Hari sudah sore menandakan waktu untuk pulang bagi orang yang bekerja. Begitu juga dengan Rini ia tersenyum senang saat melihat jam ditangannya sudah hampir jam empat sore. Hari ini sangat melelahkan, bahkan ia tidak sempat untuk makan siang karena terlalu banyak pekerjaan yang menumpuk.
Sekarang ia merasa sangat rindu dengan kasur empuknya di rumah, membayangkannya membuat gadis itu semakin tak sabar untuk segera keluar dari gedung menyebalkan ini.
'Waktunya pulang' batin Rini bersorak senang, gadis itu mulai menyusun barangnya.
"Rin kamu pulang sama siapa?" tanya Bagas teman Rini di tempat kerja.
Rini berpikir sesaat "Sendiri, ada apa gas?"
"Pulang sama aku yuk? sekalian aku mau traktir kamu?"
"Dihhh, dalam rangka apa?" tanya Rini menggoda pria itu.
"Gak ada, sekaligus ingin ngobrol sama kamu aja, " jawab bagas malu-malu, sudah tidak rahasia lagi jika bagas menyukai Rini tapi Rini tidak terlalu menanggapi serius, toh sekarang ia tak ada niat untuk menjalin kasih dengan pria manapun, kecuali mereka berniat serius.
"Tapi maaf, aku harus pulang cepat sekarang. Jadi lain kali saja ya?" tolak ayu halus.
"Mmm, kalo gitu aku antar kamu aja gimana?" bagas bersikeras ingin mengantar Rini, meskipun sudah ditolak. Merasa tak enak, gadis itu terpaksa menerima tawaran teman kerjanya ini dengan berat hati.
"Ya udah. makasih ya gas."
“Gak usah bilang makasih, Rin. Aku ikhlas kok,” balas bagas.
Akhirnya Rini menerima tawaran Bagas. Ia tidak mau membuat seseorang sakit hati dengannya, lagi pula tak ada salahnya, toh dengan begini ia tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk ongkos.
"Gas, kita berhenti di supermarket depan ya," pinta Rini.
"Mau apa Rin?"
"Mau beli sesuatu lah, masa ya Mau mandi" jawab Rini asal. Bagas tertawa mendengar candaan gadis.
"Ya tau, tapi mau beli apa?"
"Cuma beli es krim." Setelah motor berhenti, Rini langsung mencari pesanan anak tetangganya itu. bisa panjang ceritanya nanti jika dia sampai lupa.
"Udah dapat?" tanya Bagas
"Udah ... Yuk pulang."
Akhirnya setelah lama perjalanan mereka sampai didepan rumah Rini. Rini melihat sudah ada seseorang yang menunggu didepan pagar rumahnya. Ternyata bocah kecil itu benar-benar menunggu dirinya. Rini yang melihat itu hanya bisa menggeleng heran.
"Rin itu anak siapa?" tanya Bagas bingung. setahunya Rini tidak punya adik yang sekecil itu. Bagaikan ia tahu? Karena pria ini sering memaksa mengantar pujaan hatinya ini pulang sebelum-sebelumnya.
'Wah, kesempatan ini, supaya ini cowok gak ganggu aku lagi' batin Rini. Gadis itu tersenyum licik.
Andre langsung berlari menghampiri Rini yang baru turun dari motor. Tak membuang kesempatan, Rini langsung memangku anak tetangganya itu dengan sayang.
"Anak aku lah, Gas. masa kamu gak kenal sih?" Rini tersenyum manis. ia langsung memeluk anak kecil itu dengan lembut.
Bagas terlihat sangat terkejut mendengar pengakuan rini. “Kamu serius? Setahu aku bukanya kamu belum nikah ya?”
Rini memasang tatapan terkejutnya, “siapa yang bilang begitu, Gas? Aku ini Udah punya suami, dan ini anak aku. Masa kamu gak percaya?”
Andre yang tidak mengerti pembicaraan orang dewasa memilih diam, tapi tak lama bocah kecil itu mulai mencari perhatian bundanya lagi.
