SELAMAT PAGI BIDADARI EPISODE 03

Sepasang mata itu berkilat melihat pasangan yang bergandengan tangan dengan mesra. Mesra? Kelihatannya begitu, hanya untuk mendapatkan simpati dari kedua orang tua yang berjalan beriringan di dekat mereka. Yang sebenarnya adalah, tak ada cinta sedikitpun di hati mereka masing-masing.

Wulan bahkan sudah merasa muak, dan ingin agar acara segera berakhir, dan kepura-puraan itu juga segera sirna. Genggaman tangan suaminya terasa bagai bara yang menyengat, sementara ia harus berbaur dengan tamu undangan lainnya, dan harus memasang senyum secerah bunga mekar kepada setiap orang yang menyalaminya.

“Aduh, ini pasangan yang sangat serasi lho bu Broto, seperti prabu Rama dan Dewi Sinta,” celetuk salah seorang wanita cantik yang sedang menyalami kedua mertuanya, lalu juga menyalami dirinya dan suami. Sederet gigi putih terpaksa ditampakkannya, tapi Wulan  merasa bahwa itu bukan senyuman, lebih terasa seperti irisan yang menyayat, karena ia merasa bahwa Restu baru saja mengibaskan tangannya dengan kasar. Tentu tak seorangpun melihatnya, karena gandengan tangan itu kan sedikit tertutup oleh gaunnya yang sedikit lebar.

Sepasang mata tajam itu memakai topi lebar yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Dia  terus mengikuti apa yang dilakukan sepasang suami isteri yang asyik bersalaman dengan tamu undangan lainnya. Ada yang ingin diteriakkannya, tapi tak mampu keluar dari mulutnya.

Acara semakin semarak ketika alunan suara penyanyi cantik memenuhi ruangan, diiringi oleh permainan organ tunggal.

Wulan hampir tak menikmati acara malam itu, ketika tiba-tiba sebuah suara mengalun, diawali dengan kata-kata yang sangat familiar di telinganya.

“Selamat pagi bidadari, eh maaf, selamat malam bidadari,” katanya lembut, lalu mengalunlah sebuah lagu.

Wulan terhenyak. Matanya langsung menatap kearah panggung, dan dilihatnya seorang pria tinggi tegap memakai topi lebar, yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

“I can’t stop loving you, I’ve made up my mind. To live in memories, of the lonesome time, I can’t stop wanting you ….

Wulan terperangkap dalam pesona lagu itu, oh … bukan lagunya, tapi orang yang menyanyikannya. Apakah dia sekarang menjadi seorang penyanyi? Rio, apa yang kamu lakukan? Bisik hati Wulan.

Lalu terdengar suara seorang pembawa acara diatas panggung, setelah lagu itu selesai dinyanyikan, dan diiringi tepukan riuh rendah para hadirin, karena suara penyanyinya yang bagus luar biasa.

“Hadirin, itulah tadi sumbangan sebuah lagu dari seseorang yang tidak mau disebutkan namanya. Tuh, dia sdah kabur. Tadi dia bilang, lagunya dipersembahkan untuk seorang bidadari yang hadir di tempat ini, entah siapa bidadari itu.”

Wulan mengikuti pria bertopi itu dengan matanya, yang kemudian menghilang di balik pintu yang memisahkan ruangan itu dengan ruang yang lain.

“Ternyata dia bukan menjadi penyanyi, tapi hanya menyumbangkan sebuah lagu. Aduhai, darimana dia tahu bahwa aku ada disini?” kata batin Wulan.

“Wulan, ayo bersalaman dulu dengan pengantinnya,” ajak bu Broto “Restu, mau kemana kamu? Ayo, gandeng kembali isteri kamu, kita harus menyalami pengantinnya.”

Restu yang beranjak ingin menjauh, berhenti melangkah. Ia mengikuti kedua orang tuanya dan berjalan sejajar dengan isterinya. Ogah menggandengnya lagi, capek. Gerutunya dalam hati.

***

Malam itu Wulan yang sudah terbaring di sofa tak bisa segera memejamkan matanya. Ia melihat ke arah pembaringan yang kosong. Rupanya Restu belum beranjak tidur. Lalu dilihatnya sang suami keluar dari ruang ganti, dan memakai baju yang biasa dipakai kalau mau jalan keluar. Baju santai, dan celana jean yang dikancingkannya sambil berjalan. Tampaknya ia akan keluar, dan tergesa-gesa mengganti pakaian. Lalu dia mengambil kunci mobilnya, dan keluar dari kamar.

Wulan tak mengatakan sepatah katapun. Ia tak peduli suaminya mau pergi atau segera tidur. Sekarang ia menarik selimut hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya, dan berusaha tidur. Tapi bayangan pria bertopi yang sedang mengalunkan sebuah lagu itu selalu menari-nari di dalam benaknya.

“Rio, apa yang kamu lakukan? Ya Tuhan, jangan sampai aku tergoda. Tetaplah aku sebagai seorang isteri, apapun bentuknya, aku tak boleh lagi berpaling, walau kepadamu Rio,” bisiknya pelan, tapi tak urung setetes matanya turun, meleleh membasahi pipinya.

Bayangan saat-saat manis ketika bersama Rio, kembali menari-nari dalam ingatannya. Ketika sekuntum mawar merah disuntingkan di telinganya, lalu Rio mengucapkan kata cinta. Aduhai.

“Wulan, aku mencintai kamu,” kalimat singkat itu terdengar begitu manis, yang dibalasnya dengan sebuah senyuman.

“Katakan bahwa kamu juga mencintai aku, Wulan.”

“Aku cinta kamu, Rio.”

Tak ada bahagia selain menikmati masa-masa kebersamaan mereka. Lalu gerimis tipis berjatuhan, dan keduanya berlari-lari mencari tempat berteduh, sebelum hujan turun semakin deras.

Ada sebuah rumah-rumahan kecil di taman itu, dimana keduanya kemudian duduk di sebuah bangku.

“Wulan … “ bisikan itu terdengar di telinga Wulan. Barangkali ada setan mengipasi disaat sepi dan hujan kemudian turun dengan derasnya,

Tapi Wulan menjauhkan tubuhnya dari Rio.

“Jangan menyentuhku Rio, kita belum halal melakukannya,” kata Wulan, yang membuat Rio surut, lalu menarik kembali tangannya yang nyaris memeluk kekasihnya.

Alangkah indahnya ketika sebuah ikatan cinta tidak dikotori oleh nafsu karena memiliki iman yang maha teguh.

“Maaf … “ kata Rio lirih, sambil berusaha menahan gemuruh di dadanya.

Wulan tersenyum.

Dan dia masih tersenyum ketika sebuah ketukan terdengar. Pasti bukan suaminya. Tak mungkin suaminya memiliki tata krama setinggi itu.

Lalu seseorang masuk, ibu mertuanya.

“Ibu ?"

“Wulan? Kenapa tidur di sofa?”

Wulan terduduk dengan tiba-tiba. Bingung ia harus mengucapkan apa.

“Mengapa tidur di sofa nak?”

“Ini Bu, saya tadi … sambil membaca … jadi masih di sini.”

“Ke mana Restu?”

“Dia … tadi sepertinya keluar Bu.”

“Malam-malam begini ? Ke mana ?”

“Ssaya tidak tahu Bu, mungkin tadi saya ketiduran … sehingga tidak tahu dia pergi ke mana..”

“Anak itu sungguh keterlaluan. Susah sekali dikasih tahu. Kalau ayahnya tahu, pasti sudah kena marah dia,” kata bu Broto sambil duduk di depannya.

Wulan melipat selimut yang tadi dipakainya.

“Sebagai isteri, kamu harus bisa mengekang suami kamu, jangan boleh seenaknya begitu.”

Wulan terdiam. Tak tahu harus menjawab apa. Dia mengekang? Bagaimana caranya? Berucap pelan dan bukan mengucapkan larangan saja, jawabnya sudah sangat tak enak terdengar, bahkan menyakitkan.

