Tak mau dipanggil bunda

Rini lkeluar dari rumahnya, seperti pagi biasanya tukang ojek sudah menunggunya dengan setia didepan rumah. ini salah satu kebiasaan Rini, meskipun kendaraan ada di rumah tapi ia lebih nyaman dengan angkutan umum. Setiap hari ia kan berangkat kerja selalu naik ojek jika waktu masih banyak Rini Lebih memilih naik bus kota. Selain lebih hemat ia juga terbisa melihat hiruk pikuk kota sebagai hiburan paginya.

"Bunda!"

Rini yang merasa kenal dengan suara itu langsung menoleh, ternyata benar anak tetangga sombongnya yang sedang memanggil dirinya. Dengan malas ia menghampiri makhluk kecil itu.

"Aduh dek! Jangan panggil bunda dong, saya belum nikah masa udah punya anak?" Ingin rasanya Rini marah tapi tak mungkin, bisa di sate dirinya oleh bapak anak ini nanti, gak diapa-apain udah garang bagat, apa lagi dimarahi.

"Bunda mau kemana?" Kembali anak kecil itu bertanya lagi masih dengan memanggil bunda.

"Kakak mau pergi kerja sayang ... Jangan panggil bunda, panggil kakak aja." Perintah Rini, tapi anak itu malah menggeleng tegas.

"Gak mau, bunda kan bundanya Andre!"

Rini mendengus kesal, sejak kapan pula dirinya punya anak “gak! Saya bukan bunda kamu. Lain kali panggil kakak, ya.”

"Gak mau!"

“Tidak! Saya gak mau punya anak! Panggil kakak,”

“Gak mau, bunda!” Rini mendengus kesal, anak ini benar-benar keras kepala.

Merasa pusing dengan anak kecil ini, Rini menengok kiri dan kanan memastikan tidak ada orang yang melihat dirinya. Ia sudah tidak punya banyak waktu untuk meladeni anak ini, sekarang ia harus membujuknya.

"Dek gimana kalo kita negosiasi aja, panggil aku kakak nanti pulang kerja kakak janji beli es krim." bujuk Rini lembut. Gadis itu yakin kali ini anak tetangganya ini pasti luluh.

"Gak mau! bunda tetap bundanya Andre"

Rini yang melihat mata anak kecil itu yang mulai berembun, ia mulai ketakutan. nanti dipikir ia mau menculik anak orang lagi, untuk pagi ini lebih baik ia mengalah saja dari pada ia telat pergi bekerja.

"Terserah kamu aja dek ... Ya udah kakak pergi dulu ya?" pamit Rini yang ingin beranjak pergi.

"Ya udah, jangan lupa beli es krim ya bunda" Ucap Andre tersenyum cerah. Intan berbalik dengan tak senang, ia menatap tajam Andre yang masih tersenyum manis.

"loh, katanya tadi gak mau?" tanya Rini bingung, bukankah tadi anak ini menolak negosiasi nya ya?

"Andre tetap panggil bunda, es krimnya juga mau," anak itu mengerucut bibirnya, membuat Rini tak tega untuk menolaknya. Meskipun ia mendelik kesal, tapi bocah itu malah tak takut sedikitpun.

Nah sekarang Rini ingin mencakar sesuatu, bagaimana mungkin anak ini bisa menipu dirinya. Apalagi sekarang anak tetangganya itu pandai pula merayu dengan mengedipkan matanya agar keinginannya tercapai. Sekarang ia benar-benar merasa seperti seorang ibu yang berpamitan pada anak.

"Baiklah, nanti kakak beli, sekarang Adek masuk dulu ya? nanti ada penculik anak loh," ucap Rini, menyuruh anak kecil itu menjauh darinya.

"baiklah, dadah bunda!" Andre melambai tangan kecilnya, siapa saja yang melihat pasti akan merasa gemas.

Rini hanya membalas dengan senyuman, setelah itu ia langsung menuju tukang ojek yang sudah menunggunya dari tadi.

“Anaknya ya mbak?” tanya sang tukang ojek.

“Bukan, mas. Itu anak tetangga saya, yang baru pindah.” Tukang ojek itu mengangguk mengerti, kejadian seperti ini memang sering ia dengar baik dinovela maupun di dunia nyata.

Sedangkan disana, seseorang menahan tawanya sedari tadi di dalam mobil. Ia tidak percaya anaknya begitu berani dengan orang yang baru ditemukannya, biasa-bisannya Andre merupakan anak yang pendiam selama ini bisa luluh dengan anak tetangganya itu. Andre biasanya tidak suka banyak bicara dengan orang lain, tapi dengan perempuan tadi menjadi pengecualian mungkin mulai sekarang.

Hendra tidak bisa menahan tawanya saat melihat wajah anak tetangganya yang menahan kesal, memangnya siapa yang mau dipanggil sembarang bunda sedangkan ia masih gadis.

