Bab 3

Dito sudah berteman dengan Masyita sejak SMA. Dari kelas satu sampai kelas tiga mereka selalu bersama. Selama tiga tahun Dito menjadi teman baik Masyita dan selama tiga tahun itu juga Dito dengan rapi menyimpan perasaannya terhadap Masyita.

Seperti cara Tantra jatuh cinta pada Masyita, seperti itu pula cara Dito jatuh cinta. Cintanya muncul saat pertama kali melihat senyum dari wajah manis Masyita saat mereka masih menjadi siswa baru.

Namun Dito kalah langkah. Saat ia hendak menyatakan rasa pada perempuan yang sudah merenggut hatinya, ia justru harus merasakan sakitnya rasa patah hati karena melihat Tantra, sang kakak kelas yang menjabat ketua OSIS mendapat balasan cinta dari Masyita.

Dito mengalah. Ia memilih untuk memendam rasa dan berjanji bahwa rasa itu akan tetap ada untuk Masyita hingga wanita pujaannya kelak menjadi pendamping hidupnya.

Seperti saat ini, dia mengalah dan membiarkan Masyita pulang bersama Tantra.

Gadis cantik itu berjalan dengan senyum ceria menuju basement. Dengan langkah cepat ia mendekat ke arah pemuda tampan berkulit putih dengan rahang yang tegas yang sedang duduk diatas motor matic. 

“Mas Tantra…!” Masyita memanggil pemuda yang sudah lama mengisi hatinya.

Tantra turun dari motornya, ia berdiri untuk menyambut Masyita. Postur tubuh Tantra yang tinggi tegap itu menyita perhatian karyawati yang berada disekitar mereka. Namun Tantra acuh karena perhatiannya kini hanya terpusat pada wanita dihadapannya.

“Gimana interviewnya? Lancar?” Tanya Tantra.

“Aku diterima mas! Mulai minggu depan aku udah jadi seorang akuntan!” Masyita bersorak mengungkapkan perasaan bahagianya pada Tantra.

Senyum menyembang muncul dari bibir Tantra. Ia memeluk tubuh ramping Masyita untuk menyatakan rasa bahagianya.

Sadar bahwa mereka sedang berada di lingkungan kantor, Tantra segera melepas pelukannya. Ia melihat Masyita yang menjadi kaku dan salah tingkah. Tatra lalu mengambil helm dan ia berikan kepada Masyita.

Masyita menerima helm itu sambil melihat sekelilingnya.

“Kenapa? Malu karena aku jemput naik motor? Motor matic lagi.” Tanya Tantra

Masyita menggelengkan kepalanya perlahan. “Bukan itu. Aku risih karena ada banyak perempuan yang menatap kagum pada mas Tantra.” Jawab Masyita dengan menunjukkan wajah cemberutnya.

“Sayang cemburu?” Tantra menundukkan kepalanya sejajar dengan wajah Masyita. 

Gadis manis itu menunduk dengan bibir manyun. Tak menjawab pertanyaan kekasihnya.

Tantra lalu mengangkat dagu Masyita dengan jemarinya. Ia menatap lembut mata indah itu dan berkata, "Bahkan jika aku tertarik pada salah satu dari mereka, aku tidak akan mampu memberikan rasa dihatiku untuk mereka. Kamu tau kan kenapa? Karena hatiku sudah kau pegang. Kau pemilik hatiku sepenuhnya.”

Tantra mengusap lembut sisa rambut di kening Masyita. Perlakuan manis Tantra ini selalu berhasil meluluhkan hati Masyita. Membuatnya sangat bahagia dengan pemuda yang sudah banyak berkorban untuknya.

Mereka mulai menaiki motor matic dan segera pergi meninggalkan gedung tersebut. Tantra mengajak Masyita untuk makan siang di warung pinggir jalan. Salah satu hal yang menjadi alasan Tantra sangat mencintai Masyita adalah gadis itu mau menerima apapun kondisi Tantra.

Meski berasal dari keluarga yang cukup berada karena Papanya yang menjabat sebagai Direktur rumah sakit terbesar di wilayah Timur, Nyatanya tak membuat Masyita gengsi untuk makan di warung pinggir jalan. Asal bersama Tantra, ia rela berpanas-panasan di jalan.

Hingga langit berubah warna menjadi jingga yang menandakan sudah memasuki sore hari. Tantra memutuskan untuk mengantar Masyita pulang ke rumahnya. Tantra hanya mengantar sampai di depan gerbang rumah. Ia tak berniat untuk masuk ke rumah Masyita karena tidak ingin bertemu Prof. Wondo.

Masyita turun dari motor dan melepas helmnya. “Makasih ya mas, udah sempatkan waktu untuk menjemput Syita.” Ucap Masyita dengan binar bahagia yang tampak dari matanya.

“Sama-sama sayang.” Jawab Tantra. “Ta, em… Mas mau minta maaf yah. Mungkin beberapa waktu kedepan aku akan sibuk dan gak bisa antar jemput kamu.” 

Raut wajah Masyita mulai berubah. Muncul gurat kesedihan yang ia tunjukkan. “Kenapa mas?” 

“Aku ada project bisnis dengan Rania. Rencananya bisnis itu akan dimulai. Mungkin aku akan sedikit sibuk.” Jelas Tantra.

Raut wajah Masyita semakin berubah saat mendengar nama Rania. Perasaan Marah, sedih dan kecewa mulai tergambar di wajahnya. Meski ia sendiri tidak memahami apa yang dirasakan hatinya. 

“Hei, kenapa cemberut?” Tantra meraih tangan Masyita dan menggenggamnya. “Aku sedang mengumpulkan uang untuk melunasi tunggakan biaya kuliahku karena pengajuan Skripsiku disetujui. Doakan yah supaya semua lancar dan aku bisa segera lulus. Biar kita bisa cepat nikah.” Ucap Tantra dengan memandang lekat wajah Masyita.

Senyum mengembang terbentuk di wajah Masyita. Gadis itu lalu melepaskan tangannya dari genggaman tangan Tantra. Ia usap pipi pemuda yang sangat dicintainya. “Semoga semua lancar yah Mas. Semoga kita bisa segera bersatu.”

Satu lagi kenangan indah yang mereka buat dan terekam dalam memori yang akan selalu mereka ingat. Perjuangan mereka kini selangkah lebih dekat menuju impian yang telah lama mereka inginkan. Meskipun mereka harus menanggung konsekuensi untuk jarang bertemu karena kesibukan masing-masing.

Tantra yang menjadi sangat sibuk karena harus mengurusi skripsi dan bisnisnya bersama Rania. Sedangkan Masyita juga sibuk karena sudah mulai bekerja di perusahaan milik Dito.

Sudah beberapa bulan Masyita bekerja di PT. Andromeda. Hubungannya dengan Dito kini semakin dekat karena intensitas pertemuan mereka yang semakin sering. Hampir setiap hari Dito selalu menyempatkan diri untuk mengajak Masyita makan siang bersama. Tak cukup dengan itu, Dito juga selalu bersiap saat pulang kantor untuk mengantarkan Masyita pulang kerumah.

Dengan sabar dan perlahan Dito mencoba mendapatkan hati Masyita. Dia lakukan mulai dengan memberikan perhatian-perhatian kecil pada Syita seperti menemani saat Masyita lembur kerja.

Dan kesempatan seperti sekarang yang ia dapatkan. Saat Masyita hendak menyerahkan laporan keuangan bulanan kepada Dito.

Tok Tok Tok,

Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan Dito. "Iya Masuk" Sahut Dito yang masih serius dengan laptopnya.

Masyita kemudian membuka pintu dan memasuki ruangan kerja yang luas dikelilingi dinding dengan wallpaper berwarna gelap dengan diterangi cahaya lampu di setiap garis sudut membuat kesan privasi dan elegan.

Mengetahui Masyita yang masuk, Dito lantas meninggalkan laptopnya dan berjalan mendekat. Ia mempersilahkan Masyita untuk duduk di Sofa merah yang terletak di seberang meja kerjanya.

Dito seringkali memperlakukan Masyita agak berbeda dengan karyawan lainnya karena wanita ini memang memiliki tempat istimewa di hatinya.

Masyita yang telah duduk bersebelahan dengan Dito kemudian menyerahkan berkas yang berisi laporan keuangan yang selesai ia kerjakan. "Ini Pak laporan keuangan minggu ini".

Dito menerimanya dan meletakkan berkas itu diatas meja begitu saja seolah tidak tertarik untuk membacanya. "Kalau lagi tidak ada orang seperti ini, jangan panggil aku Pak! Cukup Dito! Seperti kamu biasa memanggilku." Lugas Dito sambil menatap ke arah Masyita dengan intens. Masyita tak menjawab apapun dan hanya tersenyum tipis pada Dito.

"Aku sudah memesan makanan. Kita makan siang di ruanganku saja ya?" ajak Dito.

"Tapi... sebenarnya aku ingin makan siang bersama anak-anak kantor. Aku ingin lebih akrab dengan mereka. Gak papa kan?" Masyita menolak secara halus ajakan Dito.

"Oke! Besok kamu bisa makan bareng mereka karena besok aku ada meeting sampai siang. Tapi kali ini, kamu makan disini yah? Aku sudah terlanjur pesan makanan buat kamu loh, kan mubazir kalau gak dimakan." jawab Dito.

Masyita pun menuruti permintaan Dito dengan makan siang bersama di ruangannya. Dan saat mereka sedang makan, Tiba-tiba terdengar suara panggilan masuk di HP Masyita.

"Assalamualaikum Mas." Masyita memberi salam.

📞 "Wa'alaikumussalam, sayang masih dikantor yah? Maaf yah ganggu sebentar. Aku cuma mau bilang kalau besok aku mau sidang skripsi. Doakan semua lancar ya sayang."

"Iyah mas. Bismillah ya mas, Syita doakan semua lancar, mas Tantra bisa lulus." Jawab Masyita dengan Senyum merekah di bibirnya.

📞 "Insya Allah besok sore aku jemput pulang kantor yah? Kita makan malam berdua yah?""

“Iya, Syita tunggu besok sore ya mas. Semangat mas Tantra sayang!" Ucap Masyita memberi semangat. Tak dapat dipungkiri kalau sekarang Masyita merasa sangat bahagia mendengar kabar dari Tantra. Karena sekali lagi, ini adalah kemajuan tahap hubungan mereka.

Sementara Dito yang sedang makan seolah tidak peduli dengan obrolan Masyita dengan kekasihnya. Meski tak dipungkiri hatinya merasa sesak ketika mendengar Masyita mengucap kata sayang untuk Tantra. Dito berusaha tenang dan sabar agar tujuannya tercapai. 

Terpopuler

Comments

Ifah Fatur

Ifah Fatur

semangat tantra ,,

2022-09-05

0

pensi

pensi

Dito mencintai dalam diam

2022-08-01

2

Fatma Kodja

Fatma Kodja

lanjuttttt thor 👍💪👍💪💪

2022-06-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!