Gadis berada di ruangan pak Nuh, dia pimpinan utama perusahaan ini, usianya yang sudah senja tak membuatnya patah semangat dan tetap aktif diberbagai urusan perusahaan dan lainnya.
Ini, seperti ini mengurusi nasib pernikahan para cucunya, ada tiga pemuda yang dikatakan bos muda kantor Mukti Group, salah satunya akan dinikahkan dengan Gadis.
Dia, yang paling pojok dan yang paling muda, usianya terpaut empat tahun di bawah Gadis, hanya karena tubuhnya besar dan tinggi, lalu dia memakai setelah kemeja kerja, itu saja membuatnya tampak dewasa, wajahnya masih bocah, mana duda lagi.
“Jadi, kamu sudah setuju menikah dengan cucu saya?” tanya pak Nuh sambil tersenyum.
Tidak, sebenarnya jawaban itu jelas tidak, tapi dia butuh, dan orang kecil selalu kalah dalam urusan uang.
Gadis mengangguk, dia melihat wajah senang di sana, bocah duda itu, maksudnya bos muda yang akan menikah dengannya asik senyum-senyum sambil melihatnya. Gadis yakin pemuda itu gila sampai menikah dan diceraikan istrinya hanya dalam waktu dua bulan menikah, hati Gadis yakin dia akan bernasib sama, tidak lama dia menjadi janda.
“Gadis, selamat ya, semoga kamu bisa menjadi pasangan yang betah dan tahan banting dengan Andra. Dia sedikit menyebalkan, tapi walau begitu dia pekerja keras, semangat!” ujar bos muda tingkat kedua, yang ada di tengah, namanya pak Gana.
Semangat kepalamu!
Gadis hanya tersenyum setelah mengutuk pria itu dalam hati, satu lagi dari tingkat yang pertama, wajahnya yang paling serius karena mungkin dia punya tanggung jawab yang besar di Mukti Group ini, dia bernama pak Hikam.
“Semoga kalian selalu bahagia,” ujarnya sambil menepuk lengan Gadis pelan.
“Heh!” suara lantang itu membuat Gadis dan pak Hikam terkejut. “Jangan sentuh dia, mau mati ya!”
Bedebah satu ini, dasar!
Belum-belum Gadis sudah dibuat kesal dengan duda itu, maksudnya calon suaminya, pria yang akan dia nikahi karena lamaran mendadak pimpinan utama perusahaan ini dan dia butuh semua isi perjanjian itu, sial.
Pak Hikam bergeleng sambil berlalu, meninggalkan ruangan itu yang hanya tersisa tiga orang saja. Gadis bersama pak Nuh dan duda itu, pak Andra biasa dia memanggil.
“Andra, jangan bersikap begitu, kamu bisa membuat Gadis takut!” pak Nuh mengingatkan cucunya. “Gadis, kemarilah, kalian perlu berkenalan dekat, bukan?”
Gadis masih mengunci kedua kakinya, dia butuh isi perjanjian dan jaminan itu, tapi melihat wajah Andra membuat dia mau berlari ke luar saja, menyebalkan sekali menjadi manusia di muka bumi ini, di wajah Andra sama sekali tak ada penyesalan atau mungkin trauma karena ditinggalkan sang mantan istri, dia seperti tidak punya beban saja.
Keduanya duduk berhadapan, pak Nuh tentu saja ada di samping Andra, dia melihat ketertarikan dari Andra pada Gadis, dia rasa tidak salah membawa Gadis dan memilihnya.
“Kalian punya waktu satu bulan untuk berkenalan sebelum menikah,” ujar pak Nuh tanpa dosa.
“Apa?!” Gadis berdiri, tapi dia segera duduk begitu sadar. “Maaf.”
“Ahahahahahah,” tawa meledak dari Andra. “Aku suka dia, Kek. Kenapa harus satu bulan, nikahkan saja aku dengannya hari ini, bisa kan?”
Heh, bedebah sialan!
Pak Nuh lihat kedua tangan Gadis terkepal, tapi begitu indahnya wajah Gadis yang berusaha tak menunjukkan emosi sama sekali, bahkan masih ada tarikan senyuman di wajah itu. Gadis menunduk ketika tahu pak Nuh mengawasinya, dia harus ingat sesak yang bapaknya rasakan.
“Mulai hari ini, kalian boleh bertukar kabar. Andra, jangan sampai membuat Gadis sebal padamu, mengerti!” pak Nuh tepuk bahu Andra, pemuda itu mengangguk, pemuda yang jadi duda. “Baiklah, berikan nomor hapemu ke Gadis, biar dia bisa membalas pesanmu nanti, jangan sampai dia tidak membalas hanya karena nomormu tidak dikenal, ayo!”
“Helen,” panggil Andra, panggilan yang biasanya hanya Gadis berikan pada kekasihnya, itu pun kekasih pertama, yang lain tidak ada yang mau memanggilnya begitu. “Helena kan namamu?” ulangnya.
“Iy-iya, Pak.”
Pak Nuh terkejut, dia lantas berbicara, “Panggil dia namanya saja, Andra, panggil itu saja!”
Gadis mengangguk, “Iya, Andra?” aku pasti sudah gila, yakin.
Andra tertawa lagi, dia tengadahkan satu tangannya ke depan Gadis, meminta ponsel Gadis agar dia bisa menuliskan nomornya di sana.
Bruk!
Gadis menarik napas dalam-dalam dan panjang, ini gila dan gila, dia harus menerima pernikahan mendadak bersama bos muda duda itu, ditambah lagi dia tak mempunyai waktu untuk sekadar bersiap, mereka juga yang akan berjalan ke pengurus setempat untuk mengatur surat-surat pernikahan dirinya dan Andra.
“Kenapa bukan pak Hikam atau pak Gana saja, mereka kan jauh lebih tua dan sudah dewasa, mereka lebih siap menikah dibandingkan pak Andra, iya kan?” Sifa berspekulasi sendiri. “Dia memanggilmu Helle?”
“Iyaaaaaaa ... ya ampun, aku mau mati saja kalau begini, apa tidak ada racun di kantor ini, hah?” frustrasi.
Rena tarik tangan Gadis, dia goyangkan dan membuat Gadis duduk lebih tegak dari sebelumnya.
“Jangan gila mau bunuh diri, apa kamu tidak sayang mereka yang ada di rumah, Sandro masih butuh kamu untuk sekolahnya, belum lagi mimpinya kuliah, hiduplah sebentar lagi!” ujar Rena.
“Lalu, setelah itu baru aku mati apa?” Gadis merengek. “Kalian tidak tahu wajahnya tadi, bocah yang sudah jadi duda itu, dia senyum-senyum padaku dan berkata pada pak Nuh-“ dia menirukan gaya Andra tadi. “Aku suka dia, Kek!”
Brak!
“Dia itu gila, aku bersumpah dia gila!” Gadis menjatuhkan kepalanya lagi ke meja, angkat tangan. “Selama ini aku menyembah banyak lelaki dan mereka selalu meninggalkan aku, baru ini langsung mengaku suka, dia pasti kebanyakan obat dari efek depresinya bercerai itu, iya tidak?” Gadis menerka-nerka.
Hanya satu bulan waktu yang pak Nuh berikan kepadanya, mempersiapkan pernikahan dan juga mengenal siapa Andra, setiap hari dia harus bersama Andra dan menuruti apa saja yang Andra mau. Gadis pejamkan matanya, dia bahkan sudah menyerah sebelum memulai semua ini.
Satu pesan masuk ke ponselnya, hari ini dia harus pulang lebih cepat, Sandro memberikan dia kabar kalau baru saja tertabrak sepeda motor dan bapak syok mendengarnya, keduanya sedang ada di rumah sakit bersamaan.
“Saya izin pulang cepat ya, Pak!” dia memohon pada atasannya.
Pak Herlambang berdecak, “Heh, Dis. Sana minta izin sama pak Andra, kamu kan sudah disebarkan bakal satu bulan lagi menikah sama dia, jadi ibu negara di perusahaan ini, sana!” malah mengusir.
“Saya izin ke pak Andra?” Gadis menganga.
Pak Herlambang mengangguk, “Kalau dia setuju, sudah pergi sana, kalau dia melarang kamu, ya nikmati saja tidur di kantor ini, Dis!”
“Aaarrrrghhhh, Bapak!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Endah S
🤦♀️🤦♀️🤦♀️ kudu ya, ijin sama calon suami
2022-07-28
0
Adfazha
Gadis dg sejuta pesona bikin mas Duda bucin 🤭
2022-05-23
0