...***...
Saka Satria saat ini sedang berhadapan dengan empat orang preman pasar. Mereka mengadu ilmu kadigjayaan yang mereka miliki. Mereka benar-benar tidak mau kalah, ataupun mengalah. Saka Satria mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengalahkan mereka semua. Sehingga mereka terjajar karena serangan yang ia lakukan.
"Hebat juga kau!. Tapi sayang sekali, setelah ini kau akan kami habisi!."
"Tidak usah banyak bicara. Maju saja kalian semua. Aku masih sanggup untuk melawan kalian semua."
"Ayo maju!."
Mereka belum puas berhadapan dengan Saka Satria. Karena mereka tidak ingin dikalahkan begitu saja, hanya karena mereka mendapatkan beberapa pukulan dari Saka Satria.
"Maju. Bukan berarti kalian akan menang dariku. Tapi kekalahan yang akan kalian terima."
"Hah?." Mereka semua merasa heran dengan nada bicara Saka Satria yang terdengar sangat aneh.
"Dia sedang apa?."
"Entahlah, dia seperti sedang membaca syair. Tapi apakah syair seperti itu?."
"Ah!. Sudahlah!. Kitas serang saja dia!. Aku tidak mau berlama-lama menghadapinya."
"Itu benar. Mengapa kita malah berhenti, hanya karena dia membacakan syair bodohnya itu!."
Mereka kembali menyerang Saja Satria. Si pendekar syair pematik api. Mereka tadi berhenti, karena terkejut mendengarkan suara Saka Satria. Suaranya itu seakan menyerap tenaga dalam mereka secara perlahan-lahan.
"Langkahku membara, ucapanku membara, dan aku datang bersama bara api yang semakin berkobar di dalam tubuhku. Berkobar dan semakin membara."
"Kegh!." Mereka semua meringis kesakitan, seakan terbakar sesuatu.
"Ada apa ini?. Kenapa kakiku tiba-tiba terasa panas?. Sakit!."
"Benar. Kakiku rasanya seperti dipanggang sesuatu."
"Kunyuk busuk!. Mengapa tanahnya tiba-tiba terasa panas?. Apa yang terjadi?."
"Aku tidak tahu, mengapa tiba-tiba panas?."
Mereka sama sekali tidak mengerti, mengapa merasakan panas di kaki mereka. Sementara orang-orang yang menyaksikan pertarungan itu merasa heran, apa yang terjadi pada keempat preman itu?. Mengapa mereka meringis kesakitan?.
"Kalian hanyalah bara, dan aku adalah pematik api. Akulah pendekar pematik api, yang siap mengobarkan api dendam yang membara. Api dendam, api kemarahan, serta api kebencian. Telah siap membakar jiwa yang penuh dosa."
"Kghakh."
"Sakit."
Mereka sama sekali tidak mengerti, mengapa setiap kata yang keluar dari mulut pemuda itu, kaki mereka semakin terasa panas?. Bahkan rasa panas yang mereka rasakan menjalar ke seluruh tubuh mereka. Sehingga tenaga dalam mereka benar-benar terkuras, mereka tidak sanggup lagi untuk bergerak barang setapak.
"Sebaiknya kalian segera pergi dari sini. Jangan pernah menampakkan kaki kalian di daerah ini. Kerjaan kalian hanya menyusahkan saja." Ia kembali berbicara normal, namun tatapannya sangat menusuk hati mereka.
"Kalau kami masih berkeliaran di daerah ini kau mau apa?. Hah?!."
"Kalian akan merasakan jurus syair pematik api dariku. Dan jangan harap kalian akan lolos dari jurusku pada saat itu."
"Baiklah!. Kami akan pergi dari sini, kami tidak mengganggu di sini lagi."
"Bagus. Itu lebih baik. Kalau begitu segera pergi. Maka kaki kalian tidak akan merasakan panas lagi."
"Ayo!. Kita tinggalkan tempat ini."
Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Saka Satria, bahwa kaki mereka tidak merasa panas lagi. Mereka sangat bingung, bagaimana bisa itu terjadi?.
"Siapa dia?. Ilmu kanuragannya sangat mempuni. Sehingga hanya dengan kata-kata bisa membuat kami tidak bisa berkutik sama sekali."