"Bunda.. kenapa lama pulangnya?" Rengek anak tetangganya itu. "Andre kangen tau," Andre menyembunyikan wajahnya di dada sang bunda, membuat Rini merasa geli.
“Bunda kan kerja, sayang. Kan tadi pagi udah pamit sama Andre.” Terlihat bocah ini Mengangguk-angguk kepalanya tanda mengerti.
Sedangkan Bagas yang masih syok hanya bisa terdiam. ternyata penantiannya selama ini menjadi sia-sia. Melihat kedekatan mereka berdua membuat pria itu percaya, pria itu terlihat sangat kecewa membuat Rini merasa tak tega.
"Rin ... aku pulang dulu ya. Besok kamu harus menjelaskan sama aku!" Bagas langsung memutar gas motornya. ia sudah tidak kuat melihat wanita yang dicintainya sudah mempunyai anak. itu tandanya Rini sudah tak sendiri lagi.
'Hadeh ... Bakal panjang masalah, dasar pria aneh, sudah ditolak juga, gak ngerti-ngerti' batin rini berteriak kesal melihat kegigihan Bagas.
Rini mulai mengalihkan perhatiannya pada anak yang masih ia gendong. "Hay dek ... ini es krim yang kakak janjikan. sekarang pulang ya!" Rini mengusap kepala anak tetangganya itu dengan lembut. Bagaimana pun dia anak kecil. meskipun kesal dengan bapaknya, tapi anaknya tidak boleh ikut dibenci bukan?
"Gak mau. Andre mau ikut Bunda"
'Ya Allah cobaan apa lagi yang kau berikan pada umat mu yang lemah ini' batin rini berteriak murka.
Meskipun begitu Rini tetapi tersenyum manis. "Gak boleh dek, nanti dicari sama ayahmu, lagian hari sudah mau malam." Padahal Rini sudah ingin mencak-mencak sekarang. ia sudah lelah dikantor seharian bekerja, tapi sekarang ditambah mengurus anak tetangganya ini. membuat dirinya semakin lelah saja.
"Gak mau. tadi ayah bilang sudah boleh," celoteh Andre. ia semakin merengek minta ikut.
"Gitu ya dek!!" Rini mulai melihat sekeliling, mencari pemilik bocah imut tapi bikin kesal ini, andaikan pria itu ada disini sekarang ia ingin langsung memulangkan bocah ini. "Gimana kalo Adek pulang aja, soalnya kakak sudah capek, lain kali kita akan bermain bersama," semakin Rini bujuk, Andre semakin menjadi ingin ikut, anak itu selalu menggeleng tak mau.
Rini semakin kesal melihat Andre menangis minta ikut. tidak ada pilihan lain pikir Rini. salah satu cara terbaik adalah, memulangkan anak tetangganya itu. apalagi hari semakin gelap tidak memungkinkan ia membawa anak orang tanpa izin.
Rini langsung membuang tas kerjanya di kursi depan rumahnya. dengan sekali angkat anak tetangganya itu sudah berada dalam gendongannya, lagi.
"Bunda kita mau kemana?" Andre berhenti menangis. Ia kembali senang mendapat gendongan dari Rini. Tapi ia tidak tahu jika bundanya itu sedang mengusirnya.
"Mengembalikan kamu pada asalnya" Jawab Rini asal.
"Kita pulang ke rumah ayah?" tampak wajah bingung bocah itu.
"Terus kemana lagi"
"Bunda bobok sama Andre ya?" tanya Andre penuh harap.
Sedangkan Rini mendengar permintaan Andre hanya mengacuhkannya. Tidak mungkin ia marah-marah sama anak kecil, padahal emosinya benar-benar sudah terpancing sekarang. Yang ia pikirkan sekarang cepat terbebaskan dari setan kecil ini.
"Sudah sampai," Rini mengetuk pintu depan sedikit keras. Ia masih belum menurunkan bocah kecil itu.
Tampak seorang pria keluar dari rumah itu. bukannya menyambut dengan baik, tapi pria itu malah bertanya dengan ketus.
"Ada apa kau datang kesini? dan kenapa anak saya ada sama kamu?"
"Jangan banyak tanya ... ini anakmu, tolong bilang jangan ganggu saya lagi!" Rini menyerahkan Andre. tapi bocah itu malah mengeratkan pelukannya.
"Huaaaaa ... Aku mau sama bunda!"
"Aduh dek, jangan panggil bunda lagi. Adek sama ayahmu saja ya?" bujuk Rini lembut, beda saat berbicara dengan bapaknya. Sebenarnya ia sedikit malu saat dipanggil Bunda di hadapan Hendra, jika begini sama saja dia sedang menjadi istri pria pemarah ini.
"Gak mau!"
"Tapi kakak harus pulang! besok Kita ketemu lagi, ya" Masih berusaha membujuk.
"Gak mau, Andre mau sama bunda!" Rini hanya menarik nafas panjang.
Sedangkan Hendra, tidak ada niat untuk membantunya. Ia malah asyik menonton aksi mereka berdua.
"Pak bantuin!" terik Rini kesal.
"Mau bantu bagaimana? dia tidak akan mendengarkan siapa pun jika sudah menginginkan sesuatu" jawab Hendra santai.
"Ya terus gimana?"
"Sebaiknya tunggu sampai dia tidur, jika tidak dia tidak akan mau mengalah."
"Yang benar saja pak? saya capek pulang kerja, masa harus tunggu dia sampai tidur,"
"Ya terserah. Tapi saya tidak mau anak saya kamu bawa ke rumah kamu ya"
"Siapa juga yang mau bawa anak bapak?" jawab Rini mencebik kesal.
Meskipun kesal tapi ia tidak punya pilihan lain. terpaksa Rini masuk ke dalam rumah tetangga barunya itu. Gadis cukup tercengang melihat rumah Hendra, cukup rapi ukuran seorang duda beranak satu seperti Hendra. Tadi ia pikir rumahnya pasti berantakan, ternyata malah sangat rapi.
"Kenapa melihat seperti itu? mau maling?" tanya Hendra ketus.
"Yang benar saja pak tua. Apanya yang mau saya maling disini?" ejek Rini tak kalah pedas.
"Siapa yang kamu bilang pak tua??" Sepertinya pria itu tidak terima dibilang tua.
"Sadar diri dong pak! Udah tua malah tidak mau mengaku!" Rini semakin menjadi mengejek tetangganya itu. Rasanya ada kepuasan sendiri melihat pria itu kesal. Tidak apa-apa kan, tidak bisa membalas pada anaknya, pada ayahnya pun jadi.
"Jaga bicaramu, ingin bukti kalau Saya belum tua?"
"Hah, bukti apa?" sekarang giliran Rini yang bingung. Sedangkan Hendra tersenyum aneh.
"Akan aku buktikan, bahwa aku masih mampu membuat dirimu lemas" ucap Hendra dengan senyum jahilnya. Rini langsung melotot mendengar perkataan vulgar tetangganya itu, benar-benar pria tua mesum.
"Dasar orang tua mesum! ternyata kau itu tidak hanya tua jelek tapi juga sangat mesum!" Rini langsung berdiri. ia meletakkan Andre yang tertidur ke atas sofa. "anak mu sudah tidur, sekarang berhentilah berbicara sembarangan" Rini langsung meninggalkan dua orang itu dengan kesal.
"Apa kau tidak ingin membuktikan nya?" Hendra masih menggoda Rini. sedangkan Rini semakin cepat melangkah pergi dari rumah itu. ia tidak peduli dengan ucapan Hendra yang terlalu vulgar. Bisa mati berdiri jika dia lama-lama disini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ryta Maya
bhahahahhahaha laki GT ngeressss
2022-09-28
0
Azthynk saGitariUzz
Hahaha dasar om om
2022-06-12
0
🐈Mad3_ctk_bgt🐈
😁😁😁😁😁
2022-05-28
0