Ketika hujan telah reda ,aku pulang ke rumah dengan wajah yang begitu ceria. Hari ini Nenek Tuti memberiku upah 10 ribu rupiah dari membersihkan rumahnya . Mulai besok dan seterusnya aku akan terus ke sana untuk membersihkan rumahnya. Aku tidak akan memberitahu orang tuaku masalah ini . Kalau mereka tahu aku bekerja, pasti mereka akan memarahiku . Mereka takut di bilang menelantarkan anaknya.
Sampai rumah aku langsung menyapu , setelah selesai aku langsung mandi dan belajar.
Jam 18:20, Ibu memanggilku untuk makan malam. Belum sempat aku duduk , Bapak menatapku dengan mata terbuka lebar dengan titik pupil yang tampak marah dan buta oleh amarah.
Melihat tatapan Bapak padaku,firasatku seperti tidak enak.
"Kenapa Bapak seperti sedang marah denganku? apa aku telah melakukan suatu kesalahan? atau jangan-jangan Bapak sudah tahu kalau aku akan bekerja di rumah Nenek Tuti ? "aku berpikir sambil menunduk. Aku takut menatap wajahnya.
"Nonik,kemari kamu ," teriak Bapak yang bicara dengan marah dan nada tinggi.
Aku berjalan begitu pelan, dan dengan tubuh gemetar.
"Nonik,tadi Kakakmu bilang pada Bapak kalau kamu telah mencuri uangnya. Apa benar yang di katakan oleh Kakakmu itu? "Bapak bertanya dengan wajah yang merah padam karena begitu marah.
Aku merasa bingung dengan pertanyaan Bapak. Aku juga begitu takut melihat Bapak marah seperti sekarang ini.
"Aku tidak pernah mengambil uang Kakak, aku berani bersumpah ." Balasku sambil menatapnya. Bapak membalas tatapan mataku dengan tatapan mata yang tajam seperti mau membunuhku.
Saat ini aku merasa begitu ketakutan,jantungku berdebar-debar dan raut wajahku begitu pucat pasi.
"Ternyata sekarang kamu sudah pintar berbohong ? Apa ini yang gurumu ajarkan di Sekolah? Kalau bukan kamu yang mengambil uang Kakakmu, lalu dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli buku tulis dan kaos kaki ? " tanya Bapak dengan wajah yang tampak begitu merah dan matanya melotot seperti mau menerkamku.
"Tuhan,tolong selamatkan aku ! Aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi. Aku begitu takut Tuhan." Gumamku di hati dengan tubuh gemetar. Aku tidak berani menatap wajahnya. Mulutku rasanya begitu berat untuk menjawab semua pertanyaan Bapak.
"Cepat jawab , dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli keperluan Sekolah? " kata Bapakku yang masih berteriak marah.
"Aku tidak mengambilnya. Aku menemukan uang di lantai ,lalu aku menggunakannya untuk membeli keperluan Sekolah." Aku bicara menunduk dengan tubuh yang sudah gemetar
"Kamu sudah mulai berbohong ya sekarang !" Bapak membuka ikat pinggangnya,kemudian mengangkat ikat pinggang itu tinggi-tinggi .
"Plak...plak...plak..."Bapak kemudian memukulku dengan ikat pinggangnya berkali-kali.
"Sakit...sakittt...sakittt..." teriakku dengan suara yang cukup keras
"Pak, tolong hentikan Pak."Aku berlutut meminta ampun, tetapi Bapak terus saja memukulku hingga tubuhku ambruk ke lantai.
Kemudian Ibu datang ..
"Bapak ,tolong hentikan ! Apa Bapak tidak kasihan pada Nonik ? Badannya sudah terluka ."Ibu bicara berteriak sambil menghampiriku.
"Dari awal aku sudah bilang kepadamu kalau aku tidak suka anak perempuan,tapi kamu malah melahirkan anak perempuan. Asal kamu tahu, anak perempuan itu hanya akan menyusahkan kita . Kita yang capek membesarkannya tetapi setelah besar nanti dia akan menikah dan hidup bersama suami dan mertuanya. Lebih baik sekarang kamu bawa dia ke kamarnya." Ucap Bapak memerintah Ibu dengan wajah berapi-api.
"Jadi selama ini Bapak tidak pernah menginginkan anak perempuan ? Pantas saja adikku di perlakukan seperti seorang laki-laki. "gumamku di hati. Adikku baru berusia 2 tahun,setiap hari Ibu selalu mengajaknya bekerja di laundry, atau kadang dititipkan di rumah Nenek.
Ibu lalu menarik tanganku cukup keras dan membawaku ke kamar.
"Nonik ,sudah Ibu katakan berkali-kali . Jangan membuat Bapak marah ,tetapi kamu malah selalu membuat Bapak marah ," kata Ibu dengan matanya yang melotot . Setelah bicara seperti itu dia keluar dari kamarku dengan menutup pintu begitu cukup keras.
Di dalam kamar aku menangis terisak-isak. Badanku juga begitu sakit dan perih.
"Mulai saat ini ,aku tidak akan meminta uang kepada mereka. Aku akan berusaha melakukan semuanya sendiri. Aku yakin ,kalau aku pasti bisa melakukannya." Gumamku di hati sambil menangis. Aku tumpahkan semua sakit ini lewat air mataku.
10 menit kemudian , Ibu membawa makanan ke kamarku sambil marah-marah. Aku langsung memakannya ,karena perutku juga begitu lapar.
1 bulan kemudian..
Semenjak kejadian waktu itu , aku tidak pernah menatap wajah mereka. Aku hanya fokus Sekolah,bekerja di rumah Nenek Tuti ,dan mengerjakan tugas rumah yang Ibu berikan.
Mereka tidak tahu kalau aku bekerja di rumah Nenek Tuti, dan aku juga sengaja tidak memberi tahu mereka agar aku bisa bersekolah. Kalau mereka tahu, maka mereka akan melarangku bekerja . Dan kalau aku tidak bekerja ,maka aku akan kesulitan membeli kebutuhan Sekolah.
Aku juga sudah mengembalikan uangnya Ibu guru Dewi. Aku mengembalikannya menggunakan uang dari bekerja di rumah Nenek Tuti. Aku tidak ingin berhutang kepada siapapun.
Di Sekolah aku juga ikut ilmu bela diri. Aku ingin menjadi wanita yang kuat , dan jika nanti ada yang menggangguku ,maka aku bisa melawannya.
Dan sekarang aku juga memiliki seorang sahabat di Sekolah. Namanya Agus ,dan Tobi,mereka orangnya baik dan selalu membantuku saat aku susah. Dan mereka juga tahu kalau aku bekerja sambil Sekolah.
Besok aku mewakili Sekolahku mengikuti lomba karate tingkat kabupaten. Sepulang dari Sekolah aku langsung makan ,dan tidur siang untuk sebentar.
Jam 13:25 seperti biasa aku menunggu Tante Sari di depan rumah. Jam 13:40 Tante Sari memanggilku,dan aku langsung menghampirinya.
"Nonik, hari ini suaminya Nenek Tuti pulang dari luar negeri. Nanti kamu harus hati-hati dengannya ya! Soalnya suaminya Nenek Tuti galak sekali." Ucap Tante Sari sambil menatapku
"Iya Tante, aku akan hati-hati," balasku
Setelah sampai dirumah Nenek Tuti aku langsung mengerjakan pekerjaanku. Saat aku lagi menyapu,tiba-tiba saja suami Nenek Tuti menghampiriku.
"Siapa namamu? " kata Suami Nenek Tuti menatapku
"Namaku Nonik Kek," aku bicara sambil menunduk .
Wajahnya begitu seram, tidak marah saja wajahnya terlihat seram , apalagi kalau lagi marah.
"Nenek Tuti padahal orangnya baik,tapi kok bisa mau sama pria galak seperti dia ? "pikirku
"Kamu panggil aku dengan sebutan Kakek? Memangnya wajahku sangat tua sekali ? Panggil aku dengan sebutan bos," sahutnya. Dia bicara seperti hewan buas yang mau menerkam mangsanya.
"Iya Kek,eh maksudnya iya bos, "aku bicara menunduk . Aku tidak berani menatapnya ,karena wajahnya lebih seram dari wajah Bapakku.
"Padahal ubannya sudah begitu banyak ,dan wajahnya juga sudah keriput. Dia saja jalan pakai tongkat,tapi dia tidak mau dibilang Kakek." gerutuku di hati
"Ninok ,sekarang kelas berapa? "Suaminya Nenek Tuti bertanya dengan alis mata terangkat.
Aku meletakkan jari tanganku di bawah dagu, dan dengan alis mengerut dalam fokus karena merasa bingung .
"Siapa itu Ninok? " kataku berpikir sendiri.
"Bos ,siapa itu Ninok? "tanyaku dengan wajah bingung
"Iya kamu, kan namamu itu Ninok. " Kakek Genta bicara dengan nada tinggi.
"Namaku Nonik bos ,bukan Ninok ." Aku bicara dengan kepala dan alis mengarah ke bawah sambil menunjukkan muka masam.
" Sama saja, cuma beda lagi sedikit. Apa kamu bisa membersihkan rumahku ini? Anak seusiamu seharusnya bermain ,bukan malah bekerja," dia bicara sambil menatapku
"Aku sudah biasa mengerjakan ini bos." Jawabku sambil ikut menatapnya.
"Aku tidak akan memberimu uang sedikitpun kalau pekerjaanmu tidak bersih." Ucapnya yang kemudian dia pergi meninggalkanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Tude.M.
lanjut
2022-06-02
0
Tude.M.
semangat Nonik,kamu pasti bisa
2022-05-28
1