Setelah lama berbincang, mereka kembali kerumanya masing-masing. begitu juga dengan Rini, setelah kembali ke kamar ia kembali teringat adiknya yang sedang menyelesaikan kuliah di luar kota. Dan Rini langsung menelepon Dayat.
Ahh, tinggal sendiri bersama kedua orang tuanya benar-benar membosankan. Terkadang Rini sering rindu dengan sang adik. Dulu aja, kalau waktu libur begini ia sering sekali mengusil Dayat, sampai mereka bertengkar dan setelah itu akan mendapat ceramah panjang sang Mama.
Tapi sekarang adiknya begitu cepat dewasa. Setelah adiknya pergi kuliah di luar kota, ia menjadi kesepian. Tak ada lagi teman bertengkar nya.
Rini tersenyum senang saat menyadari teleponnya diangkat cukup cepat oleh sang adik, "Halo dek, apa kabar disana?" tanya Rini.
"Baik kak, gimana kabar di rumah" tanya Dayat balik.
"Semuanya baik, oh ya kamu tau tidak? " belum sampai Rini berbicara langsung dijawab oleh Dayat
"Tidak." jawabnya cepat, jelas dia tidak mengetahuinya tapi kakaknya masih bertanya juga.
"Tunggu kakak selesaikan bicara dulu dek!" Rini mulai kesal melihat sang adik yang suka memotong ucapannya.
"Hehe, ya udah apa?"
"Kita punya tetangga baru," ujar Rini. Ia ingin mengajak adiknya bergosip, tapi jawaban yang Dayat berikan membuat gadis itu mendengus kesal.
"Oh," jawab Dayat cuek
"Ihh, kamu mah gak asyik, tanya kek." Ujar Rini kesal.
“Haha, jangan sampai naksir sama tuh duda ya kak." jawab Dayat tertawa, remaja itu terlihat bahagia karena berhasil membuat kakaknya kesal.
"Tunggu!! kok kamu tau dia duda?" tanya Rini penasaran
"Mama udah cerita kak," jawab Dayat santai.
"Yah, telat dong ... gak mungkin lah dek, dia udah punya anak."
"Cinta itu datang tanpa memandang usia kak. Katanya duda itu lebih hot loh, " jawab Dayat sok bijak ditambah dengan jahilnya yang ingin membuat sang kakak cemberut.
"Dihhh sejak kapan kau bisa berkata bijak." Rini mengejek adiknya.
"Udah dari dulu kak," jawab Dayat percaya diri.
“Sok lo, dek.”
Dayat tertawa kencang saat berhasil membuat kakaknya kesal, “Ya udah kak, aku mau keluar dulu." ucap Dayat
"Memangnya kamu mau kemana" tanah Rini. Ia heran melihat Dayat sudah terlihat bersiap-siap.
"Ke supermarket kakak, makanan hampir habis" jawab Dayat. Terlihat ia mulai keki dari Apartemen tempat anak remaja itu tinggal.
"Ya udah, hati-hati ya. Jangan lupa makan makanan yang sehat!"
"Ia kak bawal" jawab Dayat langsung mematikan panggilan, ia tidak mau mendengar kakaknya mengamuk.
Rini kembali merasa bosan hanya berdiam diri di dalam kamar. Tak ingin hanya melihat layar ponsel sepanjang hari, gadis itu memutuskan untuk berjalan-jalan di sekeliling rumahnya. Ini memang sering ia lakukan hanya untuk bersantai. Dia bukan tipe gadis yang suka keluyuran yang pergi ke pusat berbelanja hanya untuk melepas penat. Ia lebih tertarik menghabiskan waktu dengan bersantai ala kadarnya seperti sekarang ini.
Ia melangkah keluar rumah untuk mencari udara segar. Cuaca yang tak begitu terik membuat gadis itu semakin semangat untuk mengayunkan langkahnya.
Sayup-sayup dapat ia dengar suara seseorang Menangis . Rini menghentikan langkahnya, ia terlihat mencari dimana asal suara itu datang. Bertapa terkejutnya gadis itu melihat anak tetangga barunya sedang menangis disudut rumah mereka yang bersebelahan.
Ia sedikit ragu untuk mendekati anak kecil itu. Merasa belum terlalu kenal, ia tak ingin nanti dituduh penculik anak. Tapi ia juga merasa tak tega, ia merasa kasihan melihat tangisan anak itu semakin keras. Apa ayahnya gila membiarkan anak kecil menangis sendirian di luar?
Rini mulai mendekati sang anak tetangga "dek kamu kenapa?" tanya Rini, ia mengusap lembut pipi anak kecil itu dengan lembut yang penuh air mata.
"Tante ... Bunda!" anak itu langsung memeluk tubuh Rini, Rini yang terkejut hanya bisa membalas pelukan anak tersebut. Gadis itu sedikit syok Mendengar Ia dipanggil bunda.
"Dek, aku bukan bunda mu. sekarang katakan kenapa menangis?" tanya Rini lembut. Ia berusaha melepas pelukan tangan kecil itu dari tubuhnya.
"Ayah jahat bunda," ucap Andre sambil menghapus air matanya Yang kembali keluar.
Rini yang melihat Andre menangis, ia pelan-pelan menenangkan nya. Ia tidak ingin terlalu ikut campur masalah anak itu, jadi ia hanya diam. Toh, ia juga tidak tahu masalahnya dimana.
Saat Rini ingin mengendong Andre dan mengantarnya pulang, ia malah mendengar teriakkan seseorang.
"Apa yang kamu lakukan dengan anak saya?!" Suara seorang pria membuat Rini terkejut, tapi setelah itu ia bisa menebak pria di belakangnya ini ayah dari anak yang di pangkunya saat ini.
Rini berbalik dengan canggung, ia berusaha tersenyum saat menatap wajah garang tetangga barunya itu.
"Tidak ada pak, saya tidak melakukan apa-apa. Saya hanya membujuknya untuk berhenti menangis," ucap Rini. Tapi sepertinya pria itu tak ingin mendengar alasan gadis itu.
Hendra langsung mengambil alih putranya dari pangkuan tetangga barunya. Pria itu terlihat tak senang dengan tindakan Rini yang mendekati sang anak. Hendra adalah tipikal orang yang tidak mudah percaya dengan sembarang orang apalagi mereka baru bertemu.
"Tidak usah sok dekat dengan anak saya!"
Rini yang mendengar perkataan Hendra membuat dirinya kesal, apalagi suara pria itu yang meninggi membuat gadis itu marah. Ia tersinggung dengan tuduhan tetangganya itu, seharusnya ia berterima kasih bukan malah membentak dirinya.
"Saya juga tidak berminat dekat dengan anak bapak! Lain kali kalau punya anak itu dijaga, jangan dibiarkan keluyuran di luar ... Mana nangis di pekarangan rumah orang lagi, ganggu tau! " setelah mengatakan itu Rini Langsung masuk ke dalam rumahnya, karena memang Andre tadi menangis di dekat rumah mereka.
Suara tangisan anak kecil itu semakin keras saat melihat Rini meninggalkannya. Andre berusaha meronta dari pangkuan sang ayah untuk mengejar Rini, tapi duda itu malah memeluk anaknya semakin erat dan membawanya segera ke dalam rumah mereka dengan perasaan marah.
.....
"Dasar sombong, udah dibantu malah marah-marah. Dasar duda tidak tau diri!" umpat Rini bersungut-sungut, ia tidak terima dengan tuduhan pria aneh itu.
Sedangkan ibu dan ayahnya yang melihat Rini masuk dengan wajah kesal langsung bertanya apa yang membuat anaknya marah seperti ini.
"Rin kamu dari mana? terus kenapa dengan wajah kamu ini?" tanya ibunya, Rini langsung duduk didekat kedua orang tuanya.
"Gak ada Ma," Rini malas membahas masalah yang membuat mood nya buruk.
“Oh, Mama pikir ada apa tadi ... Ya udah, istirahat sana.”
Rini hanya menurut dengan perkataan ibunya, ia langsung menuju kamar dengan lesu. Rencana untuk berjalan-jalan santai tadi hancur sudah karena tetangganya. Ia pikir tadi setelah menghirup udara segar otaknya akan semakin tenang, tapi yang ada malah semakin suntuk.
"Kenapa ya Pa, dengan anak kita?" Tanya Diana dengan bingung, tak biasanya Anak gadisnya itu cemberut seperti tadi.
"Udah jika dia gak mau bicara jangan dipaksa, mungkin ada masalah dengan temannya." Bu Diana hanya mengangguk-angguk saja mendengar perkataan suaminya.
****
Pagi ini matahari sudah mulai menampakkan dirinya, menyinari bumi tanpa henti dan lelah. sama seperti wanita cantik yang sedang bersiap-siap untuk pergi bekerja, ia tidak pernah lelah untuk melanjutkan hidupnya yang penuh lika-liku ini.
"Mama, Papa. Rini berangkat dulu ya?" ucap Rini sembari sibuk membawa berkas penting ditanganinya.
"Kakak gak sarapan?" tanya ibunya lembut.
"Gak Ma, udah mau telat ini." ia langsung menyambar tangan kedua orang tuanya untuk pamit. itu kebiasaan yang diajarkan oleh orang tuanya, sebelum pergi cium tangan dulu pada orang yang lebih tua.
"Hati-hati ya kak." pesan ayahnya.
"iya, Yah."
Setelah itu ia langsung menuju ojek yang sudah menunggunya seperti pagi biasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Cand Kz
salam dari sandi adik on line
2022-06-15
1
🐈Mad3_ctk_bgt🐈
lama lama pasti juga bucin.. segarang garang nya cowok kalau udah bucin malu malu in iya gak Thor... 😁😁😁😁😁
2022-05-28
3