempat sampah didepan gedung.
pekerjaan rumah telah selesai, aku mulai membuka kembali laptop, dengan lembaran yang masih kosong. aku belum tahu akan menulis apa, hingga pandanganku teralihkan pada ponsel yang ada diatas meja. namun aku malah teringat pada Sean, aku pun mulai berselancar di internet, mencari tahu mengenai nama Sean Alexander Nicolas, banyak foto-fotonya di majalah bisnis, bahkan dia termasuk pebisnis muda yang kaya raya di umurnya yang masih 27 tahun dan belum menikah.
Aku berfikir apakah bisa orang biasa disukai oleh pria sepertinya, sangat hebat dalam segala sisi, juga memiliki wajah yang sangat tampan, dia terlalu sempurna untuk ukuran manusia asli di kehidupan nyata. aku pun menulis cerita mengenai Sean, dengan tokoh utama sebagai penggambaran karakter pria nya, sedangkan karakter wanita hanyalah gadis biasa yang tinggal dari desa pindah ke ibu kota. terlalu drama, tapi pembaca menyukai cerita yang terlalu banyak menghayal seperti ini.
jam menunjukkan pukul 1 tengah malam saat perutku mulai lapar, aku berjalan menuju ke dapur untuk membuat mie instan, cukup untuk mengganjal perut karena stok bahan makanan yang sudah habis, tak lupa membuat kopi untuk menemani hingga pagi. jam yang selalu terbalik untukku sebagai seorang penulis, pagi digunakan untuk tidur sedangkan malamnya untuk bekerja. hal itu karena daya imajinasi di kepalaku yang sangat baik saat malam hari ketimbang saat terang.
sebelum melanjutkan menulis, aku pergi ke ruang tamu sekaligus ruang keluarga untuk menonton televisi sambil makan mie instan. di layar televisi pun seakan mengerti apa yang aku pikirkan, berita mengenai bisnis, dan wajah Sean terpampang disana.
“wah pasti dia tidak pernah makan mie sepertiku, atau minum kopi jam segini, pasti dia sedang tidur sangat nyaman di ranjang nya yang luas dan empuk.” aku melihatnya sambil membayangkan apa yang dia lakukan sekarang.
“yang pasti dia tidak akan pernah jatuh cinta padaku, itu adalah hal yang mutlak tanpa bisa diganggu gugat lagi.” aku berjalan menuju ke dapur setelah mematikan televisi dan kembali duduk di depan laptop untuk melanjutkan cerita yang tertunda.
kringgg
suara jam weker di meja yang menandakan sudah mulai terang, aku menutup ms.word dan juga menutup laptop kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menghilangkan mata panda sebentar. berjalan kembali menuju ke ruang ganti untuk mengganti pakaianku dengan pakaian olahraga, pagi ini sebelum tidur aku akan pergi jogging terlebih dahulu, minimal ada olahraga nya walaupun jam tidurnya terbalik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments