CHAPTER 3

...***...

Saka Satria masih bersama Nyai Tenun Biduri. Kali ia berada di salah satu rumah penduduk desa yang menuju rumahnya. Nyai Tenun Biduri meminta bantuan Saka Satria untuk menagih hutang. Saka Satria dengan kasarnya menagih hutang tersebut. Itu semua ia lakukan hanya berpura-pura semata, agar bisa mengelabui Nyai Tenun Biduri.

"Sudah dua bulan kau tidak membayar hutang-hutangmu!. Jika masih tidak mau membayar hutangmu!. Maka nyawamu yang akan menjadi penutupnya!." Amarahnya sangat memuncak begitu saja. Sehingga suaranya terdengar begitu keras, menakuti lelaki setengah baya itu.

"Ampun tuan. Kami telah membayarnya beberapa kali. Namun nyai mengatakan masih ada bunga yang harus kami lunasi. Harusnya hutang kami telah dibayar semuanya." Suaranya terdengar sangat memelas belas kasihan.

"Halah!. Kau jangan mengatakan yang tidak-tidak pada anak muda ini. Berani sekali kalian memelas padanya, serta berkata bohong padanya!." Nyai Tenun Biduri terlihat tidak terima.

"Kami tidak memelas nyai. Tapi apa yang kami katakan itu semua adalah kenyataannya. Mengapa nyai begitu kejam pada kami?."

"Jangan mau tertipu dengan ucapan mereka kakang. Mereka itu semua hanya pembohong!. Mereka memang seperti itu, jika aku tagih hutangnya."

"Kami tidak perbohong-."

"Sudahlah pak tua!. Tidak usah banyak bicara!. Kau mau bayar hutangmu!. Atau aku seret kau dengan kuda keliling desa, agar kau mau membayar semua hutangmu!."

"A-a-ampun tuan pendekar, ampun. Kami akan membayar hutangnya. Jangan siksa kami seperti itu tuan. Cukup rasanya ditagih sampai puluhan kali, itu saja membuat kami menderita."

"Jangan seret ayah saya tuan pendekar. Jika ayah saya meninggal, saya akan kehilangan satu-satunya keluarga yang saya miliki." Wanita muda itu menangis sedih, karena tidak kuasa menahan kesedihannya.

"Kalau begitu cepat bayar hutang kalian!. Jangan buat kemarahanku habis, hanya untuk menagih hutang pada kalian!."

"Cepat!. Jangan sampai aku menyuruhnya melakukannya!." Sepertinya mereka memaksa bapak tua itu membayar semua hutang yang tidak jelas kapan lunasnya.

"Anakku, ambil semua kepeng yang ada di kotak penyimpanan kita nak." Dengan keadaan takut, ia mengatakan dimana tempat ia menyimpan uang itu.

"Baik ayah." Ia segera bergegas mengambil uang yang ditunjukkan oleh ayahnya. Karena ia sangat takut, jika pendekar itu melakukan apa yang ia katakan.

"Bagus sekali kakang, itu sangat hebat. Jika tidak, maka mereka tidak akan membayar semua hutang mereka."

"Untuk nimas, akan aku lakukan apapun caranya. Kita tidak boleh lemah jika menagih hutang pada orang lain."

"Terima kasih kakang. Aku merasa tersanjung sekali dengan apa yang kakang lakukan." Senyuman sumringah terlihat jelas di wajahnya. Ia sangat bahagia, karena didampingi oleh Saka Satria.

"Ini semua demi nimas. Aku akan melakukannya demi nimas." Masih sempat kah mereka bermesraan dihadapan seorang bapak yang sedang dalam keadaan ketakutan?. Rasanya tidak akan, karena mereka telah dikuasai nafsu duniawi. Seakan tanpa melihat situasi, mereka malah menebarkan pesona kasmaran yang mereka rasakan?. Entahlah, siapa yang mengetahui itu.

Tak lama kemudian, gadis muda itu datang dengan membawa kantong berisi kantong uang yang lumayan banyak. Ia serahkan pada Pendekar itu, ia berharap hutang ayahnya lunas. Namun apa yang terjadi?. Nyai Tenun Biduri merebut paksa kantong yang berisi uang itu. Membuat wanita muda itu terkejut, dan tidak bisa menahan kegelisahannya.

"Ini masih separuhnya. Dan kau kakek tua!. Kau harus segera membayarnya padaku!."

"Tapi nyai, hutang kami tidak sebanyak itu. Kami hanya meminjam lima puluh kepang logam, bukan kepeng emas nyai."

"Hanya kau bilang kakek tua?. Kepeng logam itu tidak mahal?. Kau pikir dengan kepeng kecilmu itu, kau telah melunasi hutangmu?. Itu belum melunasi hutangmu sama sekali!."

"Nyai, mengapa nyai kejam sekali pada kami?. Kenapa nyai suka sekali membuat orang lain menderita?."

"Oh dewata yang agung. Mengapa ada orang yang seperti ini?. Rasanya sangat berat sekali hidup kami."

"Ah sudahlah, kakang. Ayo kita tinggalkan tempat ini. Aku sudah muak mendengarkan apa yang mereka katakan."

"Mari nimas. Kita tinggalkan tempat ini dengan segera." Saka Satria mempersilahkan Nyai Tenun Biduri mendongakkan tempat itu.

"Oh dewata yang agung. Habis semua kepeng milikku, hanya untuk membayar hutang pada wanita kejam seperti dia."

"Kuat hati ayah, karena kita hanyalah orang kecil yah. Jadi kiat tidak memiliki kekuatan untuk melawan mereka ayah" Hati siapa yang tidak iba diperlakukan seperti itu. Tapi anehnya ketika lima langkah dari mereka. Keduanya terkejut, karena suara lemparan benda. Benda tersebut tak lain adalah kantong uang yang dirampas Nyai Tenun Biduri tadi. Keduanya melihat ke arah pendekar itu yang memberi kode untuk diam. Selain itu, keduanya dapat menangkap bisikan gerakan dari mulut pendekar muda itu.

"Simpan saja uangnya, biar aku urus wanita laknat ini. Jangan bersuara, nanti aku akan kembali ke sini setelah selesai."

"Ada apa kakang?." Merasa aneh dengan tingkah laku Saka Satria.

"Ah tidak apa-apa. Aku hanya melihat sekitar saja. Aku takut mereka berbuat jahat pada kita, seperti melempari kita dengan batu dari belakang ketika kita lengah."

"Mana berani mereka melakukan itu pada kita kakang. Karena kakang adalah Pendekar yang kuat. Aku rasa mereka akan kalah dalam satu pukulan saja."

Setelah mereka pergi, ayah dan anak tadi tidak percaya sama sekali, dengan apa yang dilakukan oleh pendekar muda itu. Mereka segera mengambil kembali kantong uang tadi. Melihat dengan jelas, bahwa itu memang kantong uang.

"Ayah, apakah ayah percaya dengan apa yang dilakukan pendekar tadi?. Dia melempar kantong uang kita ayah."

"Entahlah nak. Tapi kalau tidak salah, tadi ia memang melempar kantung kepeng. Ia berkata agar menyimpan kepeng ini, dia akan mengurus wanita laknat itu, setelah itu ia akan kembali lagi ke sini. Begitu yang ia katakan tadi, jika ayah tidak salah tangkap dari gerakan mulutnya nak."

"Apakah ayah mengerti apa maksud dari perkataan pendekar itu?. Apakah dia serius ingin mengurus wanita laknat itu?."

"Ayah tidak mengerti, tapi ayah harap itu bukanlah suatu keburukan yang akan kita dapatkan nantinya. Semoga saja pendekar itu benar-benar menghabisi wanita laknat itu."

"Semoga saja ayah. Karena aku takut, ia akan berbuat jahat pada ayah. Biar saja wanita kejam itu mati ditangannya. Mungkin saja ada yang menyewa Pendekar itu untuk membunuh wanita kejam itu."

"Huh!. Rasanya aku memang ingin beroda agar wanita kejam itu mati. Rasanya tidak sanggup lagi meminjam uang padanya."

Bagaimana nasib mereka setelah ini?. Temukan jawabannya. Apakah Saka Satria akan melakukan hal yang jahat?. Siapa yang bisa menebaknya. Hanya waktu yang akan menjawab semunya.

...***...

Disisi lain. Di lingkungan Istana. Prabu Laksamana Pandan berada di biliknya. Karena ia ingin menenangkan dirinya, setelah menerima banyak laporan yang banyak masuk mengenai kerusuhan yang terjadi di kota raja dekat istana. Prabu Laksamana Pandan ingin segera mengatasi masalah itu semua.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, rayi prabu."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh, raka patih."

"Maaf, jika aku mengganggu rayi prabu yang sedang beristirahat."

"Tidak apa-apa raka patih. Maaf jika aku tidak berada di tempat biasanya. Karena aku hanya ingin memikirkan dengan matang, bagaimana caranya menyelesaikan masalah ini."

"Rayi prabu jangan bimbing. Selain berserah diri pada Allah SWT. Rayi prabu jangan sungkan meminta bantuan padaku. Sebagai patih dari kerajaan ini, aku akan membantu dengan segenap hatiku."

"Terima kasih raka patih. Aku ingin meminta bantuan dari raka patih. Mengenai masalah perjudian yang meresahkan di kalangan kota raja. Bahkan ada yang mengadu, para istri pejabat istana. Mereka juga ada yang terlibat dalam taruhan itu, bahkan sampai menggadaikan harta mereka, bahkan menjadikan anak gadis mereka sebagai taruhannya."

"Nauzubillah minzalik, astaghfirullah hal'azim ya Allah. Itu sudah sangat keterlaluan sekali rayi prabu. Kita harus segera menghentikan mereka."

"Itu harus raka patih, karena akan semakin meresahkan, jika kita tidak segera bertindak."

"Kita akan merundingkannya dengan baik rayi prabu. Kita akan mencari jalan keluar ini bersama-sama."

"Terima kasih raka patih. Rasanya aku sangat terbantu sekali."

"Sama-sama rayi prabu."

"Begitu banyak masalah yang terjadi di negeri ini, semenjak ayahanda prabu, serta paman Patih meninggal. Seakan tidak ada hentinya negeri ini menangis menginginkan keadilan, serta kedamaian."

"Rasanya memang sangat sulit rayi prabu. Tapi itulah kehidupan yang harus kita jalani saat ini."

Keduanya saling memberi masukan dan saran, atau komentar yang baik. Jika ini yang mereka lakukan untuk mencegah kejahatan itu, maka apa yang akan timbul nantinya?. Bisakah mereka mengatasinya?. Hanya waktu yang akan menjawab semuanya.

...***...

Kembali pada Saka Satria yang masih mengekor dengan Nyai Tenun Biduri. Setelah berhasil meminta uang dari beberapa penduduk, mereka kembali ke rumah Nyai Tenun Biduri. Namun begitu sampai di depan pintu, Saka Satria menempelkan dua pedang kembar miliknya ke leher Nyai Tenun Biduri. Dengan takut, dan berusaha meyakinkan dirinya, yang dilakukan oleh Saka Satria hanyalah sebuah sandiwara saja.

"Seperti yang dikatakan oleh semua orang, kau memang wanita laknat nyai."

"Kakang?. Apa yang kakang lakukan?. Apa yang kakang katakan?."

"Aku mengatakan jika kau adalah wanita laknat, dan yang akan aku lakukan adalah membunuhmu, sesuai keinginan mereka yang merasa teraniaya oleh perbuatan biadab kau!."

Nyai Tenun Biduri perlahan membalikkan tubuhnya, karena ia takut, mata pedang itu akan melukai lehernya.

"Siapa kakang sebenarnya?. Mengapa kakang mau disuruh orang miskin seperti mereka?. Jika kakang membutuhkan banyak uang, maka aku akan memberikannya pada kakang."

"Aku tidak membutuhkan uang dari hasil rampasan milik orang miskin itu. Nanti aku ketularan miskin seperti mereka."

"Bagaimana jika kita bersenang-senang sebagai gantinya?."

"Aku tidak sudi bermain-main dengan nenek tua seperti kau!. Tugasku sebagai pembunuh bayaran adalah membunuhmu."

Nyai Tenun Biduri sangat terkejut sekali. Jadi pemuda yang ia panggil kakang itu adalah seorang pendekar pembunuh bayaran?. Tapi apa yang harus ia lakukan jika ia menjadi target incaran pendekar pembunuh bayaran?. Temukan jawabannya.

...***...

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

like 👍 dukungan utk karya silat lokal..

2022-10-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!