05

Semua orang duduk di tempat dengan tenangnya, Zhia juga sudah di minta untuk berpindah tempat di antara para ibunya. Sedangkan tamu mereka duduk berhadapan walau hanya ada lima orang saja di sana.

"Kita langsung bicarakan sekarang saja, apa Raja Bhian setuju!" ucap Raja Hilla.

"Ya silahkan" sahut Raja Bhian dengan wajah datarnya.

Pandangan Raja Hilla beralih pada sang putri yang nampak seperti tidak berminta dengan acara kumpul kali ini, karena ia memang tidak pernah terlibat dalam urusan apapun dan pertemuan apapun.

" Putri Zhia!" panggil Raja Hilla pada putrinya yang nampak masih asik menatap penuh minat pada cemilan yang di hidangkan di meja.

Mendengar namanya di sebut dengan gelarnya membuat Zhia paham kalau pertemuan ini pasti pertemuan yang sangat penting.

"Iya ayah" sahutnya menatap sang ayah yang juga menatap dirinya.

"Perkenalkan dirimu pada tamu kita nak" seru sang ayah membuat Zhia mengangguk.

Gadis itu berdiri dan mulai memperkenalkan dirinya.

"Perkanalkan saya putri Zhia Mandu Month, putri bungsu dari kerajaan Month" ucap Zhia dengan suaranya yang lembut dan sangat terlihat jelas karakternya yang sudah berbeda dengan yang sebelumnya.

Bahkan Bhian melihat itu dengan sedikit mengangkat sebelah alisnya akan perubahan sikap gadis di hadapannya. Biasanya kalau ada kerjaan lain yang datang bersama putri mereka dan memperkanlkan diri, maka para putri itu akan terlihat malu-malu dan curi pandang padanya.

Jangan lupakan pula suara mereka yang seperti di buat-buat agar terdengar manja dan manis di hadapannya. Tapi gadis yang satu ini terlihat berbeda, suaranya lembut tanpa di buat-buat juga wajah malasnya saat di minta memperkenalkan diri. Dan tatapan matanya yang hanya tertarik pada makanan di meja bukan padanya.

Bhian merasa jika mungkin saja gadis di hadapannya memiliki kepribadian ganda, atau mungkin matanya sakit sehingga tidak bisa melihat pria setampan dirinya di ada di hadapannya pikir Bhian masih fokus menatap Zhia yang tidak meliriknya sama sekali.

"Wah.. Jadi ini putri kalian ya! cantik sekali kamu nak" seru seorang wanita yang nampak seumuran dengan ibu Nila nya.

"Kakak benar, dia memang sangat cantik" puji wanita lainnya yang lebih muda sedikit.

"Jika saja kakak ipar masih hidup, dia pasti akan sangat senang mendapatkan calon menantu secantik ini" lanjutnya dengan mata berbinar menatap Zhia yang sudah duduk kembali.

Zhia yang merasa lapar tidak terlalu mendengarkan atau memperdulikan lagi ucapan orang-orang. Di pikirannya saat ini hanya semoga pertemuan cepat selesai sehingga dia bisa makan sepuasnya.

"Kakak memang sudah pernah melihat putri cantik ini, itu sebabnya kakak meminta Raja Hilla untuk meneruskan wasiat kakek yang tidak terkabul dulu" timpal seorang laki-laki.

"Ya, kamu benar Perdana Mentri Ji, kakakmu itu memang sudah pernah bertemu dengan putriku" sahut Raja Hilla tersenyum.

"Jangan terlalu serius kak Hilla, bukankah debentar lagi kita semua akan menjadi keluarga!" ucap Perdana Mentri Ji.

"Ya kamu benar" mereka tertawa pelan.

"Zhia" panggil Raja Hilla lagi pada anaknya gadisnya.

Namun saat melihat apa yang di lakukan putrinya ia langsung geleng kepala. Zhia yang sudah tidak bisa menahan lapar lagi pelan-pelan mengambil makanan di meja dan melahapnya secepat kilat saat sudah di dapatkan. Tapi sepertinya gadis itu sedang kurang beruntung karena ayahnya secara mendadak memanggil sekaligus menatapnya.

"Apa yang kamu lakukan nak?" permaisuri Zie meraih makanan yang di tangan anaknya lalu di letakkan kembali di atas piring.

"Zhia kan lapar bu, kenapa kita tidak makan siang lebih dulu sih?" protes Zhia yang sudah kelaparan. Makan memang hobinya jadi jangan salahkan Zhia jika tidak bisa menahan diri saat melihat makanan di hadapannya.

