3

Setelah Dea keluar Geral tertawa puas "itu baru permulaan Dea Lasati lihat saja apa yang akan ku lakukan setelah ini" Ucapnya geram mengingat bagaimana ia dipermalukan oleh gadis itu tadi pagi.

*

Dengan wajah murung Dea keluar dari ruangan Geral tiba-tiba ia merasakan perutnya seperti dililit sesuatu sakit sekali.

"Nah kambuh nih" Ucap Dea lirih perlahan ia menghampiri Lift khusus pegawai namun disana sudah berdiri 2 orang security, Dea tersenyum ramah saat hendak menekan tombol lift tiba-tiba tangannya dicegat.

"Maaf nona lift ini hanya khusus untuk pegawai kantor" Ucap salah satu security memperingatinya.

"Tapi pak, saya kan juga bekerja disini biasanya juga kami semua memakai lift ini" Ucap Dea lirih dengan tangan melingkari perutnya.

"Tapi ini peraturan baru nona dan kami hanya menjalankan tugas" Ucap security yang lebih muda.

"Lalu saya turunnya dari mana, ini lantai 20 loh pak sedangkan tempat saya kerja itu lantai 10" Kini Dea meringis kesakitin namun tetap ia tahan.

"Anda bisa lewat tangga darurat nona sementara lift 2 khusus untuk Cleaning Service sedang diperbaiki" Seorang security menunjukan tulisan disebuah pintu lift yang tertera Sedang Dalam Perbaikan.

"Ya baiklah, permisi" Kini Dea memilih mengalah rasa sakit perurnya membuatnya tidak ingin berdebat dengan siapapun.

"Kasian mbak Dea" Ucap Security yang lebih muda kepada temannya.

"Hus diam nanti didengar Tuan Geral" Ucap temannya itu dan tiba-tiba Geral menghampiri mereka dengan senyum puas.

"Kerja bagus" Ucapnya memberikan jempol kepada kedua security itu dan keduanya juga mengangguk hormat.

Sementara Geral tersenyum puas karena sudah mengerjai Dea berbeda dengan gadis itu tertatih-tatih ia menuruni anak tangga dengan pelan, Keringat dingin sudah membanjiri tubuhnya dan membuat bajunya hampir basah semua.

"Ya Allah, sakit sekali" Dea memijat perutnya yang terus menerus terasa melilit.

Lanjut ia melanjutkan langkah kakinya tinggal 2 lantai lagi ia sampai namun rasanya hampir tidak sanggup kini kakinya terasa lemas dan melayang, kepalanya mulai terasa pusing dan pandangannya berkunang-kunang.

"Jangan, jangan disini" Dea memaksakan kakinya melangkah dan akhirnya ia sampai dilantai tempat nya berkerja buru-buru ia berlari menuju toilet dan benar saja ia langsung memuntahkan semua yang ia makan tadi pagi termasuk semua kopi-kopi yang ia minum.

Hampir 30 menit Dea mengurung diri di dalam toilet sakit perutnya tak kunjung reda mendengar seseorang mengetok pintu toilet Dea buru-buru membersihkan diri dan keluar dengan tubuh lemas dan keringat membasahi tubuhnya.

"Astaga Dea" Suara itu milik Mei betapa terkejutnya ia melihat Dea yang begitu berantakan keluar dari toilet dengan baju basah kuyup, wajah pucat pasi dan rambut acak-acakan.

"De, lo kenapa"

Mei membantu Dea duduk dan menyeka keringatnya namun ia masih tidak sanggup menjawab pertanyaan Mei ia hanya terdiam sembari mengurut perutnya.

"De, kita kerumah sakit sekarang ya" Mei mengajaknya berdiri namun Dea menolak ia hanya meminta sahabat satu-satunya itu mengambil tas miliknya dan air.

Setelah menenggak obat sembarangan Dea masih terlihat lesu dengan wajah yang masih pucat.

"De ada apa sebenarnya, lo eh kamu kenapa tiba-tiba gini" Mei yang tidak pernah melihat sahabatnya begitu merasa iba dan sedih.

"Mei sebaiknya kamu jangan disini, nanti ketahuan Tuan Geral kamu bisa dapat masalah" Ucap Dea pelan takut sahabatnya itu juga mendapat masalah.

"Dea jangan bilang ini semua ulah..."Mei menggantung ucapannya dan menatap Dea curiga.

"Huss, gak ada hubungannya sama siapa-siapa ini penyakit aku kambuh aja tiba-tiba" Tipu Dea namun sebenarnya ia tidak berbohong hanya saja ia tidak ingin orang tau masalahnya dengan bosnya itu.

"Sakit, 5 bulan kamu tinggal sama aku gak pernah liat kamu sakit" Curiga Mei.

"Udah Mei, kamu kerja lagi ini bentar lagi aku juga baikkan kok"

"Okey, tapi nanti kamu harus cerita sama aku" Mei kembali memicingkan mata menatap Dea curiga.

"Oke okey" Dea tersenyum menyakinkan sahabatnya itu.

Setelah Mei pergi Dea menarik nafas lega setidaknya tidak ada yang tau permasalahan nya dengan Bosnya itu.

"Gila ya sepertinya dia bukan manusia kejam banget untung gue gak koit" Celetuk Dea berbisik.

Setelah merasa baik Dea merapikan baju dan rambut kemudian melanjutkan kerjaannya meskipun perutnya masih terasa sakit namun ia tidak ingin menyia-nyiakan peluang kerjaan ini mengingat sang Ibu di kampung perlu biaya banyak untuk berobatnya.

"Ehmm"

Dea terdiam mendengar seseorang berdehem dibelakang nya.

"Tuan"

Dea memberikan Bow (menundukan tubuh memberi hormat) kepada Geral yang menatapnya dingin sampai-sampai menusuk jantung Dea dan membekukannya.

Tanpa merespon Dea lelaki itu pergi begitu saja meninggalkan Dea yang masih terdiam kaku sejenak ia menatap lelaki itu dan berdecak kesal.

"Untuk ganteng, eh untung Bos maksudnya kalau gak udah abis lo cih.." Kesalnya namun ia kembali terdiam saat Geral menghentikan langkah kakinya dan memutar badan menatapnya dingin kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

"Ihhh..." Kesal Dea

"Kenapa harus Tuan Ardian pensiun sih kan kemarin aman-aman aja, tiba-tiba siluman itu menjadi perusuh disini" Gerutu Dea kesal.

"Siapa yang siluman De"

"Astaga,," Dea terperanjat saat Erik tiba-tiba berdiri dibelakangnya.

"Erik, ngagetin aja lo" Dea mengusap dadanya pelan.

"Eh gak boleh ngomong lo gue De," Ingat Erik.

"Gpp Bos udah pulang juga" Ia menunjuk arah luar dimana mobil bosnya itu memang sudah meninggalkan area parkiran.

"Yuk pulang" Ajak Erik.

"Duluan deh gue nunggu Mei" Tolak Dea halus.

"Ayo dong De pulang bareng gue sekali aja" Mohon Erik, semenjak sebulan lalu bertemu Dea ia memang sudah menaruh perasaan istimewa untuk gadis itu tatapan mata Dea tajam dan jernih sulit untuk melepaskan tatap mata dengannya.

Dea menghela nafas pelan tidak tega juga ia ini kesekian kalinya ia selalu menolak ajakan Erik meskipun ia tahu Erik menyukainya tapi entah kenapa ia hanya menganggap nya sebagai teman tidak lebih.

"Oke lo menang Rik, gue bilang ke Mei dulu ya" Terima Dea ramah.

Erik tersenyum puas akhirnya ia mendapatkan kesempatan yang ia tunggu-tunggu tidak ingin membuat gadis yang ia cintai kecewa Erik ingin memberikan kesan terbaik saat Dea pulang bersamanya.

Akhirnya keduanya pulang bersama Erik yang meskipun hanya seorang OB tetapi ia memiliki kehidupan yang cukup berkecukupan bagaimana tidak saat OB lainnya kekantor menggunakan motor/ojek Erik mengendarai mobil sendiri.

"Rik, lo sebenarnya kerja OB itu buat apa sih" Dea menatap Erik curiga.

"Maksudnya" Erik tetap fokus mengemudi.

"Yaa gini ya Rik, Lo kerja OB tapi gaya hidup lo gak jauh beda dari Tuan Geral" Dea to the points kepada lelaki itu.

Erik tertawa ngakak mendengar ucapan Dea saat dilampu Merah Erik akhirnya menatap Dea dengan lembut.

"Ya gue kerja buat nyari duit de" Ucap Erik.

"Tapi masa lo pake mobil" Tuduh Dea lagi.

"Ya gimana lagi gue gak punya motor, makanya pake mobil" Goda Erik.

"Wahh..wahh sultan berkedok OB" Ucap Dea dengan diiringi tawa ngakaknya.

Namun tanpa mereka sadari seseorang sedang memperhatikan mereka dari samping mobil yang mereka gunakan.

"Pak, Besok gak usah antarin saya ya" Ucapnya.

"Loh kenapa Tuan, saya minta maaf kalau saya salah" Lelaki paruh baya itu merasa bersalah.

" no no.. Bukan begitu soalnya David sudah kembali jadi David yang akan mengurus semuanya." Ucapnya Pelan.

"Baik tuan Geral" Ucap sang supir lagi mengangguk setuju.

*Ini kayaknya ya si Geral tipe-tipe bos nyebelin gak sih, jadi penasaran seganteng apa sih sampai Dea Lasati terpesona"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!