Di sinilah sekarang putri Zhia berada, di ruang baca istana yang cukup besar dan luas namun sangat membosankan bagi Zhia yang sama sekali tidak suka membaca. Sudah cukup baginya dulu ia belajar sewaktu kecil tentang segala pengetahuan yang harus di miliki oleh seorang putri. Bahkan Zhia masih sangat mengingat semua pelajaran yanh pernah berikan padanya.
Memang dasarnya Zhia yang kurang suka terlihat feminim dan anggun. Apa lagi kalau hanya untuk menarik lawan jenis supaya suka dan tertarik, itu bukan tipe Zhia sama sekali. Putri Raja satu ini lebih suka tampil apa adanya saja, namun di saat-saat tertentu juga tetap harus tampil anggun karena ia satu-satunya putri di kerajaan Month, tapi tidak banyak orang luar yang tahu akan hal itu karena memang Zhia tidak terlalu suka ikut pergi kunjungan ke kerajaan lain atau hanya sekedar menampakkan diri.
Hanya beberapa kali saja Zhia ikut terlibat dalam kunjungan kerajaan, itupun di istana sendiri saja ketika banyak dari kerajaan lain yang datang.
Zhia melihat kanan kirinya yang terdapat beberapa pelayan di sekitarnya. Jangan lupakan juga para prajurit penjaga yang ikut di dalam sana dan yang sedang berjaga di luar. Bukan jumlah yang sedikit penjaga yang di berikan untuk Zhia.
Jika di hitung ada sekitar sepuluh pelayan dan dua puluh orang prajurit penjaga di sekitarnya. Berlebihan sekali pikirnya.
Tapi bagi ketiga ibunya itu bukan hal yang berlebihan mengingat si bungsu mereka ini sangat nakal dan memiliki banyak cara untuk bisa kabur. Penjagaan sepuluh orang saja Zhia masih bisa kabur tadi malam dari kamarnya, apa lagi di tempat luas seperti itu, pasti ia akan mudah mengecoh penjaganya.
"Bisakah kalian sedikit menjauh? aku gerah jika terus di kelilingi seperti ini" gerutu Zhia pada para pelayan yang masih setia di sekelilingnya berdiri.
Aku bukan tahanan jerit batin Zhia kesal.
"Maaf tuan putri, ibu Ratu meminta kami untuk selalu waspada di dekat tuan putri" sahut pelayan yang menjadi penanggung jawab penjagaan Zhia.
"Ck! tapi tidak usah terlalu dekat, geser sana yang jauh, mengganggu konsentrasi saja" kesal Zhia.
"Konsentrasi apa?" tanya seseorang membuat Zhia menatap ke asal suara begitupun para pelayan yang lainnya.
"Salam ibu Ratu" ucap para pelayan menunduk hormat.
Sedangkan Zhia sudah memasang wajah masam dan cemberutnya menatap ibunya.
"Masih berencana mau kabur sayang?" tanya Ratu Nila pada Zhia yang langsung menggembungkan pipinya karena rencananya di ketahui.
"Tidak" kilahnya.
"Bagus kalau tidak, karena kali ini ibu akan lebih tegas lagi padamu jika kamu kabur lagi" ucap Ratu Nila.
Zhia bangkit dari duduknya mendekati Ratu Nila yang sudah berada di dekat meja tempatnya duduk tadi.
"Ayolah ibu, aku hanya ingin jalan-jalan sebentar saja" rengek Zhia.
"Sudah cukup petualangannya Zhia, sekarang saatnya kamu belajar menjadi wanita yang anggun, sudah cukup selama ini kamu ibu bebaskan dengan segala tingkah lakumu yang bar-bar itu"
"Itu bukan bar-bar ibu, tapi keren" ucap Zhia dengan mengangkat jempolnya di hadapan wajahnya, jangan lupakan juga ekspresinya yang nampak sangat senang dengan dirinya sendiri.
"Tapi nilai kerennya seorang gadis bukan seperti itu sayangku, kamu harus bisa menunjukkan bakatmu sebagai seorang gadis yang anggun dan berkharisma"
"Aku bis.."
"Bukan bermain pedang atau apapun yang pernah kami pelajari dari kakak-kakakmu" sela Ratu Nila yang tahu akan kalimat sang anak selanjutnya.
"Ibu.." cemberut Zhia memeluk Ratu Nila manja.
"Hah, kalau di luar kamu sangat garang tapi kalau bersama keluarga kamu sangat manja, apa lagi dengan ibu" kata Ratu Nila menatap Zhia lembut.
"Kan beda ibuku sayang, kalau di luar kita harus tegas, tapi kalau di sinikan Zhia putri kesayangan" manja Zhia yang membuat Ratu Nila tersenyum lembut padanya.
"Baiklah, sekarang ikut ibu, ada beberapa pelajaran yang harus kamu pelajari hari ini"
Kalimat itu membuat Zhia mendengus malas, entah pelajaran apa lagi yang harus ia pahami dan pelajari hingga harus di karantina seperti ini. Bahkan pengawalanpun sudah sangat ketat seperti tahanan yang paling berbahaya saja pikirnya.
"Belajar apa bu?" tanya Zhia mengikuti langkah wanita paruh baya itu menuju bagian tengah ruang baca itu.
"Berdiri di sana" tunjuk Ratu Nila tepat di pertengahan lingkaran karpet.
Zhia menurut dan berdiri di tempat yang di minta, ia menatap ibunya tampa bicara, menunggu apa yang akan di berikan padanya. Ratu Nila mengambil tiga buku yang cukup tebal lalu menatap Zhia.