Hendra tersenyum menyeringai, sekarang ia sudah memikirkan sesuatu. Memikirkan ide gila dikepalanya membuat pria itu tersenyum licik, entah apa yang ia pikirkan, hanya dia dan tuhan yang tahu.

"Sepertinya perempuan tadi tidak akan aman oleh anakku, setiap hari aku yakin Andre akan selalu mengganggu dirinya” batin Hendra, ia tau betul dengan sifat anaknya, jika sudah menyukai seseorang ia kan menempel setiap hari dengan orang itu. Dan sepertinya gadis tadi akan menjadi korban keusilan anaknya.

Melihat anaknya mulai melangkah kembali, Hendra keluar dari mobil dan menatap tajam sang anak.

"Andre kamu dari mana?" Hendra pura-pura tidak tau, ia ingin anaknya mengatakan sendiri. Ia ingin berangkat kerja langsung mengurungkan niatnya, sekarang yang lebih menaik ia lakukan adalah menginterogasi anaknya ini.

"Bertemu bunda" Jawab Andre polos.

"Siapa yang kamu panggil bunda?"

"Ya bunda ... Oh ya ampun, Andre lupa tanya nama bunda, ayah!” pekik Andre.

Sedangkan Hendra hanya tersenyum geli melihat kepanikan anaknya itu , ia tidak menyangka anaknya memanggil perempuan itu dengan sebutan bunda sedangkan dirinya belum mengetahui namanya.

"Sudah sayang gak usah panik, nanti kan bisa ditanya," bujuk Hendra, karena sekarang Andre terlihat sangat kawatir, dan mata bocah itu sudah mulai berkaca-kaca.

"Baiklah, ayah apa boleh Andre main ke rumah bunda nanti?"

Hendra terkejut mendengar permintaan anaknya, tapi melihat binar bahagia dimata anaknya ia tak bisa menolak. Jika dilihat dari tetangganya memperlakukan anaknya mungkin ia bisa sedikit mempercainya, jadi Hendra berpikir bahwa tetangga orang yang baik.

"Boleh," belum sempat melanjutkan ucapannya anaknya sudah meloncat-loncat kegirangan.

"Andre ayah belum menyelesaikan perkataannya ayah, jangan main potong aja." Ucap Hendra tegas.

"Maaf," pinta Andre.

"Kamu boleh main kesana, tapi jangan nakal dan nyusahin mereka"

"iya ayah,"

"Dan tolong berhenti memanggil perempuan tadi dengan sebutan bunda, dia bukan bunda Andre! " Andre yang mendengar ucapan ayahnya langsung menggelengkan kepalanya tak setuju.

"Tapi dia bundanya Andre."

“Dia bukan bunda kamu sayang," bujuk Hendra agar anaknya mau menurut, ia merasa tidak enak saat melihat ekspresi anak gadis tetangganya itu.

"Gak mau, dia bundanya Andre!"

Andre mulai mengeluarkan jurus andalannya, ia mulai menangis agar ayahnya memperbolehkan dirinya memanggil perempuan tadi dengan sebutan bunda. Bukan tanpa alasan ia memanggil seperti itu, Andre merasa nyaman saat melihat Rini, ia merasa hangat saat Rini memeluknya. Apalagi senyum wanita itu yang sangat meneduhkan, membuat anak itu seakan terhipnotis olehnya, Andre bisa melihat senyum Rini mirip seperti ibu kandungnya di dalam foto.

"Jangan nangis dong sayang,"

"Gak mau, dia bundanya Andre ...," tangisan Andre semakin kencang, membuat Hendra terpaksa mengalah.

"Baiklah,, baiklah kamu boleh panggil dia bunda"

Andre mendengar persetujuan ayahnya langsung berhenti menangis dan langsung memeluk Hendra, ia tau ayahnya tidak akan pernah menolak.

"Makasih, ayah yang terbaik" Andre langsung mencium pipi ayahnya dengan semangat. Hendra membalas mengecup kedua pipi anaknya, ia mengusap air mata bocah itu dengan sayang.

“Setelah ini jangan menangis lagi, Andre harus janji sama ayah.” Bocah itu mengaguk mengiyakan.

'jika begini anakku bisa bahagia, aku rela. tawanya adalah semangat ku setiap hari'

Andre masih sibuk dengan celoteh nya, sedangkan Hendra hanya menanggapinya dengan senyum. Tidak apa-apa ia telat pergi kerja, yang terpenting sekarang ia bisa melihat senyum anaknya yang terlihat begitu bahagia, jarang-jarang anaknya ini mau bermanja dengannya.

Terpopuler

Comments

🐈Mad3_ctk_bgt🐈

🐈Mad3_ctk_bgt🐈

ughhhh bunda rini.... uwuwwwwww

2022-05-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!