Malam harinya, keluarga Ganesh mengadakan acara barbeque. Semuanya terlihat bahagia, suasana berkumpul dengan keluarga seperti ini memang sangat jarang mereka rasakan karena kesibukan masing-masing.
"Pake jaketnya Sayang, di sini cuacanya dingin banget" kata Ganesh yang memakaikan jaket pada tubuhku. Betapa perhatiannya dia padaku, bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta padanya.
Aku tersenyum sambil menarik bagian depan jaket agar semakin menutupi tubuh. Cuaca disini memang begitu dingin. Ku lihat Ganesh dan yang lainnya sedang membakar daging, sosis dan beberapa makanan lainnya. Sementara para wanita hanya duduk diam di teras depan Villa, sambil bercanda ria.
Aku ikut bergabung dengan Mama, Tante Syifa dan Erlita. Kadang aku merasa berbeda sendiri disini, perempuan di keluarga Ganesh semuanya memakai pakaian tertutup.
Meski bukan termasuk yang memakai pakaian syar'i dan sejenisnya. Namun memang semuanya memakai pakaian tertutup jika keluar rumah. Meski sering memakai celan panjang, bukan berarti yang selalu memakai gamis. Justru mereka masih sering memakai celana panjang longgar di bandingkan gamis atau sejenisnya. Namun, aku tetap merasa paling berbeda.
Mungkinkah kita bisa bersama?
Aku menatap keluarganya yang begitu baik dan ramah padaku. Semuanya menerima aku, meski Kakek, Erland dan Gezia sering bersikap dingin padaku. Tapi, mereka masih bersikap wajar dan mungkin memang itu sudah sifat mereka.
Ting..
Suara notifikasi pesan yang masuk ke ponsel langsung mengalihkan tatapanku dari pria yang aku cintai. Merogoh ponsel dari saku jaket dan segera membuka pesan itu.
Hai Ra, apa kabar?
Aku Alex
Ini pertama kali Alex menghubungi ku setelah kami bertukar nomor di acara reuni sekolah waktu itu. Aku segera membalas pesannya itu.
Iya Lex, aku baik. Bagaimana denganmu?
Send.. Pesan terkirim dan langsung terbaca oleh Alex, sepertinya pria itu memang sedang menunggu balasan pesan dariku.
Cukup baik setelah mendapat balasan darimu.
Hah? Apa maksudnya coba? Aku tidak lagi membalas pesan dari Alex yang menurut ku terlalu aneh itu. Aku menyimpan kembali ponsel ke dalam saku jaket dan kembali fokus menatap priaku.
Tuhan, bisakah kita bersatu?
Entahlah sejak satu tahun terakhir hubungan kami, aku mulai memikirkan masa depan kita. Apa masih bisa kita bersatu di saat semuanya berbeda, di saat penghalang di antara kita terlalu tinggi.
Ada benteng tinggi yang sulit untuk ku gapai, kita tak sama. Iman kita berbeda. Lalu, apa masih bisa kita bersatu? Apalagi sejak kejadian satu tahun lalu.
Aku sedang berada di rumah Ganesh dan aku tidak sengaja lewat di depan pintu ruang kerja saat aku akan ke kamar mandi. Ternyata di dalam sana ada Kakek dan Ganesh, pintu yang sedikit terbuka cukup membuat aku bisa melihat ke dalam ruang kerja itu.
"Masih mau bertahan? Ingat Ganesh, Kakek tidak akan mau jika kamu mengalah dengan agamamu itu hanya demi cinta. Kita dan keluarganya berbeda, meskipun dia mengalah dengan agamanya. Lalu, bagaimana dengan keluarganya? Apa mereka akan bisa menerima keputusan anaknya?"
Deg..
Dadaku berdenyut nyeri mendengar ucapan Kakek. Selama ini kami terlalu santai dengan perbedaan ini. Bahkan kami seolah mengabaikan kenyataan ini, perbedaan di antara kami.
"Tapi aku mencintainya Kek, tolong jangan dulu bahas ini sekarang. Aku dan Seira hanya ingin mengikuti alurnya saja. Apa yang terbaik untuk kami suatu saat nanti, itulah takdir kami"
Aku begitu tersentuh dengan jawaban Ganesh pada Kakeknya. Pria itu benar-benar memperjuangkan cinta kita, maka aku juga harus sama-sama berjuang untuk cinta ini.
"Mulai fikirkan masa depanmu Ganesh, hubungan kalian tak akan bisa bersatu"
Kakek berjalan keluar setelah berkata seperti itu, aku segera menyingkir dari depan pintu ruang kerja. Bersembunyi di balik dinding, dadaku masih terasa sesak mengingat kenyataan yang ada di antara aku dan Ganesh.
"Ra, ayo kita makan"
Suara Mama menyadarkan aku dari lamunan, aku menoleh dan tersenyum ke arahnya "Baik Ma"
Tante Syifa menggelar tikar di atas rumput hijau di halaman Villa. Semuanya duduk lesehan di sana, menatap indah ke arah danau yang terlihat dari cahaya lampu-lampu di sekitarnya. Begitu indah di pandang mata.
"Nih makan"
Ganesh menyodorkan satu sosis bakar ke depan mulutku. Aku membuka mulutku dan menerima suapan dari Ganesh. Lalu, Ganesh menggigit sosis itu tepat di bekas gigitanku tanpa merasa jijik sedikit pun.
"Kita semua belum Shalat isya ya. Ayo kita shalat dulu sehabis makan" kata Kakek
"Iya Kek" jawab Tante Syifa yang di angguki oleh semuanya.
Aku terdiam, mengunyah makanan dengan pelan. Jika seperti ini maka aku akan diam sendirian. Menunggu mereka selesai dengan ibadahnya. Hal ini semakin membuatku sadar jika aku dan Ganesh memang tak sama. Kami berbeda.
Benar saja, selesai makan malam aku hanya bisa diam di ruang tamu. Menunggu semuanya selesai dengan ibadah mereka. Aku menatap sekeliling ruangan ini. Tanpa terasa air mata menetes begitu saja. Aku lelah.. Sangat lelah dengan semua ini. Sudah memikirkan banyak cara dan solusi untuk hubungan kita. Tetap saja tidak menemukan yang terbaik.
Beberapa saat kemudian yang lainnya kembali menemuiku. Namun, tidak dengan Kakek, Ganesh dan Papa. Mungkin mereka belum selesai atau masih ada yang mau di bicarakan di sana.
"Langsung tidur aja Ra, Ganesh masih ngobrol sama Kakek dan Papanya. Ini udah malem juga, kita semua mau langsung tidur. Capek" kata Mama
Aku mengangguk "Iya Ma, Seira mau ke dapur dulu ambil minum. Suka haus kalo kebangun malem-malem"
Mama mengangguk mengerti "Yaudah, Mama duluan ya. Udah ngantuk banget"
"Tante sama Om juga tidur duluan ya Ra" kata Tante Syifa
"Iya Tan, Ma dan Om. Selamat malam"
"Malam" jawab Tante Syifa dan Mama bersamaan
"Kamu mau tidur juga Lit?" tanyaku pada Erlita yang masih berdiri di depanku
"Hehe. Kayaknya iya deh, udah ngatuk juga" jawabnya sambil cengengesan
Aku mendengus "Dasar, pake kata kayaknya segala. Kalo mau tidur ya tidur aja sana. Aku mau ke dapur dulu ya"
"Oke"
Aku berjalan ke arah dapur, namun langkahku terhenti saat mendengar suara orang-orang di ruang keluarga. Tidak jadi pergi ke dapur, aku malah bersembunyi di balik dinding. Entah kenapa aku begitu penasaran dengan apa yang sedang di bicarakan oleh tiga pria beda generasi itu. Jika membicarakan pekerjaan, tidak mungkin Om Erwin tidak ikut bergabung bersama mereka.
"Ganesh gak bisa Kek, Ganesh sangat mencintai Seira"
Aku terhenyak mendengar suara Ganesh yang terdengar lirih. Tidak seperti Ganesh yang biasanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Ganesh terdengar begitu putus asa.
"Pokoknya Kakek gak mau tahu ya Ganesh, kamu harus menikah dengan gadis pilihan Kakek! Jika tidak, maka silahkan tinggalkan keluarga Aditama dan GE"
Deg..
Bersambung
Bagaimana? Nyesek ya kalo hubungan beda keyakinan begini. Ikutin terus alurnya, maka akan tahu bagaimana akhirnya.
Jangan lupa dukungannya.. like komen di setiap chapter.. kasih hadiahnya dan votenya juga.. terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
uyhull01
tergntung kuat iman nya sii klo semisalnya keduanya g mau pisah ya salah satu jd korban keyakinan,
2022-06-01
0
Rahayu Wijayanti
nah kan,, intinya gini aja,kalo kita mau cari jodoh carilah yg seiman..jd tidak ada yg harus mengalah dalam agama.
tp realitane org masih banyak aja yg cari pasangan beda keyakinan artis Indonesia banyak tuh,,
2022-05-25
1