Sebelum Pernikahan

Gadis angkut kotak-kotak berisi barang berharga milik kedua orang tuanya itu, dia resmi pindah rumah setelah Andra melunasi dan menunjukkan bukti pembeliannya, tak ada yang bisa ditolak dari Andra, sekalipun dia mau menjerit tidak karuan.

Kenapa dia seperti ini? Kenapa istrinya yang dulu minta pisah kalau dia sebaik ini, kenapa?

Buih-buih pertanyaan yang ada di kepalanya tak ada satu pun yang bisa menjawab, bapak dan ibu bahkan tak peduli dengan alasan itu, mereka mengatakan kalau bukan jodoh lagi, tapi perasaan aneh jelas tak bisa Gadis kesampingkan.

"Hellen," panggil Andra.

Gadis, namaku itu Gadis, panggil saja Gadis!

Walau berontak, baiknya Gadis adalah tetap berjalan mendekat pada Andra, sebalnya selalu bertahta di hati saja.

"Apa?"

"Barangnya nanti biar maid yang menyimpannya, kalian istirahat saja, aku mau tunjukkan kamar kita juga!"

Gadis sontak menyilangkan kedua tangan ke depan dada, mata Andra tertuju ke sana, dia pun tertawa

"Kamu jangan aneh-aneh ya!" Gadis tunjuk hidung Andra.

"Ck, memangnya aneh apa, kan wajar suami dan istri itu tidur dalam satu kamar, rasain dulu baru komen!"

"Heh, dasar!" Gadis tahan kepalan tangannya, ini namanya tidak adil, dia diledek lelaki yang lebih muda darinya, kan itu memalukan. "Ndraaaaa ...."

Andra terus berjalan, sesekali dia gigit bibir bawahnya, kehadiran Gadis begitu dia tunggu, maksudnya wanita seperti Gadis, tapi memang sulit baginya mengucapkan nama itu sekalipun dia ingin menyenangkan hati Gadis, alasannya hanya dia yang tahu di rumah ini.

Mulut Gadis tak hentinya menganga, beberapa kamar telah Andra tunjukkan kepadanya dan itu semua hampir bisa dia bilang mirip dengan kamar hotel berkelas di kota besar ini.

"Ndra, ini kamar siapa?"

"Kita."

Gadis melangkah masuk, dia lupa akan emosinya tadi, ledekan Andra seakan hilang dan lenyap begitu saja dari benaknya. kaki polosnya menyebrangi beberapa ruang petak yang ada di dalamnya, kamar mandi yang seukuran dengan kamar tidur Gadis di rumah lama, membuatnya ingin tidur di kamar mandi saja.

Plak!

Gadis tepuk pipinya dan mencubit tangannya sendiri, ingin dia pastikan kalau ini bukan mimpi.

Kalau dia ingin menjadikan seorang wanita itu janda, kenapa harus diberikan yang mewah begini?

Melihat ekspresi Gadis yang cukup aneh menurut Andra itu membuatnya tak kuasa mendekat, dia lingkarkan kedua tangannya ke pinggang Gadis, membuat Gadis terperanjat, mendorong tubuh Andra menjauh.

"Heh, aku memang perawan tua ya, tapi aku ini tidak pernah macam-macam dengan beberapa mantan pacarku, aku tidak suka model pacaran yang asal sentuh begitu!" begitu sadar, Gadis turunkan tangannya yang menunjuk Andra. "Maksudku-"

Andra manggut-manggut, dia memang susah ditebak.

"Ya sudah, aku sudah tahu kamar ki-ta ... bisa sekarang kembali ke lorong penghubung rumah bapak?"

As you wish, Gadis kan ratunya di sini, apapun yang dia minta jelas akan Andra dan lainnya penuhi. Mendadak muncul rasa bersalah, kelemahannya di sini, Gadis pandangi Andra yang menatap lurus lorong demi lorong rumah ini, Andra itu bukan sekadar kekasihnya, tapi dia adalah calon suami, seharusnya dia tak se-keras itu tadi.

Tapi, harusnya Andra berkata apa dulu begitu ke dia, Gadis garuk-garuk bingung.

Sementara setiap perjalanan endak memulai pernikahan ini membuat Andra tercekik tanpa terlihat, dia simpan traumanya dalam-dalam, tapi masih saja tampak lemah di depan Gadis.

"Ndra," panggilnya menahan tangan Andra.

Andra berbalik, "Katanya mau ketemu bapak, ayo!"

"Huh ... maafin aku yang tadi!" Gadis berujar cepat. "Aku minta maaf yang tadi!" ulangnya.

"Yang mana?" balas Andra berlaga bingung.

"Yang tadi itu!"

"Mana sih?" masih belum mau paham.

Akhirnya, mau tidak mau Gadis peragakan juga, dia lakukan apa yang tadi Andra lakukan kepadanya, seketika Andra berpaling menyimpan rona di wajahnya.

Hellen ....

***

Gadis tidak mau bahagia sendiri, dia bawa kedua temannya di dua hari sebelum pernikahan berkunjung ke rumah baru itu, kebetulan mereka bisa pulang cepat hari ini dan kesempatan bagi ibu-ibu muda itu mencari udara segar.

"Sumpah, ini tidak kalah sama rumah artis nomor satu itu kali, Dis!" Rena gesekkan kukunya di tembok keramik kamar Gadis.

Gadis terkekeh kecil, dia biarkan kedua temannya menjelajah.

"Aku tidak yakin bakal bisa tinggal di sini, tapi aku punya kabar buat kamu!" Sifa berlari ke Gadis, dia ikut duduk di sofa panjang depan ranjang.

"Apa?" Gadis bingung sekaligus terkejut.

Sifa minta Rena ikut mendekat juga, mengapit calon mempelai perempuan agar tak lari ke mana-mana.

"Aku dengar kalau kemarin, ada rumah keluarga Mukti yang laku terjual, terus simpang siurnya itu rumah bekas pak Andra sama mantan istrinya, Lisa. Kayaknya dia beli rumah ini biar dia bisa move on dari mantan istri deh, besar ini loh, tapi itu kan bekas rumah pertama dia, ya kan?" Sifa tunjukkan kabar yang tersiar.

Sungguh, banyak yang Gadis lewatkan di sini, karena dia sibuk mondar-mandir mengurus surat dan persiapan menikah bersama Andra, dia jadi tidak sempat mencari dan membaca semua hal tentang Andra.

Rumah yang indah, bahkan sekali pandang saja sudah dibuat jatuh cinta pada rumah itu.

"Kenapa dia jual kalau masih bagus?" Gadis menoleh pada kedua temannya.

"Kenapa lagi, Dis? Ya, jelas kalau dia di sana bakal ingat sama dia, terus kamu mau diapakan?" jawab Sifa setengah meledak.

"Dia kalau masih cinta sama siapa tadi-?" dia katakan dengan jelas setelah tahu. "Mbak Lisa, kenapa tidak bertahan saja?"

Sifa tarik lagi, setidaknya mereka bertiga menjaga baik-baik keraguan yang ada.

"Yang aku tahu itu, pak Andra berusaha bersama, tapi mbak Lisanya yang susah, untuk alasannya belum jelas." Sifa jelaskan.

***

Bertubi-tubi pertanyaan muncul di benak Gadis, rasanya dia ingin berlari ke rumah utama Andra untuk meminta kejelasan, dia rasa akan tersiksa hidup menjadi orang lain di depan orang lain, berbahaya sekali untu hatinya.

Namun, siapa yang bisa menahan semua rasa penasaran itu, Gadis sudah berusaha tenang dan tak ingin tahu, tapi dia tergerak untuk ingin tahu, dia harus tahu suaminya itu.

"Ndra, kamu sibuk?" tanya Gadis ragu.

"Tidak, cuman menemui keluarga yang datang besok, Ada apa?"

"Ndra, soal itu, mmm ... mantan istri kamu, apa-"

"Jangan bahas dia!" potong Andra, sudah tegas dan jelas saat dia menolak itu semua, satu kata dari nama Lisa tentu membuatnya tidak nyaman. "Hellen, dengarkan aku!" pintanya.

Gadis mengangguk seolah Andra ada di depannya, dia sampai belum menata dan mempersiapkan diri untuk hari esok.

"Hellen, berhenti membahas soal mantan, jangan membuatku marah karena itu, kau tahu?"

"Kenapa? Jawab aku dulu, kenapa aku tidak boleh membahasnya atau bertanya soal dia ke kamu, jawab!"

Tut!

Sial, duda itu memang mnyebalkan.

Gadis coba hubungi lagi, tapi ponsel Andra langsung tidak aktif, dan dengan ringannya Gadis katakan bahwa saat ini Andra tengah sibuk menyiapkan pernikahan mereka.

"Berhenti, ingat ya kamu harus berhenti, Dis!" Gadis paksa dirinya sendiri.

"Jangan bahas masa lalu orang lan, fokus ke diri kamu sendiri saja!" lagi.

Tapi, Andra bukan orang asing menurutnya, Andra juga sudah kenal dengan kedua orang tua dan adiknya. Gadis putuskan mengirimi Andra pesan, mereka besok menikah, jadi harus berdamai.

[Ndra, aku minta maaf ya.] Gadis.

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

repot banget si dgn nama .. kan Helen juga nama kamu... Dewi juga.. suka Andra aja manggilnya asal jgn manggil Siti baru deh kamu bisa kesel

2023-09-18

0

Adfazha

Adfazha

klo Andra sebaik itu berarti mantan istrinya yg gk baik, Dis... So Don't worry be happy yaa

2022-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!