#6:

“Gue rasa gue tau di mana tu handphone berada!!!” Gumam Alice yang tanpa ba bi bu langsung cabut begitu saja karena saking emosi nya.

“Aliceeeeeeeeeeeeeeeee!!! Tunggu!!” teriak Anis yang sudah pasti mubazir semata sebab Alice menoleh pun tidak.

Anis berniat mengejar Alice tapi sayang nya disaat yang bersamaan Bram menelponnya.

“ZZz!! Jangan salahin gue ya Lis!” Gumam Anis yang akhirnya lebih memilih mengangkat telpon Bram dari pada mengejar Alice yang baru saja keluar hanya dengan menggunakan piyama Hello kitty lengkap dengan bandana Hello Kitty dan sendal Hello Kitty.

“Semoga dia tidak di kira ODGJ” sebut Anis yang kemudian bertelponan ria dengan Bram.

Saat Alice dalam perjalanan menuju B&A comp, Rey dan Lexi sedang berada di dalam ruangan Rey yang berada di lantai paling atas gedung itu.

“Tuan, kakek anda akan ke kantor dua jam lagi.” Lapor Lexi pada Rey, setelah menerima pesan dari sekretaris ibu nya Rey.

“Katakan saja aku sedang rapat.” Jawab Rey cuek dan asik dengan laporan-laporan yang ada di atas meja nya.

“Seperti nya anda tidak bisa menghindar tuan. Sebab disini tertulis jelas bahwa KALAU SAMPAI REYFALDI BERALASAN MAKA AKU AKAN MENGHAPUSNYA DARI DAFTAR AHLI WARIS KELUARGA ARTHUR. Lihat lah ini jika tuan tidak percaya.” Ucap Lexi, menahan senyumnya.

Sebagai orang yang selalu diancam oleh Rey, Lexi selalu merasa senang jika Rey merasakan apa yang selama ini dia rasakan. Hanya saja perasaan itu dia simpan rapat-rapat di dalam hati nya.

“hhhhhhuf!! Kakek tua ini sebenarnya mau nya apa sih??” rungut Rey, menutup semua berkas nya dengan kesal. Sebagai cucu yang satu-satu nya tidak tinggal bersama dengan pria itu, Rey memang acap kali kabur-kaburan setiap kali Robert datang menemui nya.

“Mungkin kau bisa tanyakan langsung hal itu pada tuan Robert saat dia sampai nanti tuan.” Timpal Lexi yang benar-benar terdengar menjengkelkan di telinga Rey.

“Terima kasih atas saran mu yang sangat luar biasa itu Lexi!” Ketus Rey menatap Lexi kesal.

“Heem.. tuan! Apakah nona pemilik handphone kemarin sudah ada datang menemui mu? Apa dia tidak merasa kehilangan handphone nya? Padahal ini sudah satu kali dua puluh empat jam lho.” Seru Lexi sambil melihat jam tangannya. “Orang saja biasa nya akan di laporkan hilang jika tidak terlihat selama satu kali dua puluh empat jam.” Sambung nya asal.

“Kau kira aku sesenggang itu untuk mengurusi hal tidak berguna seperti itu!” Celetuk Rey yang langsung mengambil handphone nya di atas meja dan pergi meninggalkan Lexi tanpa pemberitahuan.

“Tuan Rey!! Kau mau kemana?” Lexi pun segera mengejar Rey.

“Menurut mu??” jawab Rey cuek dan terus berjalan.

“Tuan Rey, ini bukan saat yang tepat untuk kabur. Kalau sampai bos besar datang dan kau tidak ada di tempat maka otomatis nama mu akan di coret sebagai ahli waris keluarga Arthur.” Lexi mencoba mengingatkan Rey tentang isi pesan yang tadi sudah ia sampaikan pada Rey.

“Aku tidak peduli.” Jawab Rey yang kemudian langsung menekan tombol ke loby di lift yang ada di depannya saat ini. Dan karena lift itu memang khusus untuk diri nya, Rey pun tidak perlu menunggu lama.

“Ting...” Lift itu pun kini sudah terbuka di depan Rey dan Lexi.

“Tuan! Apa maksud mu dengan kau tidak peduli dengan semua ini? Kau jangan membuat ku dalam masalah tuan Rey!!!!” Sentak Lexi menarik tubuh Rey yang baru saja hendak masuk ke dalam lift.

“Lexi.. tangan mu!” Ucap Rey dengan tatapan Bossy nya pada Lexi.

“Gleeek...” Lexi pun auto di buat menelan ludah karena tatapan intimidasi khas milik Rey tersebut. Sehingga akhirnya Lexi pun terpaksa masuk ke dalam lift itu bersama Rey.

“Tuan...-“ ucap Lexi terpotong sebab Rey langsung mengambil alih perdebatan yang belum di mulai itu.

“Lexi.. kau tahu sendiri kan, kalau kakek itu datang artinya dia itu sedang senggang. Dan kalau dia sedang senggang arti nya dia itu sedang bosan. Dan kalau dia sedang bosan, maka itu artinya dia datang sengaja untuk mencari gara-gara dengan ku. Mungkin para cucu kesayangannya sudah lelah menemani nya bermain.” Jelas Rey dengan wajah tidak peduli nya.

“Tapi siapa tahu kali ini ada hal penting yang tuan besar ingin sampaikan secara langsung pada Anda tuan. Bagaimana pun sudah lama anda tidak mengunjungi nya. Heem.. kalau aku pikir-pikir semenjak anda dan nona Lusy bertunangan anda sama sekali tidak pernah datang ke mansion utama walau hanya sekedar untuk menyapa tuan besar.” Sebut Lexi.

Rey menghela nafas nya kasar. Kata-kata yang di ucapkan oleh Lexi memang ada benarnya. Rey memang sudah lama tidak bertemu dengan kakek nya itu.

Hal ini dimulai semenjak sang kakek mengeluarkan daftar nama cucu-cucu nya yang mungkin menjadi ahli waris semua kekayaan keluarga Arthur.

Dan kalian tahu ada di urutan nomor berapa nama Reyfaldi Arthur? Yap kalian benar. Dia berada di urutan paling akhir. Itu artinya kakek nya sama sekali tidak memperhitungkan diri nya dan kemampuannya. Padahal selama ini segala sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan keluarga Arthur, Rey lah yang mengurusi nya.

Ada lima perusahaan di bawah pengawasan Rey. Sepuluh mall dan dua puluh hotel. Itu semua Reyfaldi Artur lah yang memegang kendali nya semenjak ayah Rey meninggal.

But, aneh bin ajaib nya nama Reyfaldi Arthur malah berada di bawah nama-nama sepupu nya yang notabene kerjaannya hanya keluyuran dan keluar masuk diskotik dan kantor polisi saja.. Menghambur-hamburkan uang dan tidak pernah ke menginjakkan kaki ke perusahaan kecuali ada rapat dewan direksi. Itu pun mereka datang hanya untuk ikut rapat sambil minum kopi tanpa ada kontribusi apapun.

Bagaimana Rey tidak kecewa dengan keputusan sang kakek yang dianggap nya sangat buta dalam memilih kandidat yang dapat menjadi penanggung jawab untuk semua aset yang keluarga Arthur miliki.

“Tiing....”

Pintu lift itu pun terbuka. Kini Rey dan Lexi sudah sampai di lobi perusahaan.

“Saya tahu anda masih menyimpan semua rasa kecewa dengan keputusan tuan besar. Tapi selalu menghindar seperti ini juga tidak ada baik nya tuan. Saya pikir kali ini tuan harus menemui nya.” Ujar Lexi yang masih mencoba membujuk Rey agar tidak kabur dari kakeknya kali ini.

Tapi Rey seakan tidak mendengar apa yang Lexi katakan. Dia terus saja melangkah keluar. Hati nya benar-benar sudah sama kerasnya dengan batu saat ini.

“Saya dengar tuan besar belakangan ini sakit-sakitan tuan. Bahkan dokter priadi nya menyarankannya untuk bedrest saja. Coba tuan pikirkan, apa mungkin tuan besar yang disarankan bedrest itu hanya datang kemari untuk mengganggu tuan?” Sebut Lexi yang masih berdiri di depan pintu lift.

“Kakek sakit?” Tanya Rey yang langsung menghentikan langkah kaki nya.

“Ya, tuan. Tuan besar kondisi nya tidak terlalu sehat saat ini.” Ulang Lexi.

Lexi memperhatikan raut wajah Rey yang saat ini sudah membalikan badan dan melihat ke arah Lexi dengan tataan yang serius.

“Aku sungguh penasaran, apakah setelah mendengar perihal kondisi sang kakek, hati tuan Rey masih saja akan sekeras batu?” batin Lexi yang masih menunggu reaksi Rey berikutnya.

Rey menarik nafas dalam dan menghelakan nya nafas dengan kasar kemudian dia berjalan kembali menuju lift.

“Kita kembali ke ruangan ku.” Ucap nya yang menandakan kalau dia bersedia menemui sang kakek.

Lexi pun merasa lega. Akhirnya setelah sekian lama, kedua bos nya akan kembali bertemu.

“Mari tuan...” Ujar Lexi.

Namun saat Rey dan Lexi hendak menutup pintu lift, tiba-tiba sebuah tangan menghalangi pintu itu tertutup.

Lalu saat pintu itu kembali terbuka tiba-tiba terlihat lah seorang wanita dengan penampilan yang luar biasa absurb memandangi Rey dengan sangat geram yang tidak sampai sedetik kemudian mulai meneriaki Rey dengan suara cemprengnya.