Pemotretan akhirnya selesai setelah berjam-jam yang melelahkan. Meskipun ada banyak drama dan pengambilan ulang, hasilnya tampak memuaskan. Para kru mulai membereskan peralatan, dan Yuju merasa lega bahwa semuanya telah berakhir. Namun, sebelum ia sempat mengganti pakaian dan bersiap pulang, manajernya datang dengan wajah penuh rasa bersalah.
“Yuju, maaf, tapi CEO ingin bertemu denganmu di ruangannya sekarang.”
Yuju menghela napas berat, mencoba menahan amarah yang mulai muncul kembali. “Untuk apa lagi? Apa dia ingin memarahiku karena tidak cukup tersenyum di kamera?” tanyanya dengan nada sinis.
Manajernya tidak menjawab, hanya menunduk. Ia tahu situasinya akan sulit, tetapi tidak punya pilihan selain menyampaikan pesan itu. Dengan langkah berat, Yuju menuju ke lantai atas gedung tempat kantor Mr. Kang berada.
Ketika ia masuk ke ruangan itu, Mr. Kang sudah menunggu, berdiri di dekat jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota. Ia tampak tenang, tetapi ada ketegangan yang jelas di udara.
“Duduk,” kata Mr. Kang tanpa menoleh, suaranya rendah namun tegas.
Yuju tetap berdiri. “Kalau ini soal tadi di studio, aku tidak mau dengar. Aku sudah cukup muak dengan semua omelanmu.”
Mr. Kang akhirnya berbalik, menatap Yuju dengan dingin. “Ini bukan soal studio. Ini soal sikapmu, Yuju. Kau mungkin artis berbakat, tapi sikapmu seperti ini akan menghancurkanmu lebih cepat dari yang kau kira.”
Yuju menyilangkan tangan di dadanya, tidak terintimidasi. “Sikapku? Aku hanya lelah diperlakukan seperti alat. Kau selalu berbicara soal karierku, tapi semua ini hanya tentang keuntunganmu, bukan tentang aku.”
Mr. Kang mendekat, ekspresinya semakin tajam. “Kau salah. Semua yang kulakukan adalah untuk memastikan kau tetap relevan di industri ini. Dunia hiburan tidak akan menunggu siapa pun, Yuju. Jika kau ingin bertahan, kau harus bermain sesuai aturan.”
“Aturan? Aturanmu, maksudmu?” Yuju menyahut dengan nada tajam. “Kau bicara soal aturan, tapi kau tidak pernah peduli pada apa yang kurasakan. Kau hanya peduli pada citra dan uang!”
“Kau menandatangani kontrak, Yuju,” Mr. Kang mengingatkan, suaranya semakin tegas. “Kontrak itu berarti kau harus menjalani semua ini, suka atau tidak. Dan jika kau tidak bisa mengikuti, kau tahu konsekuensinya.”
“Konsekuensi?” Yuju mendekat, menatap langsung ke matanya. “Kau pikir aku takut pada ancamanmu? Aku sudah cukup terjebak dalam permainan ini. Tapi aku tidak akan diam lagi. Jika kau terus memaksaku, aku akan bicara pada media. Aku akan mengungkap semuanya.”
Wajah Mr. Kang berubah serius, tetapi ia tetap tenang. “Bicara pada media? Kau pikir itu solusi? Kalau kau melakukannya, kau tidak hanya menghancurkan dirimu sendiri, tapi juga seluruh kariermu. Dan percayalah, aku akan memastikan itu terjadi.”
Keduanya saling menatap dengan intens, udara di ruangan itu terasa tebal oleh ketegangan.
Yuju akhirnya meledak. “Aku tidak peduli lagi! Aku tidak akan membiarkan diriku terus dipermainkan olehmu. Kau mungkin punya kuasa atas kontrakku, tapi kau tidak punya kuasa atas hidupku!”
Mr. Kang tersenyum tipis, sebuah senyuman yang lebih menyeramkan daripada menenangkan. “Kita lihat saja, Yuju. Aku tahu kau keras kepala, tapi kau juga tahu batasmu. Dan aku akan pastikan kau tetap berada di jalur yang sudah kutentukan.”
Yuju merasa dadanya sesak, tetapi ia menolak untuk menunjukkan kelemahan. Dengan langkah tegas, ia berbalik dan keluar dari ruangan itu tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi.
Di luar, ia berdiri sejenak, mencoba mengatur napasnya. Dalam hati, ia tahu bahwa pertempuran ini belum selesai. Mr. Kang adalah lawan yang kuat, tetapi ia tidak akan menyerah begitu saja.
Di dalam ruangan, Mr. Kang kembali berdiri di dekat jendela, memandang keluar dengan ekspresi penuh perhitungan. “Yuju,” gumamnya, “kau memang sulit diatur. Tapi aku tahu caranya membuatmu tunduk.”
***
Saat Yuju membuka pintu ruangan Mr. Kang dengan keras dan keluar dengan langkah cepat, ia tidak memperhatikan sosok wanita yang berdiri tepat di depan pintu. Wanita itu mengenakan gaun berwarna biru muda yang elegan, wajahnya cantik dengan senyuman yang sempat memudar saat melihat ekspresi marah Yuju.
“Permisi,” wanita itu berkata, mencoba memberi jalan pada Yuju.
Yuju hanya mengangguk singkat tanpa melihat wajah wanita itu dan berjalan melewatinya. Ia sudah terlalu lelah untuk peduli pada siapa pun, apalagi jika itu ada hubungannya dengan Mr. Kang.
Namun, wanita itu tidak mengabaikan Yuju. Tatapannya mengikuti Yuju yang menjauh, lalu ia berbalik masuk ke ruangan dengan ekspresi penuh pertanyaan.
“Siapa dia?” tanya wanita itu sambil menutup pintu, suaranya terdengar ringan namun sarat makna.
Mr. Kang, yang masih berdiri di dekat jendela, tidak langsung menjawab. Ia hanya melirik pintu yang baru saja ditutup, lalu kembali memandang ke luar. “Itu hanya salah satu artis di bawah agensiku,” jawabnya singkat.
Wanita itu berjalan mendekat, tatapannya tajam. “Hanya artis? Lalu kenapa dia keluar dari ruangan ini dengan wajah seperti itu? Kalian bertengkar?”
Mr. Kang menghela napas dan berbalik menghadap wanita itu. “Kau tahu bagaimana pekerjaanku. Beberapa orang memang sulit diajak bekerja sama. Yuju adalah salah satunya.”
Wanita itu memperhatikan ekspresi Mr. Kang dengan cermat, lalu tersenyum kecil. “Kalau begitu, aku harap kau tidak membuang terlalu banyak energimu untuk seseorang seperti dia.”
“Tidak akan,” jawab Mr. Kang dengan nada tenang, meskipun pikirannya masih memikirkan Yuju.
Sementara itu, di lorong, Yuju terus berjalan menuju lift. Ia merasa lega bisa keluar dari ruangan itu, tetapi hatinya masih dipenuhi dengan kemarahan.
“Dia bahkan tidak layak untuk aku pikirkan,” gumam Yuju pada dirinya sendiri. Ia tahu soal kekasih Mr. Kang, tapi sekarang, ia tidak peduli lagi. Tidak peduli seberapa mesra hubungan mereka atau seberapa sempurna wanita itu, itu semua bukan urusannya.
Lift terbuka, dan Yuju melangkah masuk, membiarkan pintu tertutup di belakangnya. Di dalam lift, ia menatap bayangannya di cermin. Ia merasa lelah, baik secara fisik maupun emosional.
“Aku harus mencari cara keluar dari semua ini,” bisiknya pelan, tekadnya semakin kuat.
Di sisi lain, wanita itu masih berada di ruangan Mr. Kang, menatapnya dengan penuh perhatian. “Kau terlihat tegang,” katanya. “Ada sesuatu yang ingin kau ceritakan?”
Mr. Kang tersenyum tipis, mencoba menutupi perasaannya. “Tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Semua terkendali.”
Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa Yuju adalah tantangan yang lebih besar daripada yang ia duga. Ia juga tahu bahwa wanita di depannya tidak akan pernah memahami sepenuhnya apa yang terjadi. Baginya, kekuatan dan kontrol adalah segalanya, dan ia tidak akan membiarkan siapa pun, bahkan Yuju, menggoyahkan posisinya.
Seoyeon mulai melancarkan aksinya untuk merayu Mr. Kang. Dengan duduk di pangkuanku Mr.Kang. Tetapi Mr. Kang sama sekali tidak terganggu. Tetap diam melihat layar komputer.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments