Tiga hari sudah berlalu dan kegiatan Zhia hanya berlatih untuk menjadi gadis yang anggun saja. Segala macam perawatan juga di berikan padanya dan dengan pengawalan yang lebih ketat lagi. Ketiga ibunya juga turut bergantian menemaninya melakukan kegiatan yang mereka lakukan pada Zhia.
Sudah selama itu pula Zhia tidak pernah lagi ketempat latihan para kakaknya, apa lagi untuk sekedar bersantai di taman belakang tanpa gangguan. Sungguh, Zhia sangat merindukan hal itu, memandangi bulan dari atas pohon sangat menyenangkan pikirnya.
Siang ini Zhia kembali melakukan kegiatannya di temani oleh permaisuri Vela, dan kegiatannya adalah berjalan ala wanita cantik dengan buku yang ada di atas kepalanya. Bahkan kali ini bukunya sudah lebih banyak dari sebelumnya. Ada sepuluh buku tebal di atas kepala Zhia yang tentu membuatnya jadi lebih berat lagi.
Zhia yang memang tipe orang yang cepat belajar sudah bisa melakukan cara jalan seperti wanita cantik dan anggun menurut para ibunya. Tapi entah kenapa kegiatan ini seolah menjadi sangat menyenangkan bagi ketiga ibunya itu.
"Ibu aku sudah lelah, buku-buku ini berat" keluh Zhia yang sebenarnya sudah bosan dengan semua kegiatan itu.
"Baiklah, turunkan bukunya" ucap permaisuri Vela yang membuat Zhia langsung menurunkan tinggi badannya agar pelayan bisa mengambil buku di atas kepalanya.
"Udah kayak meja aja kepala Zhia di kasih tumpukan buku" gumam Zhia pelan.
"Itu hanya untuk melatih keseimbangan kamu saja nak, supaya latihan kamu bisa lebih cepat, dan sekarang terbuktikan kalau kamu sudah bisa melakukannya" tutur permaisuri Vela.
"Iya sih, tapi tidak sebanyak itu juga ibu bukunya, leher Zhia kan sakit belum lagi kepala nih, mulai nyut-nyutan" adu Zhia sembari memijit kepalanya pelan.
"Oh kasihannya putriku sayang" Permaisuri Vela mendekati Zhia.
"Ayo kita kembali, nanti ibu pijitin" ajaknya sembari menggandeng lengan Zhia yang langsung bermanja ria padany.
"Ibu memang yang paling pengertian" senyum Zhia.
"Hm semua ibu kamu memang pengertian, dan kamu selalu mengatakan hal itu kepada kami selama kami memanjakanmi" pukas Permaisuri Vela membuat Zhia hanya nyengir saja.
Karena Zhia memang selalu mengatakan kalimat itu kepada ibunya yang membuatnya senang dan berbunga.
Sesampainya mereka di ruangan tempat biasa keluarga mereka berkumpul, di sana sudah terlihat ramai dengan para kakak-kakaknya dan kedua ibunya yang lain. Tapi di mana ayahnya? batin Zhia menatap sekeliling ruangan namun tidak menemukan apa yang dia cari.
"Cari apa kamu?" tanya Ballu yanh melihat adiknya seperti mencari sesuatu.
"Ay..."
"Ayah masih di ruang kerja, sebentar lagi juga datang" ucap Jagar lebih dulu seakan tahu apa yang akan di katakan Zhia.
Zhia yang mendengar itu bukannya marah malah tersenyum lebar dan manis pada kakaknya yang satu itu. Dan segera mendekatinya dan bermanja ria di sana.
"Kak Jagar tahu aja sih apa yang mau Zhia tanyakan" kata Zhia bergelayut manja pada Jagar yang mengelus kepalanya lembut.
"Tentu saja tahu, kamu kan kesayangan kakak" ucapnya yang semakin membuat Zhia senang.
Zhio yang melihat manjanya sang kembaran merasa gatal dan ingin menggodanya.
"Dasar manja, udah besar juga" cibir Zhio santai.
"Biarin" sahut Zhia acuh masih bermanja pada Jagar yang nampak sangat senang dengan manjanya Zhia. Bukan hanya Jagar saja tetapi mereka memang sangat senang kalau Zhia lagi dalam mode manjanya.
Karena itu akan jarang terlihat walau mereka berkumpul, jadi selagi Zhia sedang manja mereka hanya tersenyum melihatnya yang nampak sangat imut dan menggemaskan.
"Kalau kamu manja begitu kapan kamu mau nikah coba, mana ada laki-laki yang mau sama kamu, kadang manja kadang galak seperti singa hamil besar yang mau melahirkan"
Sontak saja kalimat terakhir Zhio itu memantik kekesalan Zhia. Gadis itu langsung bangkit dari duduknya dan meraih bantal sofa lalu memukuli Zhio sekuat tenaganya. Jagir yang ada di antara Zhio dan Zhia langsung memegangi tubuh adik bungsunya itu agar tidak jatuh.
"Rasakan ini rasakan, ku habisi kamu sekarang juga" kesal Zhia terus memukul Zhio.
"Ampun Zhia ampun tidak lagi ampun" ucap Zhio kesakitan karena ternyata pukulan dari Zhia tidak main-main cukup menyakitkan baginya.
"Tidak ada ampunan bagimu, rasakan kemarahan singa hamil besar yang mau melahirkan ini hiyaa" Zhia terus memukuli Zhio tanpa ampun.
Tidak ada yang melerai keduanya karena percuma saja, Zhio tidak akan berhenti mengganggu Zhia kalau adiknya itu belum membalasnya hingga kalah. Jika di pisahkan sebelum Zhio menyerah maka pertengkaran akan kembali berlanjut hingga episode berikutnya.
"Ada apa ini?" suara bariton yang terdengar tegas itu membuat Zhia langsung menghentikan aksinya memukul Zhio yang sudah tekapar kesakitan bersembunyi di belakang Ballu.
Zhia melihat kesumber suara yang tak lain adalah ayahnya Raja Hilla yang baru saja datang memasuki ruangan.
"Ayah! Zhio gangguin Zhia lagi, masa Zhia di samain sama singa yang mau melahirkan" adu Zhia pada ayahnya seraya memeluk tubuh yang sedikit gemuk itu manja.
"Apa iya Zhio bilang begitu?" Raja Hilla menatap putranya yang sedang bersembunyi di balik punggung kakaknya itu dan sedang mengintip.
"Iya yah, Zhio bilang gitu tadi" bukan Zhio yang menjawabnya melainkan Zhia.
"Sudah-sudah, Zhio hanya bercanda sayang" kata Raja Hilla menenangkan putrinya.
"Itu bukan bercanda ayah" tekan Zhia.
"Sudah ya putri ayah yang cantik dan manis, putri kecil ayah tersayang, jangan marah lagi" bujuk Raja Hilla seraya mengelus rambut putrinya sayang.
Zhia mengangguk meski bibirnya maju karena cemberut, masih kesal dengan Zhio.
"Kamu kenapa Zhio?" tanya Hilla setelah duduk dengan si bungsu yang masih di pelukannya.
"Sembunyi yah, takut singa mau melahirkan mengamuk lagi" ucap Zhio yang kembali membuat Zhia meradang karenanya.
"Zhio!" kesalnya.
"Ayah lihat Zhio yah, Zhia tidak bohongkan, Zhio bilang gitu dari tadi" rengek Zhia dengan wajah kesalnya.
"Sudah Zhio, malu ada tamu" ucap Raja Hilla.
Ya, mereka memang kedatangan tamu dari kerajaan tetangga yang merupakan kerajaan paling kuat dan berkuasa di dunia.
Kerajaan Sun, kerajaan berkuasa yang kini di pimpin oleh seorang Raja muda. Wajahnya yang tampan dan keahliannya dalam mengurus kerajaan sebagai raja muda membuat banyak orang terpesona.
Bahkan kemampuannya dalam berperang tidak perlu di ragukan lagi. Banyak para wanita dari kalangan bangsawan dan para putri kerajaan menginginkannya untuk menjadi pendamping.
Namun karena adanya perjanjian lama antara para tetua mereka membuat Raja muda itu mau tidak mau harus menyetujuinya. Walaupun ia sendiri kurang yakin awalnya, apakah memang kerajaan Month ini memiliki seorang putri.
Karena tidak pernah terdengar kabar apapun tentang kehadirannya putri kerajaan Month. Tetapi sebelum sang ayah meninggal dunia kala itu, Raja Hilla menyetujui permintaan ayahnya untuk kembali meneruskan perjodohan itu. Itu artinya Raja Hilla memiliki seorang putri bukan.
Dan kini Raja muda itu melihat sendiri sang putri yang tidak pernah di ketahui banyak orang itu. Walau wajahnya belum sepenuhnya di lihat karena sang putri yang masih memeluk ayahnya.
Ternyata putri manja, sama saja seperti yang lain, merepotkan gumamnya dalam hati kala melihat manjanya Zhia pada ayahnya.
Raja muda itu berserta rombongannya memang baru tiba beberapa saat lalu, dan setelah pertemuan resmi tadi. Kini mereka bisa duduk santai sembari berbincang dan sekaligus berkenalan dengan putri manja itu pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments