Sore harinya, Ganesh datang menjemput. Kami segera berangkat. Suasana hatiku masih belum baik. Pembahasan tadi siang benar-benar membuat mood ku buruk.
"Sudah jangan terlalu di pikirin, kita ikuti saja alurnya akan bagaimana. Meski aku juga tahu apa masalahnya"
Aku tahu jika Ganesh juga merasakan hal yang sama. Bagaimana kita begitu mencintai satu sama lain. Tapi, kenyataan seolah menghalangi kita untuk bersatu.
"Kenapa kita harus berbeda?"
Ganesh menoleh saat mendengar pertanyaan ku "Kita semua di ciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Termasuk dengan perbedaan ini. Semuanya sudah takdir"
Aku menunduk mendengar penjelasan Ganesh. Benar.. Takdir kita yang berbeda semakin menyulitkan kita untuk bisa bersatu.
"Sudahlah, tidak perlu di bahas lagi. Sekarang kita akan pergi untuk liburan, kita akan senang-senang. Jadi, harus bahagia. Jangan menunjukan wajah sedihmu seperti itu"
Aku menghembuskan nafas berat, menoleh ke arah Ganesh dan tersenyum meski sedikit di paksakan. Baiklah, saatnya untuk bersenang-senang dan sejenak melupakan kenyataan yang ada.
"Aku mencintamu"
Ganesh tersenyum mendengar ungkapan cintaku yang sudah sering aku ucapkan padanya.
"Aku juga"
Perjalanan yang cukup memakan waktu membuat aku merasa lelah dan akhirnya terlelap di dalam mobil sampai aku merasa ada yang menusuk-nusuk pipiku.
"Bangun Sayang, kita sudah sampai"
Terasa lagi sesuatu menusuk pipiku, aku mengerjapkan mata. Ganesh tersenyum padaku. Senyuman yang selalu membuatku candu.
Aku menoleh ke arah jendela mobil, kita telah sampai di pekarangan villa. Di halaman samping terlihat sangat ramai dengan keluarga Ganesh.
"Sudah sampai ya, lama banget aku tidur ya"
Ganesh tersenyum sambil mengusap kepalaku "Sudah, ayok turun"
Aku mengangguk lalu membuka sabuk pengaman dan segera turun dari mobil. Ganesh menggandeng tanganku, berjalan mendekati keluarganya yang sedang berkumpul di halaman samping dengan pemandangan air danau yang tenang dan beberapa pohon yang menyegarkan mata yang memandang.
Aku menghirup udara yang terasa segar ini, sungguh udara disini sangat jauh dengan udara di kota yang sudah tercemari. Disini masih begitu sejuk dan menyegarkan.
"Wahh... Kalian baru datang, lama banget kalian" kata Tante Syifa, tante nya Ganesh
Aku dan Ganesh bergantian mencium punggung tangan Tante Syifa "Iya Tan, maaf terlambat"
"Apa kabar Ra?" Tanya Om Erwin, suaminya Tante Syifa
Aku beralih mencium punggung tangan Om Erwin "Baik Om. Bagaimana dengan Om sendiri?"
Om Erwin tersenyum tipis "Om juga baik"
Tante Syifa mengelus punggung ku dengan senyuman ramahnya "Sudahlah, ayo bergabung. Kalian temui dulu Kakek dan Papa, Mama sana"
Aku tersenyum, betapa baik dan ramah keluarga terpandang ini. Tidak ada kata sombong atau angkuh. Mereka benar-benar baik dan tulus.
"Baiklah, mari Tante. Seira dan Ganesh mau menyapa dulu yang lainnya"
"Iya iya,, pergilah" Tante Syifa tersenyum sambil menggerakan tangannya seolah menyuruh kami pergi untuk segera menyapa yang lainnya.
"Hai Ma, Pa, Kakek" sapaku pada keluarga Ganesh.
Mama Ganesh langsung memeluk ku layaknya pada seorang anak perempuannya. Aku bahagia begitu di terima oleh keluarga Ganesh.
"Apa kabar Ra? Kok udah lama gak ke rumah"
"Iya Ma, lagi cukup banyak kerjaan juga hehe"
Aku beralih menyapa Kakek, mencium tangannya dengan sopan "Apa kabar Kek?"
"Ya.. Cukup baik" jawabnya santai
Meski begitu aku cukup faham, jika di keluarga Ganesh memang Kakeknya yang paling dingin padaku.
"Orang tuamu apa kabar Ra?" Tanya Papa
"Baik Pa"
"Haii Kak Seira, baru datang juga ya"
Saudara sepupu Ganesh datang menyapaku, Erland dan Erlita adalah saudara kembar. Mereka anaknya Tante Syifa dan Om Erwin.
Aku dan Erlita langsung berpelukan, kami memang cukup dekat. Mungkin karena sama-sama perempuan. Jadi kadang jika bertemu seperti ini aku dan Erlita sering ngobrol dan sharing beberapa hal.
"Apa kabar kamu Lit?" Aku mengelus punggungnya, aku sudah menganggap Erlita sebagai adikku sendiri.
"Baik, cuma lagi pusing aja sama tugas kuliah"
Aku tersenyum mendengar keluhannya, melepaskan pelukan dan beralih menyapa saudara kembarnya, Erland.
"Apa kabar Land?"
"Baik"
Ya.. Erland memang paling cuek di keluarga ini. Tapi, aku rasa dia mempunyai rasa peduli yang tinggi pada keluarganya. Hanya saja dia punya cara sendiri untuk menunjukan kepeduliannya itu.
Aku mulai berkumpul dengan para wanita di keluarga Ganesh. Sementara Ganesh sedang memancing di danau bersama Papa, Om Erwin dan Kakek. Tidak salah lagi mereka juga pastinya sambil membicarakan pekerjaan.
"Apa kabar Ayah dan Ibu Ra? Mereka kenapa gak ikut kesini? Kan makin rame" kata Mama
"Ayah sama Ibu sibuk Ma, mereka nitip salam buat semuanya"
"Ohh.. Salam balik ya, syukurlah kalo Ayah dan Ibumu baik kabarnya" kata Mama dengan senyuman ramahnya
Aku mengangguk "Iya Ma, mereka baik kok"
"Erland kemana Lit?" Tanya Tante Syifa saat tak melihat anak laki-lakinya itu
Erlita mengangkat kedua bahunya acuh "Gak tau, dia 'kan emang gitu. Suka banget menyendiri. Aneh memang"
Tante Syifa memukul paha anak perempuannya yang duduk di sampingnya "Kamu ini, gitu-gitu dia juga saudara kembar kamu"
"Apasi Mam, seenaknya aja deh tuh tangan. Sakit tahu" kata Erlita sambil mengelus pahanya.
Aku tersenyum melihat suasana ini. Keluarga ini benar-benar harmonis, tidak ada perselisihan antar saudara seperti kebanyakan keluarga terpandang lainnya.
"Oh iya Ma, dengar-dengar Gezia akan segera kembali ya?"
Gezia adalah adik satu-satunya Ganesh, dia sedang menyelesaikan sekolah desain di luar negara. Dan aku mendengar dari Ganesh jika Gezia akan segera kembali ke tanah air.
"Iya, dia akan kembali dua bulan lagi" jawab Mama
Aku mengangguk mengerti, rasanya aku akan merasa canggung jika bertemu dengan adik Ganesh lagi setelah dua tahun lamanya sejak terakhir kali kami bertemu.
Gezia terlalu sempurna untuk seorang gadis, dia baru saja menyelesaikan sekolah desain nya dan akan segera membuka butik sendiri di sini. Dia memiliki aura dingin dan datar. Aku benar-benar tidak pernah bisa dekat atau berbicara banyak dengan adik Ganesh itu. Dia terlalu dingin.
Selain Kakek dan Erland, Gezia juga yang selalu bersikap dingin padaku. Tapi mereka tetap menyapa dan menerima sapaanku sebagaimana mestinya.
Bersambung
Bagaimana? Apa sudah mulai mengenal karakter masing-masing?
Untuk yang membaca beberapa karyaku pasti aneh ya. Ini pertama kalinya aku bikin novel dengan sudut pandang pemeran utama wanita. Kenapa aku bikin novel Benteng Penghalang Kita dengan seperti ini? Karena aku pengen nyoba aja merangkai kata dengan sudut pandang si pemeran utama wanita.
Jangan lupa dukungannya.. like komen di setiap chapter.. kasih hadiahnya dan votenya juga.. terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
uyhull01
huuu mantap kali klo berbda kyakinan, teringat temanku dulu yng d sukai cowo berbeda tp untungnya mereka bisa melepas satu sama lain dngan baik",,
#smngat trus kak,,
2022-06-01
0
Rahayu Wijayanti
cinta yg terhalang keyakinan itu emang berat Thor,kalo salah satu tidak ada yg mau mengalah.
makane di Islam atau agama lain pun kalo mau cari pasangan yg seiman.
ini kalo benteng penghalang e tentang keyakinan ya bukan kasta..
2022-05-23
0
Adinda Wulandari
kenapa ngga kaya novel mu yang lain Thor yang dari dialog author bukan sudut pandang aku
2022-05-23
0