Hari-hari setelah gala semakin membuat Yuju merasa terasing. Di balik senyum yang ia pasang di depan kamera dan di depan publik, hatinya semakin hancur. Setiap kali melihat Mr. Kang bersama kekasihnya, Ahn Seoyeon, rasa cemburu itu semakin menggerogoti dirinya. Ia tak bisa lagi membendung perasaan yang telah lama ia pendam. Meskipun ia tahu hubungan mereka hanya sebuah kontrak yang tak terucapkan, kenyataannya tetap menyakitkan.
Suatu sore, setelah rapat yang penuh ketegangan, Yuju memutuskan untuk menemui Mr. Kang di kantornya. Ia tahu ini adalah saatnya untuk berbicara, untuk mengungkapkan segala yang dirasakannya. Ketika ia masuk ke dalam ruang kerja Mr. Kang, pria itu sedang duduk di meja kerjanya, tampak sibuk dengan berkas-berkas di depannya.
“Ada apa, Yuju?” tanya Mr. Kang tanpa mengangkat wajahnya, suaranya terkesan dingin, seolah tidak peduli dengan kedatangannya.
Yuju menutup pintu dengan keras, membuat Mr. Kang akhirnya mengangkat pandangannya. Matanya bertemu dengan mata Yuju yang penuh amarah.
“Aku ingin tahu, apa sebenarnya hubungan kita, Mr. Kang?” Yuju bertanya dengan suara gemetar, meskipun ia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kelemahannya. "Kenapa aku harus terus bertahan dalam permainan ini, jika kamu sudah punya Seoyeon di sisimu?"
Mr. Kang terdiam sejenak. Raut wajahnya tak berubah, namun ada kilatan kesal yang tampak di matanya. "Jangan bicara tentang Seoyeon. Itu urusan pribadi," jawabnya dengan nada tegas. “Kau tahu kenapa kita melakukan ini. Ini demi kariermu, Yuju.”
“Tapi itu bukan tentang karierku lagi, kan?” Yuju menyahut dengan cepat, suaranya semakin keras. “Kau sudah membuatku terjebak dalam situasi yang aku benci. Aku bukan hanya sekedar alat untuk menaikkan citramu atau menjaga agensimu tetap bersih! Aku punya perasaan juga, Mr. Kang!”
Mr. Kang berdiri dan mendekat, mencoba menenangkan keadaan. “Tenanglah, Yuju. Jangan biarkan perasaan ini menguasaimu. Semua ini untuk kebaikanmu, untuk kelangsungan kariermu. Jangan pikirkan hal-hal yang tidak perlu.”
Yuju merasa darahnya mendidih. "Kebaikan? Itu yang kau katakan? Kebaikanmu itu hanya untuk dirimu sendiri, untuk menjaga citramu tetap utuh. Sementara aku harus menjadi boneka yang hanya bisa mengikuti perintahmu!"
Tiba-tiba, pintu terbuka, dan seorang staf masuk membawa berkas penting. Melihat Yuju yang berdiri dengan wajah marah dan Mr. Kang yang tampak tegang, staf itu berhenti sejenak, lalu pergi tanpa berkata apa-apa.
“Lihat? Ini semua hanya tentang kontrol, kan?” Yuju melanjutkan, suara penuh emosi. “Kamu mengatur semua orang di sekitarmu. Tapi kamu tak pernah memikirkan apa yang aku rasakan.”
Mr. Kang menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Kau masih tidak mengerti, Yuju. Ini bukan soal perasaan. Aku melakukan ini demi masa depanmu. Kau ingin sukses, kan? Ingin dikenal?”
“Kenal? Jadi ini semua tentang sukses? Aku bahkan tidak tahu siapa diriku lagi, Mr. Kang! Aku ingin keluar dari permainan ini!” Yuju berteriak, hampir menangis. “Tapi aku terjebak! Terjebak dalam kontrak bodoh ini! Aku tidak bisa keluar, dan aku tidak tahu berapa lama aku bisa berpura-pura bahagia!”
Mr. Kang mematung, menatapnya tanpa ekspresi. “Kau tidak bisa keluar. Kau sudah menandatangani kontrak sebagai artis individu, bukan bagian dari grup. Kau harus mengikuti peraturan jika ingin bertahan di dunia ini.”
“Aku muak dengan dunia ini!” Yuju hampir tidak bisa menahan tangisnya. “Aku ingin keluar, tapi aku tidak bisa! Dan aku harus terus berada di sini, melihatmu bersama Seoyeon dan tahu bahwa aku hanya bagian dari sebuah rencana yang tidak pernah aku setujui!”
Ada keheningan yang sangat panjang di antara mereka. Mr. Kang menatap Yuju dengan tatapan yang sulit diartikan. Meskipun ia terlihat tenang, dalam hatinya ada perasaan yang lebih dalam daripada yang ia tunjukkan. Tetapi ia tahu, di dunia ini, tidak ada tempat untuk perasaan—hanya ada kekuasaan, kontrol, dan permainan yang lebih besar.
Yuju menatapnya dengan penuh kebencian, tahu bahwa perasaan ini, perasaan terluka dan terhina, akan terus membakar dirinya. “Aku tidak akan diam saja,” katanya dengan suara penuh tekad. “Suatu saat, aku akan keluar dari semua ini, bahkan jika itu berarti aku harus menghancurkan segala sesuatu yang telah kau bangun.”
Dengan langkah tegap, Yuju berbalik dan keluar dari ruangan Mr. Kang, meninggalkan pria itu dengan pikiran yang bertentangan. Ia tahu, skandal ini baru saja dimulai, dan tak ada jalan kembali.
***
Setelah pintu ruangannya tertutup dengan keras, Mr. Kang duduk kembali di kursinya. Wajahnya masih datar, tetapi matanya memperlihatkan sesuatu yang lebih dalam—kelicikan dan kontrol yang sudah menjadi ciri khasnya. Ia menghela napas perlahan, lalu mengambil ponselnya. Dengan beberapa sentuhan, ia menghubungi seseorang yang sudah lama menjadi tangan kanan untuk urusan seperti ini.
“Mulai sekarang, aku ingin kau mengawasi Yuju,” perintah Mr. Kang dengan nada rendah namun penuh otoritas. “Pastikan dia tidak melakukan sesuatu yang merugikan. Aku ingin tahu setiap gerakannya, setiap pertemuan yang dia hadiri, bahkan setiap pesan yang dia kirim.”
Di ujung telepon, suara seorang pria menjawab dengan tenang. “Dimengerti, Tuan Kang. Saya akan memastikan tidak ada satu pun yang lolos dari pengawasan.”
Mr. Kang tersenyum tipis, senyuman yang penuh kelicikan dan kepuasan. “Bagus. Dan jika dia mencoba sesuatu yang tidak sesuai dengan kontraknya, beri tahu aku segera. Kita tidak bisa membiarkan dia merusak reputasi agensi atau… rencana besar kita.”
Setelah telepon ditutup, Mr. Kang bersandar di kursinya, memandang ke luar jendela dengan tatapan penuh perhitungan. Di pikirannya, Yuju bukan hanya sekadar artis di bawah naungannya; dia adalah alat penting dalam permainan besar yang sedang ia jalankan. Yuju mungkin berpikir bisa melawan, tapi Mr. Kang tahu bahwa dia selalu selangkah lebih maju.
Sementara itu, Yuju berjalan keluar dari gedung agensi dengan langkah cepat, masih diliputi amarah. Ia merasa lega telah mengungkapkan perasaannya, tapi rasa tidak berdaya itu tetap ada. Kontraknya seperti belenggu yang tidak bisa ia lepaskan, dan ia tahu bahwa setiap tindakannya kini pasti diawasi.
Di sudut jalan, seseorang dengan pakaian sederhana namun mencurigakan memperhatikan Yuju dari kejauhan. Orang itu berbicara melalui earpiece kecil yang hampir tidak terlihat. “Dia baru saja keluar. Sepertinya dia menuju ke apartemennya. Apa instruksi selanjutnya?”
Suara Mr. Kang terdengar di ujung sana. “Biarkan dia merasa bebas, tapi jangan sampai dia sadar sedang diawasi. Aku ingin tahu semua rahasianya, bahkan yang dia sembunyikan dari dirinya sendiri.”
Malam itu, Yuju duduk di kamarnya, memandangi layar ponselnya yang terus bergetar karena pesan dan telepon dari manajernya. Namun, ia mengabaikannya. Hatinya terlalu penuh dengan kemarahan dan kelelahan.
“Aku harus menemukan cara keluar dari semua ini,” gumamnya pada dirinya sendiri. Tapi ia tidak tahu bahwa setiap langkahnya kini sudah menjadi bagian dari permainan Mr. Kang yang jauh lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan.
Bersambung
Hai semuanya ini novel untuk bersenang-senang ya, jadi jangan di anggap serius ya para readers. Thank's yang udah mampir baca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments