Ibu sudah menangis di ruang tunggu UGD, anak dan suaminya sedang berada di dalam sana, mereka menunggu penanganan berikutnya sambil menunggu kehadiran Gadis sebagai penjamin di sini. Ada tunggakan di iuran asuransi mereka hingga tak bisa mendapatkan penanganan berikutnya, terlebih lagi bapak sepertinya harus opname dengan sederetan pemeriksaan, bom waktu seakan meledak di sini.
“Ibu!” Gadis berseru sambil berlari mendekat.
“Dis, Nak ... Sandro sama bapakmu, Dis, mereka-“ ibu sudah tak bisa menjelaskan karena panik sedari tadi.
Namun, tangisnya berhenti saat dia melihat bersama siapa Gadis datang hari ini, putrinya tidak sendiri, dia bersama seorang pemuda yang berpakaian begitu formal dan tampan, bahkan sudah memberikan senyuman ramah padanya.
“Dis, ini-“
“Perkenalkan, saya calon menantu Anda, Nyonya. Nama saya Andra,” ujar Andra dengan penuh percaya diri.
Calon menantu? Hih, ingin Gadis jitak saja kepalanya, beruntung dia lebih pendek dari Andra.
Mata ibu sontak berbinar, sesuai dengan foto yang dia lihat kemarin dari Gadis, ini yang dinamakan foto itu pembohong sejati karena yang dia lihat jauh lebih sempurna dari gambar cetakan itu, Andra begitu sempurna di mata ibu, terlebih lagi kesan pertama di senyuman Andra sudah membuat bunga di hatinya bermekaran.
“Kamu tunggu Ibu di sini saja, aku yang akan mengurus administrasinya!” ujar Andra.
Gadis mengangguk, dia harus ingat isi perjanjian yang diberikan pak Nuh sebelum persetujuan itu ada, semua akan dijamin termasuk apa saja yang terjadi pada keluarga Gadis, kondisi bapak dan sekolah adiknya, bahkan kedamaian keluarganya.
Gadis peluk ibunya, dia hanya memandang punggung tegap Andra yang tak gentar menemui deretan petugas rumah sakit itu, dari satu bilik ke bilik lainnya. Gadis hanya tahu setelah Andra selesai, adik dan bapaknya dibawa ke ruangan lain untuk perawatan selanjutnya.
“Kamu mau minum?” tawar Gadis, dia lihat bibir Andra kering dan dia berkeringat. “Aku belikan di sana kalau kamu mau, bagaimana?”
“Duduk sini!” Andra minta Gadis duduk di sebelahnya.
Gadis menurut, dia duduk tepat di samping Andra, anggap saja ini untuk membayar apa yang sudah Andra lakukan pada adik dan bapaknya hingga bisa dirawat dengan cepat.
“Heh!”
Andra mendadak menjatuhkan kepalanya di bahu Gadis, kedua tangannya bahkan melingkar di lengan kiri Gadis, seperti anak yang manja pada ibunya.
Tapi, kan aku bukan ibumu!
Lagi-lagi Gadis tidak nyaman diperlakukan seperti ini oleh Andra, pria ini misterius sekali, hanya sekali pandang dan pilih langsung mengungkapkan isi hati, lalu ingin menikah cepat dengannya.
Jangan-jangan, aku menikah dengan calon orang gila ini!
“Nanti ikut aku beli minyak wangi, Helen!”
Apa! Apa aku bau?
“Aku punya di rumah, bau ya, hah? Sudah sana!” menyingkir kalau perlu, kenapa jadi seperti merawat bayi. Gadis.
“Aku itu bos-mu, Helen. Jangan membantah, mau aku-“
“Iya, aku ikut beli minyak wangi nanti, janji!” potong Gadis, bisa gawat kalau jaminan adik dan bapaknya dicabut mendadak, bisa apa dia. “Katanya bau, sana, jangan nempel begini!”
“Siapa yang bilang bau, kan kamu sendiri!” balas Andra, dia kembali menjatuhkan kepalanya di bahu Gadis.
Ibu dan Sandro yang sudah sadar itu dengan wajah isengnya, cekikikan di balik tirai, mereka sengaja mengintip aksi Gadis dan Andra, selama ini tidak pernah ibu melihat ada pemuda yang begitu dekat dengan Gadis, menyapanya saja tidak begitu tahu Gadis hanya anak dari orang biasa dan punya banyak tanggungan.
Dari ekspresi ibu dan Sandro, bapak yang juga baru sadar itu mengulas senyum, dia minta ibu memanggil keduanya ke sini, bapak ingin menyampaikan terima kasih dan menyambut kedatangan Andra di keluarga ini.
Sama seperti tadi, Andra berikan senyuman ramah dan hangat pada Sandro dan bapak, wajah bapak sontak berbinar seperti orang yang sehat sempurna, pucatnya hilang begitu berkenalan dengan Andra.
“Kenapa Bapak tidak bertanya soal alasan dia bercerai dari mantan istrinya itu, hem? Kan, itu bisa jadi bahan pertimbangan Bapak nerima dia jadi mantu idaman?” Gadis mengitrogasi bapak selagi Andra ikut ibu ke kantin membeli makanan.
Bapak tersenyum, dengan suara lembutnya dia menjawab, “Orang itu kelihatan dari matanya, dia tulus atau tidak kalau lagi senyum ke kita. Bapak lihat nak Andra sangat tulus, dia tidak memandang Bapak ini sebelah mata, kalau kamu sudah kenal baik sama dia, nanti kamu bakal tahu sendiri kenapa dia sampai berpisah sama mantan istrinya, padahal masih dua bulan. Tidak semua orang yang berpisah itu buruk, Dis. Dan tidak semua perpisahan itu laki-lakinya yang salah!”
“Bapak yakin banget sih, baru juga sekali ketemu!” Gadis masih bertahan dengan penilaiannya.
“Idaman, dia itu mantu idaman, Dis.” Bapak memuji sekali lagi.
Gadis membuang muka pada Sandro, dengan senangnya dan kompak, adiknya itu ikut mengiyakan penilaian bapak, terlebih lagi dengan ringannya tadi Andra meminjamkan ponsel mahalnya pada Sandro, tidak takut rusak atau terbajak lagi, ponsel seperti peyek ikan teri saja.
Kira-kira, kenapa dia berpisah dari mantan istrinya ya?
Pertanyaan itu masih berputar di benak Gadis, dia akui Andra itu menyebalkan sekali pandang, tapi tadi saat Andra meletakkan kepala di bahunya, seberkas rasa iba mendadak muncul di hati Gadis, walau dia belum tahu pasti kenapa.
“Loh, ahahahahah ... Nak Andra jangan repot-repot begitu, Ibu jadi tidak enak kalau begini, baru ketemu Nak Andra sudah dibuat repot, mana beli buah dan kue banyak, nanti Ibu bilang ke Gadis buat ganti rugi ke kamu ya!” ibu malu-malu memberikan beberapa kantong makanan ke tangan Andra.
“Ibu tenang saja, kalau perlu bisa menghubungi saya kapanpun itu, saya akan datang, hitung-hitung latihan jadi menantunya Ibu kan ya, ahahahah ....”
Plak!
Tangan ibu selalu ringan kalau sudah gemas, entah berapa kali sudah dia memukul bahu dan lengan Andra.
“Kamu itu memang menantu idaman!” ibu berganti mengusap lengan Andra.
Andra tersenyum sambil bergeleng-geleng, dia bawakan banyak kantong makanan itu sambil melirik tajam orang-orang yang berjalan asal endak menabrak calon ibu mertuanya itu.
Heh, ini apa?
Gadis melongo melihat hasil jalan sehat ibu dan Andra ke kantin tadi, dia tarik Andra ke luar ruang inap, berkacak pinggang dan siap memaki Andra.
“Aku tidak tahu apa alasanmu dan ancamanmu itu, soal perjanjian pak Nuh. Tapi, kalau hanya untuk sementara saja dan uji coba, tolong ... aku minta jangan terlalu dekat dengan mereka!” Gadis takut itu hanya harapan sebelum dia jadi janda terbuang. “Aku mungkin bisa bertahan saat bom waktu itu meledak, tapi mereka tidak,” imbuhnya getir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Endah S
pukul aja terus bu
2022-07-28
0
Adfazha
Ibunya gadis yg tersepona sm Andra 😁
2022-05-23
0