"Benar-benar orang yang sangat kuat, sehingga hanya dengan kata-kata mampu mengalahkan kami semua."
"Tapi mengapa bisa seperti itu?. Siapa dia?."
"Baru kali ini aku berhadapan dengan orang yang seperti itu. Siapa dia sebenarnya?."
"Akan aku ingat kau, pendekar syair aneh. Akan aku ingat kau yang membuat kami semua tidak berkutik."
Dalam hati mereka bertanya-tanya, siapa orang itu?. Mengapa mereka dengan mudahnya dapat dikalahkan?. Ilmu kanuragan apa yang dimiliki oleh pemuda itu, sehingga mereka tidak bisa mendekatinya?.
Sementara itu, mereka yang tadi melihat itu, hanya terkagum-kagum. Jika benar seperti itu, alangkah bahagianya mereka. Karena tidak akan diganggu oleh preman pasar. Maka dagangan mereka akan aman, serta pasar akan damai tanpa adanya gangguan lagi. Sedangkan Nyai Tenun Biduri yang bersembunyi di tempat aman, kembali mendekati Saka Satria. Sementara itu, orang-orang yang menyaksikan itu tadi bubar. Kembali melakukan kegiatan masing-masing.
"Kakang sangat hebat sekali. Tidak sia-sia kakang menjadi pengawalku."
"Tentu saja nimas. Aku hanya takut, nimas dicelakai oleh mereka."
"Oh kakang sangat baik sekali. Padahal kita baru saja bertemu. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan orang sebaik kakang." Ia merasa sangat senang diperlakukan istimewa seperti itu. "Kakang, setelah dari pasar ini, kakang mampir ke rumahku ya."
"Kenapa?. Bukankah tugasku hanya mengawal nimas hanya di pasar saja?."
"Antar sampai ke rumah juga ya?. Aku sangat takut sekali kakang. Nanti ada begundal yang mau merampas hartaku. Aku sangat takut sekali kakang."
"Apakah nimas tidak membawa bedati?. Kenapa tidak memakai itu saja demi keamanan. Lagi pula, aku takut kalau suami nimas akan marah padaku. Jika melihat aku bersama nimas."
"Tidak kakang. Aku ingin kakang yang menjadi pengawalku sampai ke rumah. Suamiku sedang tidak ada di rumah. Mau ya kakang?. Antarkan aku sampai ke rumah ya." Dengan nada manja, ia mencoba merayu Saka Satria untuk mengantar dirinya.
"Baiklah nimas. Aku akan mengantar nimas sampai ke rumah. Tapi hanya sampai di depan rumah saja ya."
"Terima kasih kakang. Sungguh, kakang sangat baik sekali. Rasanya aku sangat beruntung hari ini datang ke pasar." Hatinya berbunga-bunga, karena Saka Satria mau mengantarnya sampai kerumahnya?.
"Untuk saat ini, aku beri kau kesempatan untuk bersenang-senang. Akan tetapi, saat aku melihat kau berani meminta paksa utang para penduduk, maka siap-siap saja kau akan mati di tanganku. Tidak akan aku beri kau peluang untuk kabur dari tanggung jawab mu." Dalam hati Saka Satria tersenyum licik, membayangkan bagaimana tangannya memenggal kepala Nyai Tenun Biduri. Seringaian lebar terpampang jelas di wajahnya.
Setelah itu mereka kembali berbelanja kebutuhan sehari-hari. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan romantis menurut Nyai Tenun Biduri. Apa yang akan terjadi berikutnya?. Apakah niat membunuh Saka Satria akan tersampaikan?. Hanya waktu yang akan menjawab semua.
...***...
Sementara itu, di Istana Kerajaan Tiga Setapak. Prabu Laksamana Pandan sedang duduk di pendopo istana. Ia memperhatikan halaman Istana yang sangat rapi, membuat mata enak memandang di sekitarnya. Saat itu, Putri Laskar Pandan datang karena dipanggil oleh adiknya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. Rayi prabu."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh, yunda. Silahkan duduk yunda."
"Terima kasih rayi prabu." Ia duduk di hadapan Prabu Laksamana Pandan. "Rayi prabu. Aku menghadap, karena emban mengatakan, jika rayi memanggilku."
"Benar yunda. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan yunda."
"Memangnya apa yang akan rayi prabu katakan?." Putri Laskar Pandan penasaran, dengan apa yang hendak ingin dikatakan adiknya.
Apalagi Prabu Laksamana Pandan menatapnya dengan serius. "Aku melihat kedekatan yunda dengan raka patih praba rahardyan. Aku harap ada kabar yang baik dari yunda?."
"Kenapa rayi berkata seperti itu?. Apakah aku tidak boleh berdekatan dengan raka patih praba rahardyan?."
Prabu Laksamana Pandan tersenyum kecil mendengarkan apa yang dikatakan kakaknya. "Tentu saja boleh yunda. Tidak mungkin aku melarangnya." Prabu Laksamana Pandan hanya penasaran. "Hanya saja, yunda yang jarang keluar dari kaputren, tiba-tiba saja bisa dekat dengan raka patih. Tentunya, sebagai adik aku merasa penasaran yunda."
"Jadi karena itu rayi prabu memanggilku?. Rayi prabu tenang saja. Aku hanya dekat dengan raka patih, karena kebetulan saja. Jadi rayi prabu tidak perlu berpikiran macam-macam pada kami." Putri Laskar pandan menundukkan wajahnya, karena ia takut adiknya marah.
Prabu Laksamana Pandan tersenyum kecil melihat kakaknya yang biasanya pemalu, dan sekarang berani menjawab semua ucapannya. "Hanya ingin memastikannya yunda. Aku tidak ingin yunda merasa tertekan, karena selama ini, selain denganku. Yunda tidak pernah mau berbicara dengan siapapun."
"Aku dekat dengan raka patih, hanya kebetulan. Saat itu, aku sedang berada di belakang istana. Aku hanya ingin duduk di taman belakang istana."
"Lalu apa yang terjadi di sana?. Pasti terjadi sesuatu, sehingga yunda bisa dekat dengan raka patih." Sepertinya Prabu Laksamana Pandan sangat penasaran. Sehingga ia bertanya seperti itu.
"Saat itu, aku hanya ingin menyelamatkan burung kecil yang jatuh ke dalam kolam kecil. Tiba-tiba saja kakiku terpeleset, dan hampir saja jatuh. Pada saat itu, raka patih datang membantuku. Sehingga aku tidak jadi jatuh ke kolam." Itulah yang ia ingat dari kejadian hari itu.
"Setelah itu yunda mulai dekat dengan raka patih?." Rasa penasaran itu masih menyelimuti hatinya. Karena hanya Putri Laskar Pandan, satu-satunya keluarga yang ia miliki. Makanya ia berjanji akan menjaga kakaknya dengan baik.
"Ya, seperti itulah rayi prabu. Kami sering berbincang di taman istana. Walaupun tidak lama, karena raka patih kembali bertugas." Putri Laskar Pandan tidak menutupi apa yang terjadi pada adiknya.
"Jadi begitu ya?."
"Memangnya kenapa rayi?. Apakah ada sesuatu?." Tiba-tiba ia merasakan perasaan yang tidak enak.
"Tidak yunda. Hanya bertanya saja. Jika memang yunda sedang dekat dengan raka patih, itu lebih baik."
"Kami hanya berkenalan saja rayi. Tidak memiliki hubungan yang lebih dari itu. Aku rasa itu tidak akan mungkin."
"Yunda tidak perlu khawatir. Jika memang ada perasaan yang sama. Aku berniat menjodohkan yunda dengan raka patih."
"Menjodohkan aku dengan raka patih?. Bukankah itu terlalu berlebihan rayi prabu. Bagaimana dengan raka patih?. Aku tidak yakin raka patih akan menerimanya."
"Yunda tidak perlu cemas. Yunda dan raka perlu berdekatan terlebih dahulu. Jadi tidak perlu terburu-buru."
"Huuufh baiklah kalau begitu rayi prabu. Rasanya aku tiba-tiba berdebar-debar."
Prabu Laksamana Pandan hanya tidak ingin kakaknya merasa kesepian. Jadi ia berusaha untuk mendekatkan kakaknya, agar tidak canggung pada laki-laki lain, selain dirinya.
Apa yang akan terjadi berikutnya?. Temukan jawabannya. Mohon dukungannya ya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments