***
Dinda terbangun dengan posisi---- Cih, menjijikkan.
Dinda menggelengkan kepalanya. Badannya terasa remuk gara-gara pria asing yang sama sekali tak dikenalnya itu. Boro-boro dilembutin, Aris memperlakukan Dinda layaknya benda mati yang tak merasa kesakitan. Semoga pria itu mendapatkan karma suatu saat nanti.
Tapi Dinda sedikit lega, setidaknya orang asing itu mau menutupi badannya dengan kain, mungkin selimut maksudnya. Setidaknya pas Dinda bangun, dia tidak terlalu malu mendapati dirinya yang sudah tak suci lagi akibat ulahnya Aris.
Tangan Dinda yang masih terikat, membuatnya kesusahan untuk bergerak. Tangannya kesemutan, bahkan merah-merah akibat bergesekan dengan tali yang melilit di pergelangan tangannya.
Dinda juga ingin kabur, tapi diurungkannya. Mana mungkin ia kabur tanpa celana. Bahkan kemejanya saja tak terkancing semua.
Kembali air mata Dinda runtuh tak tertahankan. Dia sudah hina, kotor. Apakah Briyan masih mau menerimanya?
Dinda POV
Aku sangat hina dan kotor. Bagaimana mungkin Briyan bisa menerimaku? Apa jadinya aku setelah ini? Lebih baik aku mati dari pada hidup dalam bayang-bayang kotor seperti ini.
"Dasar pemerkosa, gue gak akan maafin loe. Jahat!" ucapku penuh makian.
Kembali aku terisak. Aku berharap kejadian ini adalah mimpi burukku. Namun___
Ceklek!
Terdengar suara pintu dibuka. Aku melirik siapa yang datang. Ah, ternyata bajingan itu yang masuk. Mau apa dia?
Dengan pelan namun pasti dia mendekatiku. Ternyata dia masih punya muka. Benar-benar gak tahu malu.
"Gimana sayang? Apa rasanya sangat nikmat?" tanyanya yang semakin membuatku jijik mendengarnya.
Cuih, nikmat? Rasanya pengen muntah di depan mukanya itu.
Namun sayangnya, suaraku dah habis. Lemas dan gak ada tenaga lagi untuk melawannya.
"Oh ya, kau sangat lemah ternyata. Nih, aku bawakan makanan untukmu. Setelah itu, kita akan melakukannya lagi. Sampai kau hamil," ujarnya begitu enteng. Mungkin urat malunya sudah putus. Makanya, dia tak ada rem saat mengatakan itu.
Tapi...
Hamil? Apa maksudnya?
Aku menggeleng, lebih baik aku dibunuh saja dari pada harus melakukannya lagi.
"Bunuh aja aku!" pintaku dengan suara serak. Aku haus, lapar layaknya tawanan yang tak pernah dapat belas kasih.
"Enggak akan. Bukan itu tujuanku," balasnya setengah meyakinkan.
Aku terdiam. Sebenarnya apa tujuannya? Pikirku keheranan.
"Makan!" perintahnya kemudian.
Aku melengos. Selapar apapun aku. Aku gak akan makan.
"Ni anak, masih mau melawan rupanya," gumam Aris setengah kesal.
"Makan Dinda! Makan!" perintahnya lagi. Kali ini dia menaikkan intonasinya.
Aku masih diam. Menatap makanan itu dengan nanar. Bagaimana aku bisa makan jika ke-dua tanganku masih terikat seperti ini? Dasar pria gak punya otak. Pikirku kesal.
Dia berdecih sebal. Lalu berjongkok di depanku dengan gaya yang terpaksa. "Kau manja juga ya Din, adikku gak semanja kamu tahu," ujarnya sambil mengambil sebungkus nasi dan tiba-tiba dia menyuapiku.
"Buka mulutmu!" suruhnya.
Apa-apaan ini? Kenapa dia tiba-tiba punya hati?Aku terdiam, menatap matanya yang sendu. Sepertinya pria ini adalah orang baik. Tapi kenapa dia bisa sebejat ini sama aku?
"Buka Dinda!" ucapnya yang kali ini balas menatapku.
Melihat dia yang balik menatapku, sontak aku menunduk. Bukan apa-apa, aku gak ada rasa sama dia. Tapi aku hanya ingin tahu bagaimana sikap dia aslinya.
"Buka mulutmu!" suruhnya lagi, kali ini dengan bentakan. Ternyata, kelembutan dia itu hanya beberapa detik aja. Selebihnya penjahat tetaplah penjahat. Nyesel udah sempat memujinya tadi.
Aku yang takut bakal dijahati lagi, akhirnya hanya bisa pasrah. Membuka mulut dan menerima suapan dari tangannya. Sebenarnya aku gak sudi makan dari tangannya. Tapi bagaimana lagi, aku juga butuh tenaga untuk ngelawan orang ini.
"Gitu dong? Kan jadi enak," ucapnya sambil terus menyuapiku.
Aku tak menyahut, tenggorokanku terasa kering. Sejak diculik tadi, aku belum diberi setetes minuman. Hanya air mata yang ku minum, tapi itu tak membuatku lega.
"Cepat dimakan Dinda! Ditelan!" suruhnya lagi saat melihatku melamun.
Aku heran aja sama ni orang, kenapa dia bisa tahu namaku? Bisa tahu soal mas Jo? Sebenarnya aku ingin bertanya, tapi kayaknya itu gak penting. Ah, nanti aja deh. Tunggu tenagaku pulih.
Tak terasa, air mataku kembali mengalir. Harga diriku sudah hancur di tangan monster jahat ini. Ya, kayaknya dia lebih layak dipanggil monster jahat. Sebab dia bukanlah manusia. Manusia hanya sebatas casingnya saja, tapi dalamnya adalah monster iblis yang gak punya hati.
"Ni anak dibaikin malah ngelunjak," ucap Aris tiba-tiba.
"Dinda, makan atau kita main lagi sekarang!" ancamnya kemudian.
Aku tahu dia menakut-nakutiku. Tapi mendengar kata main yang dia katakan barusan kok membuatku merinding ya. Secara tadi dia sudah main kasar. Langsung tusuk tanpa permisi lagi. Benar-benar manusia kejam, terkutuklah kau Aris. Sumpah serapah dan segala makian telah ku lontarkan untuknya meski cuma dalam hati.
"Oke, kalau kau diam---- itu tandanya kita akan main sekarang!" lanjutnya tiba-tiba.
Gila, apa-apaan dia?
"Jangan! Ku mohon jangan!" balasku ketakutan.
"Kalau gitu makan dong, aku udah baik hati lho sama kamu Din," ucapnya yang terlihat sok baik.
Ya udahlah, aku melanjutkan makanku. Lagipun ini gak terlalu buruk untuk lambungku yang sudah kelaparan sedari tadi. Saat aku asik mengunyah suapan darinya. Lagi-lagi dia berkata aneh.
"Aku mau kita menikah," celetuknya tanpa wajah berdosa.
Aku membelalakkan mata saking kagetnya. "Uhuk... uhuk!"
Bahkan aku sampe terbatuk-batuk. Makanan yang berada di mulutku saja sampai menyembur keluar.
"Ck, pelan-pelan dong kalau makan," ketusnya sambil mengusap bajunya yang kesembur makanan tadi.
Harusnya aku ketawa saat melihat ekspresinya yang konyol itu. Tapi ah, dia orang gila. Gak mungkin aku menikah dengan monster jahat ini. Bagaimana dengan hidupku nanti? Sekarang saja sudah hancur lebur. Gimana dengan yang selanjutnya? Apa dia menikahi ku hanya ingin membunuhku secara perlahan?
"GAK!!" Aku menggeleng dengan sekuat tenaga. Permintaan konyol apa yang barusan dia katakan.
"Aku gak mau!" ucapku lagi.
"Oh, jadi gitu. Kau lebih milih keluargamu menderita. Oke, aku akan menghancurkannya kalau begitu!" ancamnya yang kali ini terlihat serius.
"Sebenarnya siapa kamu? Apa kamu gak cukup ngehancurin hidupku? Bahkan aku aja gak kenal sama kamu. Tawaran macam apa itu? Menikah? Dasar monster jahat, kejam, tak manusiawi!" Makiku tanpa ampun. Untung tadi dia membujukku makan, jadi tenagaku sedikit berangsur membaik sekarang.
Praaaaaaangggg!
Dia membanting piring yang masih ada nasinya. Suaranya melengking di telinga. Ingin rasanya ku tutup pake tangan. Tapi sialannya, tanganku masih terikat. Kurang ajar memang orang ini.
Bukannya berhenti, habis membanting piring tadi dia malah berkacak pinggang di depanku. Ngapain gitu? Sok kebagusan aja, pikirku.
"Oh, jadi kamu lebih suka cara yang kasar. Oke, bersiaplah." Dia menyeringai sambil meloloskan kaos oblong yang ia kenakan. Ternyata Aris gak suka dilawan.
"Jangan sentuh aku, aku gak sudi!" teriakku emosi. Tapi kali ini dia memaksa dan menggendongku di atas ranjang.
"Hentikan!" teriakku lagi.
"Diam! Aku bilang diam!" bentaknya dengan kasar.
"Inikan maumu, dikasarin," bisiknya kurang ajar.
"Lepas! Lepas! Tolong!"
Bersambung...
Akankah ada yang menolong Dinda? Sampai kapan penderitaan Dinda akan berakhir?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
💜Balqish H😻
kasian kan si Dinda hrs kena getahnya
2022-09-26
0
💜Balqish H😻
sebenarnya tujuan si penculik itu buat apa? kalau mau menikah, kenapa ga dilamar sj
2022-09-26
0
🎯™ꨄ᭄⃟™Suci Anatasya❀⃟⃟✵🅠🅛
kenapa kok pakai diikat segala sih Dinda nya, si aris udah setres kali 😪
2022-09-21
0