"Sini"
Zhia mendekat dan menurunkan tubuhnya berlutut di depan Ratu Nila sesuai arahan. Hingga akhirnya Ratu Nila meletakkan ketiga buku tebal itu di atas kepala Zhia. Kening Zhia mengkerut heran dengan apa yang di lakukan ibunya ini.
"Untuk apa ini bu?" tanyanya heran.
"Tenanglah, ibu akan mengajarimu caranya menjadi gadis yang anggun"
"Tapi itu tidak perlu bu, Zhiaa..."
"Tidak ada bantahan Zhia, ini demi kebaikanmu" Kening Zhia semakin mengkerut dalam mendenga ritu.
Demi kebaikan dirinya? apa maksud dari ibunya ini batin Zhia.
"Berdiri lalu berjalan kelilingi karpet ini tanpa menjatuhkan bukunya" ucap Ratu Nila.
"Itu mudah ibu, kalau hanya seperti itu di mana letak untuk kebaikannya dan menjadi anggunnya" protes Zhia namun tetap melakukan apa yanh di katakan Ratu Nila.
"Eits, cara jalannya bukan seperti itu Zhia" Zhia menghentikan langkahnya, lalu melihat Ratu Nila dengan gerakan cepat padahal buku masih di kepalanya.
Alhasil ketiga buku itu jatuh dan salah satu yang paling tebal menimpa kakinya.
"Akh sakit sakit sakit..." Zhia melompat-lompat kecil karena kesakitan akibat jari kelingking kakinya di hantam buku.
Para pelayan berusaha sekuatnya menahan senyuman mereka melihat tingkah tuan putri mereka itu. Sedangkan Ratu Nila hanya geleng kepala melihat kecerobohan anaknya.
"Fokus Zhia, ibu tidak sedang main-main" trgas Ratu Nila membuat Zhia cemberut dan mengangguk lalu kembali mengambil ketiga buku dan meletakkannya di atas kepala.
"Pelayan! tunjukkan pada tuan putri bagaimana cara berjalan seorang gadis seharusnya" kata Ratu Nila di angguki oleh pelatan pribadinya.
"Baik ibu Ratu"
Pelayan itu maju lalu mulai melangkah selayaknya seorang wanita, roknya juga sedikit di angkat agar terlihat langkah kakinya. Zhia yang melihat itu menghela napas, hanya begitu saja kenapa harus ada buku di kepala batinnya.
"Ya baiklah Zhia sudah mengerti" ucap Zhia percaya diri.
"Ya sudah, coba lakukan" tantang Ratu Nila pada putri tomboynya itu yang bahkan berjalanpun seperti laki-laki.
Zhia mengangkat sedikit roknya lalu mulai menitu cara berjalan pelayan ibunya. Karena sepele Zhia berjalan dengan cepat hingga akhirnya dirinya jatuh akibat kakinya saling sangkut.
"E eeee a a akh"
BRUK
Suara jatuhnya buku dan tubuh Zhia terdengar di ruang baca itu.
"Aduhhh untung aja jatuhnya di karpet" ucap Zhia seraya mengusap kepalanya yang sedikit membentur karpet.
"Jangan pernah menganggap sesuatu itu mudah hanya dari melihat saja Zhia, apa lagi sesuatu itu tidak pernah kamu rasakan atau kamu lakukan juga alami, jangan menilai mudah dan gampang suatu pekerjaan kalau kamu sendiri tidak pernah menyentuhnya, karena bisa jadi hal yang kamu anggap sepele itu bisa lebih melukaimu atau bahkan membahayakan dirimu" nasehat Ratu Nila pada Zhia yanh masih duduk di karpet.
"Iya ibu maaf" lirih Zhia.
"Ini juga salah roknya nih, harusnya Zhia pakai celana aja tadi kayak biasanya" lanjutnya pelan agar suaranya tidak di dengar sang ibu.
Tapi terlambat, Ratu Nila sudah mendengarnya.
"Apa? celana? jadi kamu sering pakai celana!" kaget sang Ratu menatap tajam putrinya.
"Eh itu bu.. ehmm" Zhia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Zhia memang selalu menggunakan gaun kalau di hadapan keluarganya, dan baru boleh menggunakan celana kalau ikut para kakaknya latihan. Namun beberapa minggu terakhir Zhia sudah tidak di bolehkan lagi ikut latihan, entah apa sebabnya.
"Pelayan! pergi kekamar putri dan ambil semua celana itu" titah sang Ratu.
"Baik Ibu Ratu" para pelayan itu pergi berlalu.
"Jangan jangan, jangan diambil, ibu jangan di ambil celananya, Zhia suka celananya ibu" rengek Zhia lagi bahkan kini kepalanya ia letakkan di atas pangkuan wanita itu.
"Tidak akan ibu berikan jika kamu tidak patuh, dan celana-celana itu ibu sita sebagai jaminan kamu tidak kabur lagi, karena kalau kamu berani selangkah saja kabur maka celana-celana itu hanya tinggal abu" ancam Ratu Nila yang mampu membuat Zhia mengangguk pasrah.
Dari pada celana-celana kesukaanku jadi abu, nanti tidak bisa latihan lagi pilirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
레이디핏
Lucu dan harmonis cekalli keluarga iniiiiiii/Angry//Kiss/
2024-06-11
0
⚔️🌾21N🎋🌺𝓘𝓼࿔ྀ🗡️
sabar ibu ratu
2022-07-05
1