"Sebentar lagi kita juga makan sayang, sekarangkan kita sedang ada tamu dan masih mengobrol jugakan" gumam permaisuri Zie pelan dan lirih supaya tamunya tidak dengar.

"Tidak apa Zie, jangan di larang kalau anak suka makan, malah aku sangat senang melihatnya" senyum wanita paruh baya itu yang tak lain adalah ibu suri, ibu kandung dari raja Bhian.

Sejak sang suami meninggal dan dan anaknya jadi raja, wanita itu pun menanggalkan gelar Ratunya dan memilih menyendiri di sebuah kediaman kecil yang ia minta pada anaknya untuk tempat menghabiskan masa hidupnya.

Karena di setiap ia berkeliling di istananya maka kenangan dengan sang suami selalu teringat. Saat mendengar kalau anaknya menerima perjodohan dengan keturunan dari kerajaan Month, dengan semangatnya wanita itu ikut karena memang inilah yang di tunggu-tunggunya sejak dulu.

"Maaf ya kak, kami jadi tidak enak pada kalian, putri kami ini memang sangat suka sekali makan" ujar permaisuri Vela.

"Jangan merasa terbebani dengan itu, selama makannya masih wajar dan tidak berlebihan itu masih bisa di terima" sahut ibu suri tersenyum lembut.

"Kalau begitu mari kita makan lebih dulu, hidangan juga sudah selesai semua" ucap Raja Hilla, memang tadi dia sengaja menunda sedikit waktu makan karena menu favorit putrinya belum selesai dan dia tidak pernah memulai makan kalau makanan kesukaan Zhia tidak ada di meja.

Akhirnya mereka semua pergi keruang makan di mana sudah banyak sekali makanan yang terhidang di atas meja besar.

Mereka duduk saling berhadapan dan tepat sekali Zhia berada di hadapan Raja Bhian. Setelah Raja Hilla dan Perdana Mentri Ji memulainya lebih dulu barulah yang lainnya ikut menyantap makanan juga.

Zhia tidak perduli lagi dengan sekitarnya jika sudah sangat kelaparan, apa lagi ada makanan kesukaannya di sana. Maka Zhia menjadi satu-satunya yang paling semangat untuk makan. Pandangan sinis dari seorang wanita muda di seberang sana juga tidak di hiraukannya.

Baginya sekarang yang utama itu makan dengan kenyang baru basmi hama yang sukanya mengganggu.

"Zhia, perhatikan makanmu nak, habiskan dulu yang di piring" ucap Ratu Nila mengingatkan putrinya yang seperti orang kalap itu.

"Maaf ibu ini yang terakhir" ucap Zhia meletakkan satu potong daging lagi di piringnya.

"Biarkan saja Nila, putrimu ini sangat membuatku gemas saat ia makan dan mulutnya penuh makanan" ucap Ibu Suri memberikan satu potong daging pada piring Zhia yang jelas saja membuat Zhia senang bukan main.

"Terimakasih emm.."

"Panggil saja ibu suri nak" sahut wanita itu yang tahu Zhia bingung harus memanggilnya apa.

"Sama-sama nak, kamu itu sangat menggemaskan dengan sikapmu yang terbuka" puji ibu Suri membuat Zhia tersenyum manis pada wanita itu.

"Ah memang gadis yang sangat manis ternyata" puji istri dari Perdana Mentri Ji.

"Panggil aku bibi An dan yang ini putri bibi, namanya Wiya" tunjuk Bibi An pada wanita muda di sampingnya.

"Salam kenal" ucap Zhia pada Wiya yang hanya di balas senyuman tipis tidak iklas dari wanita itu.

Tapi Zhia masa bodo saja dengan hal itu, Gadis cantik itu lebih memilih menghabiskan makanannya dengan senang. Bahkan hingga bibirnya sedikit berbumbupun ia bersihkan begitu saja. Pipinya sampai bulat akibat makanan yang memenuhi mulut, membuat ibu suri yang melihat itu terkekeh tanpa suara.

Sedangkan Raja Bhian berusaha untuk tidak melihat hal yang baru pertama kalinya ia saksikan di hadapannya ini. Apa dia memiliki sikap yang lain lagi yang membuatnya nampak berbeda batin Raja Bhian penasaran.

Terpopuler

Comments

⚔️🌾21N🎋🌺𝓘𝓼࿔ྀ🗡️

⚔️🌾21N🎋🌺𝓘𝓼࿔ྀ🗡️

mg bukan nggak ilfil

2022-07-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!