“Saya tadi melihat, kenapa kamu tidak memakai gelang yang tadi ibu suruh memakai?”

Wulan terkejut. Dia tadi tergesa-gesa jadi hanya memakai perhiasan yang sudah menempel pada tubuhnya. Cincin kawin, cincin berlian hadiah pernikahan dari ibu mertuanya, dan kalung rantai yang biasa-biasa saja. Sebenarnya tadi dia juga mencarinya, tapi karena tak kunjung ketemu, sementara ibu dan bapak mertuanya sudah menunggu, jadi ia tak jadi mencari sampai ketemu.

“Kamu tidak suka gelangnya?”

“Oh, tidak Bu, saya sangat suka, kan itu barang mahal,  Wulan menyimpannya dengan sangat hati-hati,” kata Wulan sambil berdiri, lalu membuka almarinya, bermaksud mengambil kotak perhiasannya.

Ia mengambil kotak itu dan membawanya ke hadapan ibu mertuanya.

“Tadi Wulan sudah mau memakainya, tapi sepertinya tidak segera menemukannya, jadi karena ibu sama bapak sudah menunggu, saya urung mencarinya lagi,” Wulan membuka kotaknya, kembali mengamatinya. Ada beberapa perhiasan yang diberikan Restu ketika mereka menikah, tentu karena perintah orang tuanya lah, dan gelang itu, mengapa tidak ada?”

“Kok tidak ada ya?” keluhnya sambil berdiri lalu mencari lagi di tempat lain.

“Tidak ada? Kok aneh sih, Wulan. Bagaimana bisa tidak ada, sementara yang ada di ruang ini Cuma kamu dan suami kamu.”

Wajah Wulan pucat pasi. Ia terus mengobrak abrik almari dan laci tempat menyimpan perhiasan, tapi gelang itu tidak ketemu.

“Kok bisa tidak ada? Saya yakin telah menyimpannya di kotak ini Bu,” kata Wulan ketakutan. Ia khawatir ibunya menuduh dirinya telah menjual gelang itu. Tapi tidak, bu Broto justru kasihan melihat Wulan tampak panik. Ditariknya tangan Wulan, dan memintanya agar duduk kembali.

“Ya sudah, besok coba dicari lagi, barangkali terselip di mana, gitu.”

“Tidak Bu, semua sudah saya cari, dan betul-betul gelang itu tidak ada.”

Bu Broto merasa telapak tangan menantunya berkeringat.

“Bagaimana ini? Siapa yang mengambilnya? Sungguh saya tidak tahu Bu,” kata Wulan dengan suara gemetar.

“Tidak usah takut Wulan, ibu tidak menuduh kamu melakukan hal yang tidak benar. Ibu sudah tahu bahwa kamu gadis yang baik, tidak mungkin melakukan hal yang tidak terpuji.”

“Bagaimana mungkin?”

“Sudah, jangan dipikirkan lagi, nanti ibu akan pesan lagi yang seperti itu. Sekarang tidurlah, ini sudah malam,” kata bu Broto sambil berdiri, lalu menepuk lembut bahu menantunya, dan segera keluar dari kamar.

Wulan tak segera membaringkan tubuhnya. Ia bingung, bagaimana gelang itu bisa hilang?”

“Besok pagi aku akan bertanya sama mas Restu, walau sebetulnya segan, tapi aku harus menanyakannya. Jangan-jangan ibu menuduhku telah menjual gelang itu, walau tadi sikapnya tidak menunjukkan itu. Atau … yu Sarni? Ah, tidak. Dia sudah bertahun-tahun mengabdi di sini dan tidak pernah ada barang yang hilang. Lagi pula yu Sarni tidak pernah masuk ke dalam kamarnya.

***

Menjelang pagi Restu baru kembali masuk ke kamarnya. Ia yang sore harinya tidak sempat bertemu Lisa, merasa bersalah kepada kekasihnya, jadi walau sudah malam dia tetap akan menjemputnya, dan mengajaknya menghabiskan malamnya di suatu tempat dengan bersenang-senang.

Ketika pulang hampir pagi, ia tampak sangat keletihan. Ia langsung membaringkan tubuhnya di ranjang dan terlelap.

Wulan sudah keluar dari kamar, setelah shalat subuh, segera ke dapur untuk membantu yu Sarni menyiapkan sarapan pagi.

“Jam berapa suami kamu pulang? Ibu sudah terlelap, tidak mendengar suara apapun,” kata ibu mertuanya yang tiba-tiba sudah memasuki dapur.

“Maaf Bu, saya juga sudah tertidur, jadi tidak tahu kapan mas Restu datang,” kata Wulan sambil membawa nampan dengan tiga gelas coklat susu hangat ke ruang tengah, dimana biasanya keluarga itu bersantai setelah bangun tidur.

Bu Broto mengikuti menantunya dari belakang, lalu duduk di sofa di ruang tengah itu.

“Mengapa hanya tiga? Untuk kamu sendiri mana?”

“Saya sudah minum tadi di dapur Bu,” kata Wulan yang kemudian kembali ke arah dapur.

“Yu Sarni, masak apa buat sarapan ? Bagaimana kalau nasi goreng udang dan telur ceplok saja?”

“Iya Bu Wulan, saya sudah mencuci udangnya tadi.”

“Bagus Yu, biar saya memasaknya.”

Di ruang tengah, pak Broto juga sudah bangun, lalu duduk di samping isterinya, menikmati coklat susu buatan menantunya.

“Mana Restu? Belum bangun pasti.”

“Iya.”

“Wah, bau apa nih, sedap dari arah dapur?” celetuk pak Broto.

“Wulan masak buat sarapan.”

“Hm, bau udang …  pasti nasi goreng,” kata pak Broto dengan wajah berseri. Dia suka sekali udang.

“Bapak jangan kebanyakan makan udang.  Ingat kolesterol,” kata bu Broto mengingatkan.

“Iya, aku tahu, Cuma sedikit kan aku memakannya?”

“Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit,” kata bu Broto.

Pak Broto tertawa.

“Ibu kok masih ingat kata-kata itu.”

“Ya ingat lah. Masa kayak gitu saja lupa.”

***

Selesai memasak dan menatanya di meja, Wulan masuk ke kamarnya, dilihatnya Restu masih duduk di tepi pembaringan, matanya merah, belum juga mandi.

“Ditunggu sarapan di ruang makan.” Kata Wulan tanpa menatap suaminya.

Restu tak menjawab. Ia turun dari tempat tidur, bermaksud masuk ke kamar mandi.

“Mas.” Wulan menghentikannya.

Restu tak berhenti.

“Mas tahu dimana gelang aku?” Wulan nekat bicara walau suaminya tak peduli pada panggilannya.

Mendengar itu Restu tiba-tiba berhenti melangkah, menatap isterinya dengan marah.

“Apa maksudmu? Kamu menuduh aku mencuri?” pekiknya keras, dengan mata melotot marah.

Wulan surut selangkah ke belakang.

***

Besok lagi ya.

j

Terpopuler

Comments

Setu Pahing Rekso

Setu Pahing Rekso

Maturnuwun cerita yang hebat😊

2022-12-28

1

Hermina Hermina

Hermina Hermina

Alhamdulilah...
Tks bunda Tien ku..
tambah seruuu..

2022-10-24

0

Sri Tulasmi

Sri Tulasmi

Pasti gelang nya di ambil Restu di berikan pacar nya ....kasihan Wulan.

2022-10-24

0

lihat semua
Episodes
1 SELAMAT PAGI BIDADARI 01
2 SELAMAT PAGI BIDADARI EPISODE 02
3 SELAMAT PAGI BIDADARI EPISODE 03
4 SELAMAT PAGI BIDADARI EPISODE 04
5 SELAMAT PAGI BIDADARI 05
6 SELAMAT PAGI BIDADARI 06
7 SELAMAT PAGI BIDADARI 07
8 SELAMAT PAGI BIDADARI 08
9 SELAMAT PAGI BIDADARI 09
10 SELAMAT PAGIBIDADARI 10
11 SELAMAT PAGI BIDADARI 11
12 SELAMAT PAGI BIDADARI 12
13 SELAMAT PAGI BIDADARI 13
14 SELAMAT PAGI BIDADARI 14
15 SELAMAT PAGI BIDADARI 15
16 SELAMAT PAGI BIDADARI 16
17 SELAMAT PAGI BIDADARI 17
18 SELAMAT PAGI BIDADARI 18
19 SELAMAT PAGI BIDADARI 19
20 SELAMAT PAGI BIDADARI 20
21 SELAMAT PAGI BIDADARI 21
22 SELAMAT PAGI BIDADARI 22
23 SELAMAT PAGI BIDADARI 23
24 SELAMAT PAGIBODADARI 24
25 SELAMATPAGIBIDADARI 25
26 SELAMAT PAGI BIDADARI 26
27 SELAMAT PAGI BIDADARI
28 SELAMAT PAGI BIDADARI
29 SELAMAT PAGI BIDADARI
30 SELAMAT PAGI BIDADARI
31 SELAMAT PAGI BIDADARI
32 SELAMAT PAGI BIDADARI
33 SELAMAT PAGI BIDADARI
34 SELAMAT PAGI BIDADARI
35 SELAMAT PAGI BIDADARI
36 SELAMAT PAGI BIDADARI
37 SELAMAT PAGI BIDADARI
38 SELAMAT PAGI BIDADARI
39 SELAMAT PAGI BIDADARI
40 SELAMAT PAGI BIDADARI
41 SELAMAT PAGI BIDADARI
42 SELAMAT PAGI BIDADARI
43 SELAMAT PAGI BIDADARI
44 SELAMAT PAGI BIDADARI
45 SELAMAT PAGI BIDADARI
46 SELAMAT PAGI BIDADARI
47 SELAMAT PAGI BIDADARI
48 SELAMAT PAGI BIDADARI
49 SELAMAT PAGI BIDADARI
50 SELAMAT PAGI BIDADARI
51 SELAMAT PAGI BIDADARI
52 SELAMAT PAGI BIDADARI
53 SELAMAT PAGI BIDADARI
54 SELAMAT PAGI BIDADARI
55 SELAMAT PAGI BIDADARI
56 SELAMAT PAGI BIDADARI
57 SELAMAT PAGI BIDADARI
58 SELAMAT PAGI BIDADARI
59 SELAMAT PAGI BIDADARI
60 SELAMAT PAGI BIDADARI
61 SELAMAT PAGI BIDADARI
62 SELAMAT PAGI BIDADARI
63 SELAMAT PAGI BIDADARI
64 SELAMAT PAGI BIDADARI
65 SELAMAT PAGI BIDADARI
66 SELAMAT PAGI BIDADARI
67 SELAMAT PAGI BIDADARI
68 SELAMAT PAGI BIDADARI
69 SELAMAT PAGI BIDADARI
70 SELAMAT PAGI BIDADARI
71 SELAMAT PAGI BIDADARI
72 SELAMAT PAGI BIDADARI
73 SELAMAT PAGI BIDADARI
74 SELAMAT PAGI BIDADARI
75 SELAMAT PAGI BIDADARI
76 SELAMAT PAGI BIDADARI
77 SELAMAT PAGI BIDADARI
78 SELAMAT PAGI BIDADARI
79 SELAMAT PAGI BIDADARI
80 SELAMAT PAGI BIDADARI
81 SELAMAT PAGI BIDADARI
82 SELAMAT PAGI BIDADARI
83 SELAMAT PAGI BIDADARI
84 SELAMAT PAGI BIDADARI
85 SELAMAT PAGI BIDADARI
86 SELAMAT PAGI BIDADARI
87 SELAMAT PAGI BIDADARI
88 SELAMAT PAGI BIDADARI
Episodes

Updated 88 Episodes

1
SELAMAT PAGI BIDADARI 01
2
SELAMAT PAGI BIDADARI EPISODE 02
3
SELAMAT PAGI BIDADARI EPISODE 03
4
SELAMAT PAGI BIDADARI EPISODE 04
5
SELAMAT PAGI BIDADARI 05
6
SELAMAT PAGI BIDADARI 06
7
SELAMAT PAGI BIDADARI 07
8
SELAMAT PAGI BIDADARI 08
9
SELAMAT PAGI BIDADARI 09
10
SELAMAT PAGIBIDADARI 10
11
SELAMAT PAGI BIDADARI 11
12
SELAMAT PAGI BIDADARI 12
13
SELAMAT PAGI BIDADARI 13
14
SELAMAT PAGI BIDADARI 14
15
SELAMAT PAGI BIDADARI 15
16
SELAMAT PAGI BIDADARI 16
17
SELAMAT PAGI BIDADARI 17
18
SELAMAT PAGI BIDADARI 18
19
SELAMAT PAGI BIDADARI 19
20
SELAMAT PAGI BIDADARI 20
21
SELAMAT PAGI BIDADARI 21
22
SELAMAT PAGI BIDADARI 22
23
SELAMAT PAGI BIDADARI 23
24
SELAMAT PAGIBODADARI 24
25
SELAMATPAGIBIDADARI 25
26
SELAMAT PAGI BIDADARI 26
27
SELAMAT PAGI BIDADARI
28
SELAMAT PAGI BIDADARI
29
SELAMAT PAGI BIDADARI
30
SELAMAT PAGI BIDADARI
31
SELAMAT PAGI BIDADARI
32
SELAMAT PAGI BIDADARI
33
SELAMAT PAGI BIDADARI
34
SELAMAT PAGI BIDADARI
35
SELAMAT PAGI BIDADARI
36
SELAMAT PAGI BIDADARI
37
SELAMAT PAGI BIDADARI
38
SELAMAT PAGI BIDADARI
39
SELAMAT PAGI BIDADARI
40
SELAMAT PAGI BIDADARI
41
SELAMAT PAGI BIDADARI
42
SELAMAT PAGI BIDADARI
43
SELAMAT PAGI BIDADARI
44
SELAMAT PAGI BIDADARI
45
SELAMAT PAGI BIDADARI
46
SELAMAT PAGI BIDADARI
47
SELAMAT PAGI BIDADARI
48
SELAMAT PAGI BIDADARI
49
SELAMAT PAGI BIDADARI
50
SELAMAT PAGI BIDADARI
51
SELAMAT PAGI BIDADARI
52
SELAMAT PAGI BIDADARI
53
SELAMAT PAGI BIDADARI
54
SELAMAT PAGI BIDADARI
55
SELAMAT PAGI BIDADARI
56
SELAMAT PAGI BIDADARI
57
SELAMAT PAGI BIDADARI
58
SELAMAT PAGI BIDADARI
59
SELAMAT PAGI BIDADARI
60
SELAMAT PAGI BIDADARI
61
SELAMAT PAGI BIDADARI
62
SELAMAT PAGI BIDADARI
63
SELAMAT PAGI BIDADARI
64
SELAMAT PAGI BIDADARI
65
SELAMAT PAGI BIDADARI
66
SELAMAT PAGI BIDADARI
67
SELAMAT PAGI BIDADARI
68
SELAMAT PAGI BIDADARI
69
SELAMAT PAGI BIDADARI
70
SELAMAT PAGI BIDADARI
71
SELAMAT PAGI BIDADARI
72
SELAMAT PAGI BIDADARI
73
SELAMAT PAGI BIDADARI
74
SELAMAT PAGI BIDADARI
75
SELAMAT PAGI BIDADARI
76
SELAMAT PAGI BIDADARI
77
SELAMAT PAGI BIDADARI
78
SELAMAT PAGI BIDADARI
79
SELAMAT PAGI BIDADARI
80
SELAMAT PAGI BIDADARI
81
SELAMAT PAGI BIDADARI
82
SELAMAT PAGI BIDADARI
83
SELAMAT PAGI BIDADARI
84
SELAMAT PAGI BIDADARI
85
SELAMAT PAGI BIDADARI
86
SELAMAT PAGI BIDADARI
87
SELAMAT PAGI BIDADARI
88
SELAMAT PAGI BIDADARI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!