Sudah sebulan berlalu semenjak Rini berkunjung ke rumah tetangga mesumnya itu. Sekarang ia selalu menghindari agar tak lagi bertemu dengan pria itu.
Rasanya ia sedikit canggung, apalagi semakin hari Andre semakin bertingkah. Dia tidak hanya menunggu saat Rini pulang kerja, tapi juga mengganggu waktu liburnya.
Sebenarnya rini sangat tak suka, dan ingin sekali marah. Tapi mau bagaimana lagi, tak ada yang mau membantunya, bahkan ibunya sendiri malah menyayangi bocah kecil itu.
Seperti sekarang ini. Andre sedang merengek meminta Rini membawanya ke taman. Tentu saja Rini menolak tegas hal itu, ia tidak ingin berurusan dengan ayah dari anak ini jika terjadi sesuatu.
"Andre ... Sebaiknya kamu mengajak ayahmu saja ya?" bujuk Rini untuk ke sekian kalinya.
"Gak mau! Andre mau sama bunda!"
"Tapi bunda gak bisa sayang"
"Ya sudah. Andre benci bunda! Huaaaaa"
perdebatan ini sudah terjadi beberapa menit yang lalu. Dan bocah ini tak juga mau menyerah. Tapi sepertinya kali ini ia berhasil.
Andre berlari pulang ke rumahnya. Meskipun ada sedikit rasa takut, tapi Rini tidak punya pilihan lain. Jika ia membawa anak orang tanpa permisi ia bisa dituduh sebagai penculikan nanti. Kalau anak itu membencinya mungkin itu lebih baik bagi Rini, dengan begitu tak ada lagi yang merecoki hari-hari bahagianya.
Ehh, kayak squidward saja.
"Rin, itu anak tetangga kenapa?" Diana masuk kekamar putrinya dengan wajah bingung, ia baru saja kembali dari pasar, tapi malah melihat anak Hendra keluar dengan menangis.
"Gak tau Ma," Susah juga dirinya menjelaskan, pasti ujung-ujungnya ia yang akan dimarahi.
"Kamu tuh ya! sama anak kecil itu harus baik-baik, mereka itu masih butuh kasih sayang. Pasti tadi kamu marahin ya?" Nah mulai lagi kan ibunya, lebih membela anak orang lain dari pada anaknya sendiri.
"Tapi yang salah bukan Rini Ma ... Masa Rini bawa anak kecil tanpa izin dari orang tuanya?" sudah cukup dirinya dimarahi.
"Kalau begitu minta izin pada ayahnya, begitu saja kok repot." Rini melotot mendengar ucapan ibunya.
"Gak mau! Nanti dituduh lagi seperti kemarin!!"
"Dituduh apa?" Ahh menyesal sudah Rini berbicara seperti itu, kenapa ia sampaikan lupa ibunya kan ratu kepo.
"Dituduh Rini cari perhatian. Rini heran, kok sudah tua seperti itu masih PD ya. dasar gak tau umur, udah tua belagu lagi!"
"Siapa yang kamu bilang tua?"
'Oh tuhan kenapa dia ada disini?? pasti dia akan mencari masalah!' Rini menoleh dengan canggung.
"Ehh tuan Hendra?" Rini menjadi gugup sendiri. Kenapa saat sedang membicarakan orangnya malah datang.
"Ehh nak Hendra ... silakan masuk nak," ucap ibu dengan lembut.
POV RINI
Entah mengapa aku begitu gugup melihat tetangga mesum itu datang. Apa dia datang ingin memarahi ku? karena sudah membuat anaknya menangis? jika benar bisa gawat ini.
Aku juga melihat Andre juga ikut di belakang ayahnya. Mungkin dia takut dengan ku, makanya dia bersembunyi di belakang sang ayah. Jika sudah begini dirinya akan jadi tersangka pertama, benar-benar bocah ini.
Saat ibu menyuruh mereka masuk, aku mulai mengambil langkah mundur. lebih baik aku menyelamatkan diri dulu, mungkin sebentar lagi dia akan mengamuk, hehe. Canda nyamuk.
"Ma Rini masuk kamar dulu ya," ucapku seperti berbisik.
"Ngapain ke kamar? tanggung jawab sana," kenapa ibuku malah ikut-ikutan? seharusnya ia membela anaknya.
“Tanggung jawab apaan, Emangnya dia hamil?!” Ibu melotot padaku, aku hanya menyengir saja.
Dengan kesal aku kembali ke ruang tamu, sambil mengomel. Rasanya malas sekarang melihat wajah pria mesum ini. Sedangkan ibu ia pergi menyiapkan minum untuk mereka.
"bunda ...," Andre mulai mendekati ku, sambil memegang jari telunjuknya yang diputar-putar. Persis seperti orang malu-malu tapi mau.
"Ada apa?" tanyaku lembut, tak lembut juga sih ada kesalnya juga ikutan, tapi berusaha aku tekan. Entah mengapa ada rasa bersalah jika mengingat aku sudah membuat ia menangis. Padahal anak ini begitu lucu. Mungkin karena terlalu kesal dengan ayahnya, terimbas dengan anaknya.
"Andre mau bobok sama bunda," Kenapa matanya itu begitu lucu, Ais, kan aku jadi gak tega menolak permintaan bocah lucu ini. Sebenarnya mau menolak, tapi melihat tatapan ayahnya juga ikut menajam membuat aku merinding sendiri.
"Kenapa gak bobok sama ayah?"
"Gak mau. Andre mau sama bunda!” kali ini anak ini mengeraskan suaranya. Apa mungkin ia tidak mau ditolak lagi ya?
Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Sedangkan bapaknya anak ini malah menatap ku dengan tajam. seperti ingin menyampaikan 'kau harus menuruti keinginan anakku'
Dari pada ini anak mengamuk lagi, lebih baik aku turuti saja. lagi pula hanya tidur siang, tidak akan jadi masalah. Sudah untung bapaknya gak mempermasalahkan, tadi aku pikir dia akan marah.
"Baiklah. Mmm ... sebaiknya Anda pulang saja tuan Hendra. Nanti Andre akan saya antar." Aku berkata dengan sopan, Tapi kenapa ibu melotot ya?
"Ehh ya udah terserah Anda saja," aku langsung mengendong Andre, membawanya masuk ke dalam kamarku.
Kenapa serasa punya anak sendiri ya? padahal belum kawin tapi sudah punya anak, Hadeh nasib-nasib.
POV AUTHOR
Sedangkan diruang tamu, ibu Diana sedang ngobrol dengan Hendra. Keduanya terlihat akrab. Dan Hendra juga meminta maaf pada ibu Diana karena sudah mengganggu putri mereka, ia sendiri merasa kasihan melihat Rini yang selalu diganggu putranya. Tapi mau bagaimana lagi, anaknya tak mau kalau diingatkan.
"Aku minta maaf Tante ... karena anak saya, putri Tante jadi terganggu."
"Gak apa-apa nak Hendra. dan jangan panggil Tante, panggil ibu saja ya."
"Ehh, iya Bu. Terima kasih atas kebaikan kalian. Sepertinya anak saya sangat menyukai putri ibu, sampai-sampai ia selalu ingin bersama Rini, “ ucap Hendra. Ada rasa bersalah, ada juga rasa senang dalam diri Hendra.
Bersalah karena sudah mengganggu hidup tetangganya itu. Jika senangnya, putranya mendapat kasih sayang seorang ibu dari tetangga barunya itu. meskipun Rini bersikap jutek padanya, tapi pada putranya wanita itu sangat lembut dan tidak pernah berbuat kasar.
"Gak apa-apa nak Hendra, Andre sudah saya anggap seperti cucu sendiri."
"Terima kasih sekali lagi ... Kalau boleh saya permisi dulu, nanti akan saya jemput lagi!"
"Gak usah nak Hendra... biar nanti Rini yang antar,"
"Tapi nanti akan merepotkan Rini lagi," ibu tersenyum lembut mendengar perkataan Hendra.
"Gak apa-apa. kamu makmumi sikap putri saya ya! dia memang begitu, tapi tenang saja. Urusan mengurus anak dia bisa kok!" Terlihat wajah Hendra berkerut mendengar penjelasan ibu Diana. Ia bertanya, kenapa bisa seperti itu? bukankah Rini belum pernah punya anak, atau mungkin ....
"Ehh, nak Hendra jangan salah paham ... Rini terbiasa karena dulu ia sering mengurus adiknya." ibu Diana mencoba menjelaskan. Melihat kebingungan pria didepanya ini.
"Oh, gitu ya buk. ya sudah saya permisi dulu!"
Hendra pergi kembali kerumanya. padahal tadi ia sedang rapat dengan bawahnya yang datang ke rumah. tapi melihat anaknya pulang menangis membuka dirinya syok, tapi setelah mendengar cerita Andre ia paham gadis itu tidak sepenuhnya salah.
Setelah beberapa menit Andre diam kembali merengek. kali ini permintaannya semakin aneh, ingin tidur dengan bundanya. sedangkan karyawan dibuat bingung, setahu mereka bosnya itu seorang duda. lalu siapa yang dibilang Bunda?
Akhirnya sampailah disini, di rumah tetangganya itu, ia harus menghilangkan egonya, demi kebahagiaan putranya.
Sedangkan Rini yang di dalam kamarnya, dibuat kebingungan oleh Andre. ia pikir hanya menemani tidur seperti biasa, tapi nyatanya anak ini minta dipeluk sampai dia terbangun.
"Bunda harus janji, gak boleh pergi sebelum Andre bangun?"
"Loh ... tapi kakak gak mau tidur dek! Kakak masih banyak pekerjaan!" Sebenarnya dia bohong, padahal pekerjaan dirinya sudah selesai. Tapi tidak mungkin dia menunggu sampai anak ini bangun bukan, bisa berjam-jam nanti.
"Gak mau." Andre memeluk Rini dengan erat. Seakan takut bundanya itu pergi. "Ayah bilang nanti bunda akan tidur sama Andre terus. Apa itu benar Bunda?”
'lah apa-apaan tuh orang, kenapa ia berbicara seperti itu pada anak kecil? jika seperti ini, harap aku ingin terbebas dari anak imut ini sirna dong' gerutu Rini tak terima.
"Lebih baik sekarang kamu tidur!"
"bunda janji gak akan pergi? bunda harus peluk aku seperti ini terus, sampai aku bangun?" Rini tersenyum lembut mendengar celoteh anak itu.
"Iya ... sekarang tidur ya?"
Seakan sudah mendapatkan apa yang dinginkan, Andre dengan patuh menurut untuk tidur. tapi tetap pelukannya tidak lepas dari Rini.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments