PENDEKAR PEMBAWA DENDAM

PENDEKAR PEMBAWA DENDAM

CHAPTER 1

...***...

Malam ini, seorang pemuda sedang merenung di sebuah pondok kecil. Ia menatap bulan yang sedang bersinar terang. Ia tidak mengerti mengapa kenangan itu selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Kejadian masa lalu, kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan dalam Hidupnya.

"Dunia ini penuh luka. Tidak!. Bukan dunia yang terluka, tetapi aku yang terluka karena mereka." Ia mencoba untuk menghibur dirinya dengan merangkai kata-kata.

"Tidak bisakah bayangan itu lepas dari pikiran ini?. Mengapa selalu membayangi langkahku?. Bisakah aku pergi tanpa adanya beban?." Hatinya terasa sangat gelisah memikirkan keadaannya yang tak menentu karena selalu terbayang akan masa lalu yang menyakitkan hatinya.

"Oh rembulan, bisakah engkau merasa simpati, dengan apa yang aku rasakan hari ini?. Bisakah engkau membawa luka ini ketika malam menyepi, dan engkau bawa pergi ketika engkau meninggalkan malam?. Luka ini terlalu sakit untuk aku rasakan sendirian." Ia benar-benar meresapi rasa sakit yang selalu membuatnya dadanya sesak. Sakit yang tidak bisa ia hilangkan begitu saja. Menusuk relung hatinya terdalam, hingga menyiksanya disetiap ia melangkah.

"Oh angin, bisakah engkau hembuskan sedikit beban yang bersemayam di dalam diriku ini?. Agar aku bisa merasakan sedikit ringan saat melangkah." Ia menghela nafasnya dengan pelan, namun terasa berat. Seberat hidupnya yang tidak bisa menghirup udara segar barang sejenak.

Ia kembali menatap langit malam yang gelap. "Gelap, seperti hatiku yang tidak akan bisa menemukan sedikit cahaya yang membawaku ke arah lebih baik?." Kadang ia bertanya pada dirinya sendiri. Mengapa hidupnya membawa beban yang tidak ia inginkan sama sekali?.

Ketika usianya 10 tahun, ia harus menyaksikan ibunya dibunuh oleh lima orang penjahat busuk suruhan. Hingga saat ini ia menyimpan dendam itu. Dendam yang harus ia lunasi, dan tidak akan ia ampuni mereka.

Keresahan itulah yang membawanya pada jalan pendekar pembunuh bayaran, yang selalu diminta tolong siapa saja untuk membunuh orang lain. Dalam pencariannya, ia melakukan pekerjaan itu. Sambil melampiaskan rasa sakit hati yang ia rasakan selama ini, kepada orang-orang yang telah membuat hidupnya dalam bayang-bayang masa kelam yang menyakitkan. Menyaksikan ibunda yang ia cintai mati dengan mengenaskan dihadapannya.

"Sepertinya besok aku akan kembali melakukan pekerjaan itu. Jadi apa yang harus aku lakukan?. Tidak bisakah mereka itu tidak memaksaku untuk tidak membunuh sampah seperti mereka?." Terkadang ia juga mengeluh, karena ia membunuh orang yang bukan targetnya.

"Kalau begitu aku lakukan saja. Dari pada aku tidak melakukan apa-apa di pondok ini. Mungkin aku akan mendapatkan petunjuk yang bagus untuk itu." Pikirannya selalu saja berubah-ubah. Apakah ia selalu seperti itu?. Entahlah, ia hanya memalukan apa saja yang ia sukai. Termasuk membunuh lima orang yang terlibat dalam pembunuhan ibunya.

Hingga sekarang belum ada satupun petunjuk yang ia terima, dari siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan itu. Hanya ingatan masa kecilnya yang menerawang jauh, mengingat wajah mereka yang saat itu dengan bengisnya, menyiksa ibundanya. Ia tidak akan menyerah begitu saja. Ia kan mencari mereka semua sampai dapat. Apakah yang akan ia lakukan?. Hanya waktu, serta takdir yang membuatnya menemukan mereka semua.

...***...

Pagi menjelang. Suasana ramai pasar di kerajaan Buluh perindu sangat ramai. Pengunjung semakin banyak berdatangan karena membeli kebutuhan sehari-hari mereka. Di sinilah Saka Satria atau nama julukannya pendekar pembawa dendam, yang sedang mengintai mangsanya. Pendekar yang menyampaikan rasa sakit hati seseorang, untuk menyalurkan rasa sakit itu. Makanya ia dijuluki Pendekar pembawa dendam.

Tugasnya adalah membunuh seorang wanita yang kejamnya luar biasa. Seorang wanita kaya raya yang biasanya ke pasar, membeli pakaian mahal yang datang dari luar. Namun sayang, uang yang ia gunakan hasil dari rampasan rakyat miskin yang meminjam uang padanya. Jika terlambat saja membayari dari yang seharusnya, maka akan ditambah bunganya. Sikap kejamnya ini telah meresahkan rakyat kecil. Karena itukah ada yang meminta Saka Satria untuk membunuh wanita itu.

"Jadi apa yang bisa aku lakukan?. Apakah aku akan membunuhnya?. Hum." Ia tampak berpikir dengan apa tindakannya setelah bertemu wanita itu. "Tapi aku ingin melihat bagaimana ia terlebih dahulu. Jika dia memang bersikap kejam, maka aku tidak akan segan-segan lagi membunuhnya." Matanya menatap sekitar, mencari keberadaan mangsanya. "Baiklah, karena merasa bosan. Akan aku lakukan saja." Matanya telah menemukan target yang akan menjadi incarannya. Seorang wanita terpandang di desa itu, namun sayangnya. Perangai yang dimiliki wanita itu sangat tidak terpuji sama sekali. Tapi apakah itu benar?. Atau hanya sekedar ungkapan mereka yang sama sekali tidak bisa membayar hutang-hutangnya pada wanita itu?. Sehingga mereka ingin sekali melenyapkan wanita itu?. "Baiklah, dari pada aku bertanya, dan tidak memiliki jawaban, lebih baik aku ke sana. Aku tidak suka menebak atau menerka yang tidak pasti." Saka Satria akan mencoba melakukannya. Ia mendekati wanita itu dengan senyuman ramah. Senyuman yang sangat menawan, sehingga wanita itu sedikit terpaku akan senyuman itu.

"Hei!. Siapa kau anak muda?. Mengapa kau menghalangi langkahku?." Nyai Tenun Biduri menatap tidak suka pada Saka Satria.

"Maafkan aku, jika aku menghalangi perjalanan nimas."

"Nimas?." Entah mengapa ada perasaan berdebar aneh, ketika pemuda itu memanggilnya dengan sebutan nimas?. "Apakah aku masih terlihat muda?. Sehingga dia memanggil aku dengan sebutan nimas?." Dalam hatinya berkata dengan perasaan berbunga-bunga.

"Apakah aku tidak boleh memanggil nyai yang cantik ini dengan panggilan nimas?. Aku ini adalah seorang pendekar yang melindungi siapa saja." Senyuman ramah itu sangat menggoda untuk dilihat. Membuat wanita itu semakin berdebar-debar, karena terpesona dengan ketampanan Saka Satria.

"Lantas?. Apa yang kau lakukan?. Jika kau adalah seorang pendekar pelindung?."

"Aku mau melindungi nimas. Aku takut nimas yang ayu ini, diganggu oleh preman pasar seperti mereka."

"Apakah kau sedang mencoba menggoda aku yang sudah tua ini?."

"Tidak. Tidak sama sekali. Aku memang berniat ingin  melindungi nimas di sini. Terutama dari mereka." Nyai Tenun Biduri melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Saka Satria. Matanya melihat ada beberapa orang yang berpenampilan sangar, menyeramkan, tukang mintak paksa. "Aku rasa nimas pasti membutuhkan pengawalan. Karena mereka semua tidak bersahabat sama sekali."

Masih berpikir, apakah benar ia membutuhkan pengawalan dari pemuda itu?. "Jangan-jangan, dia adalah ketua preman pasar yang berpura-pura baik padaku. Aku harus waspada terhadapnya. Bisa jadi setelah ini dia malah menyerang aku nantinya." Tidak begitu saja ia mempercayai anak muda itu. Karena banyak yang menipu orang lain, dengan berbagai cara mereka lakukan demi mendapatkan kepengen uang.

"Bagaimana nimas?. Jika nimas merasa tidak perlu, maka aku akan pergi. Karena ada keraguan yang terpancar di mata nimas terhadap diriku."

"Tunggu!." Nyai Tenun Biduri menahan tangan Saka Satria. "Baiklah. Aku akan menyewa kakang untuk mengawalku selama berada di pasar."

"Permintaan nimas, akan aku penuhi." Rasanya sangat lega, karena tidak ada lagi penolakan dari Nyai Tenun Biduri. Setidaknya ia akan melakukannya dengan baik.

"Tapi apakah kakang yakin bisa menghadapi mereka jika mereka menyerang kita?." Mereka mulai berjalan, dan melihat dagangan yang mereka lalui.

"Nimas tidak perlu merasa khawatir. Karena aku ini adalah Pendekar pilih tanding. Jadi tidak perlu memikirkan hal buruknya." Saka Satria mengikuti kemana langkah Nyai Tenun Biduri.

"Terima kasih kakang. Sangat baik sekali. Maaf jika aku berpikiran buruk terhadap kakang."

"Hum. Wajar saja jika curiga pada orang lain. Apalagi dalam keadaan ramai seperti ini. Tapi demi nimas, aku akan melakukannya."

"Rasanya aku sangat tersanjung sekali. Tapi lumayan juga mendapatkan kawalan dari pemuda tampan. Kapan lagi kan?. Aku mendapatkan keistimewaan seperti ini." Ia merasa sangat kegirangan, karena bertemu dengan pemuda yang sempurna.

"Justru aku yang merasa tersanjung, karena mengawal wanita secantik nimas." Saka Satria sangat pandai mengambil hati, dengan menyanjung targetnya. Membuat Nyai Tenun Biduri semakin terbang jauh, hanya karena ucapan itu.

"Kebetulan, kakang sujari sedang tidak ada di rumah. Aku bisa mengajak pemuda ini bermain denganku." Dalam hatinya telah merencanakan hal yang akan membuatnya merasakan kesenangan yang luar biasa nantinya. Akan tetapi, seperti yang dikatakan oleh Saka Satria tadi. Bahwa mereka akan diganggu oleh preman pasar.

"Mau kemana nyai?. Anak muda mana yang kau boyong ini nyai?." Mereka malah tertawa keras, menertawakan apa yang mereka lihat. Karena mereka telah mengetahui siapa Nyai Tenun Biduri.

"Apakah hanya ketampanannya saja, kau mengangkatnya menjadi pengawal mu?."

"Mau kau bayar berapa dia nyai?. Aku yakin kau akan menyesal, karena telah menyewa pemuda lemah ini."

"Sebaiknya nyai serahkan saja harta nyai, karena pemuda ini sama sekali tidak akan berguna untuk nyai." Kembali mereka tertawa keras, karena merasa puas memperolok Nyai Tenun Biduri, serta Saka Satria.

"Kakang. Mereka telah berani berkata kurang ajar. Serta mereka telah merendahkan kemampuanmu kakang." Nyai Tenun Biduri merengek manja pada Saka Satria. Tentunya mereka semakin tertawa keras.

"Kakang?. Ahahaha sungguh tidak tahu malu kau nyai." Mereka tertawa puas, tawa mereka mengundang perhatian orang-orang yang ada di sana.

"Nimas tenang saja. Nimas carilah tempat berlindung yang aman. Mereka semua serahkan padaku."

"Baiklah kakang. Hajar mereka semuanya. Aku sangat tidak suka melihat mereka semua." Nyai Tenun Biduri tersenyum manis, setelah itu ia pergi meninggalkan tempat itu.

"Berani sekali kalian menghinaku. Akan aku tunjukan pada kalian kekuatanku. Tapi aku rasa tidak perlu terlalu banyak. Secuil kuku saja aku rasa itu sudah berlebih untuk menghadapi kalian."

"Kurang ajar!. Berani sekali kau menghina kami!."

"Mari kita hajar dia!."

Sekitar ada empat orang preman pasar yang dihadapi oleh Saka Satria. Sementara itu, mereka yang melihat gerak-gerik membahayakan, mereka mulai menepi. Dari pada mereka kena imbas pertarungan orang-orang yang suka memamerkan kekuatan. Bisakah Saka Satria mengatasi mereka semua?. Hanya waktu yang akan menjawab semua yang terjadi pada hari itu.

...***...

Terpopuler

Comments

Rani nay

Rani nay

Padahal ceritanya bagus gini kok sepi yah 🤔

2022-09-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!