"Mama sudah menemukan calon istri yang pas untukmu!" jawab nyonya Belinda tersenyum.
"Ma !"
Senyum Nyonya Belinda memudar mendengar penolakan anaknya, dan menajamkan pandangannya memperhatikan wajah Chandra.
"Kali ini jangan menolak, kalau tidak ingin melihat Mama mati di kamarmu!" ancam wanita berusia enam puluh Tahun itu dengan suara lembut, namun terdengar horor di telinga Chandra.
Chandra menelan salivanya dan merapatkan gigi giginya, supaya tidak membentak dan melawan Ibunya.
Chandra tidak mau menikah dan tidak ingin menikah.
"Usiamu usah 38 Tahun Chandra, kamu belum juga menikah. Mama ingin menggendong cucu, apa kamu tidak kasihan melihat Mama?. Mama juga malu punya anak perjaka tua seperti kamu, gak laku laku" oceh Nyonya Belinda.
Chandra diam mendengarkan ocehan Ibunya tanpa melepas netranya dari wajah wanita yang melahirkannya itu, wajahnya nampak marah dan bercampur sedih.
Bukan kali ini saja Ibunya menyuruh dan memaksanya untuk menikah. Bahkan sudah banyak wanita yang di perkenalkan Ibunya padanya. Namun hati Chandra belum pernah terketuk untuk menikah.
Sekarang, apakah Chandra harus menuruti keinginan Ibunya itu?.
"Terserah Mama saja!"
Chandra melangkahkan kakinya ke arah tempat tidur, dan menjatuhkan tubuhnya di sana dengan posisi terlentang menghadap langit langit kamar.
Caroline ! aku harus mencarimu kemana?, batin Chandra memejamkan matanya.
"Mama sudah mempersiapkan pernikahanmu.Tiga hari lagi kamu akan menikah, Jadi...persiapkan dirimu!"
Refleks Chandra membuka kembali kelopak matanya, menatap Nyonya Belinda yang berjalan ke arah pintu.
Chandra bergeming, apa maksud dari Ibunya, tiga hari lagi akan menikah?. Dia belum diperkenalkan dengan calon istrinya. Dan kapan Ibunya mempersiapkan pernikahannya?. Siapa wanita yang akan di nikahinya?.
Chandra hanya bisa mengeram, kesal melihat Ibunya. Chandra tak ingin menikah dengan wanita lain, selain dengan wanita yang di cintainya. Tapi kali ini Chandra tidak tega jika harus menolak permintaan Ibunya.
Seandainya saja, Caroline tidak menghilang, Mungkin Chandra sudah menikah dari dulu. Tapi entah kemana menghilangnya sang kekasih. Sampai sekarang Chandra belum berhasil menemukannya.
Ceklek!
Pintu kamar itu tertutup kembali setelah Nyonya Belinda menghilang di baliknya. Dan terdengar suara kunci berbunyi dari luar, pertanda Nyonya besar rumah itu menguncinya dari dalam.
"Pengawal ! jangan ada yang berani membuka pintu ini tanpa seijin saya!" tegas Nyonya Belinda kepada kedua pengawal yang berdiri di depan pintu kamar Chandra.
Pengawal itu pun mengangguk patuh, dan Nyony Belinda langsung berlalu dari depan kamar Chandra menuruni tangga ke lantai bawah.
Mendengar itu, Chandra hanya geleng geleng kepala. Percuma pintu itu di kunci dan di jaga, pikir Chandra. Jika Chandra ingin kabur, ia bisa keluar lewat jendela.
Chandra yang masih berbaring di atas kasur, meraih handphonnya dari atas nakas untuk melalukan panggilan kepada seseorang.
"Halo Marco! bagaimana perkembangan pencarian Caroline?" tanya Chandra lewat telepon di tangannya.
"Aku bukan asistenmu lagi, kenapa masih saja menggangguku?" cetus pria di balik telepon. Marco kesal, karna Chandra membatalkan kerja sama mereka karna keterlambatannya tadi malam datang ke Club.
Marco adalah mantan asisten Chandra. Setahun yang lalu Marco mengundurkan diri, karna harus menggantikan Ayahnya mengurus perusahaan.
"Apa kau benar benar ingin kerja sama perusahaan kita kubatalkan?"ucap Chandra mendengar suara kesal Marco.
"Tadi malam aku belum terlambat lima belas menit. Tapi kalian sudah tidak di sana!" ujar Marco. Mengingat tadi malam ia sampai di Club, Chandra dan Bryan sudah tak ada.
Seketika kening Chandra mengerut, mengingat kejadian tadi malam. Gara gara seorang gadis remaja mabuk mendatanganginya, Chandra menjadi lupa tujuannya datang ke Club itu. Dan sialnya, wanita kecil itu memuntahi bajunya. Dan yang paling membuat kesal Chandra, wanita kecil itu adalah mantan kekasih Bryan.
"Perintahkan anak buahmu untuk mencari Caroline sampai dapat. Jika kau masih ingin kerja sama kita berlanjut."
Marco terdengar mendengus di balik telepon. Dia bukan asisten lagi, tapi mantan bosnya itu masih saja suka memerintahnya.
"Sampai kapan kau akan terus mencari wanita itu?. Aku yakin sekarang kekasihmu itu sudah tua dan jelek. Di dunia ini banyak wanita, kau bisa memilih yang mana saja."
Marco sudah malas mengurus pencarian kekasih dari Chandra Wahid Kurniawan itu. Karena mungkin bisa saja wanita yang di carinya sudah mati.
Chandra terdengar menghela napasnya,"Ada hal penting yang harus kami selesaikan."
"Sampai kapan?, karna itu kau tak menikah sampai sekarang. Usiamu sudah separoh baya. Jika dia memikirkanmu, dia pasti sudah menemuimu sejak dulu. Aku rasa dia sudah bahagia dengan laki laki lain" oceh Marco.
"Lakukan saja perintahku !" ujar Chandra tak ingin mendengarkan ocehan sahabatnya itu.
"Terserahmu saja, baiklah ! aku akan menyuruh anak buahku untuk mencari wanita tua itu" Marco mencibir sedikit pria yang berusia sepuluh Tahun di atasnya itu.
Marco sendiri sudah lelah menyuruh anak buahnya mencari wanita yang hilang jejak sejak lama. Seharusnya pria yang bernama Chandra itu lebih lelah laki memikirkan wanita itu, pikir Marco.
tlut
Sambungan telepon itu mati begitu saja, tanpa ada embel embel ucapan trimakasih dari si penelepon, membuat Marco mengumpat kesal kepada mantan bosnya itu.
"Dasar bos sialan !"
Chandra mendudukkan tubuhnya dan menurunkan kakinya ke lantai, menyugar rambutnya kasar ke belakang lalu menghela napas.
Chandra berpikir, apakah dia harus berhenti mencari Caroline?. Kalau di pikir pikir, seharusya memang seperti itu. sudah hampir dua puluh Tahun ia mencari wanita itu. Namun wanita itu entah menghilang kemana?. Mungkin benar dia memang harus melupakan wanita itu, dan memulai hidup baru dengan wanita lain.
Mengingat tiga hari lagi dia akan menikah. Dengan wanita mana dia akan menikah?. Kenapa kali ini Ibunya tidak mengenalkan calon istrinya kepadanya?.
Sedangkan di bawah rumah, Nyonya Belinda masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang belakang. Tujuannya adalah ke rumah sahabatnya, untuk mengatakan kepastian pernikahan anaknya dan putri sahabatnya, yang sudah mereka rencanakan sebulan yang lalu.
"Jalan Pak!" perintah Nyonya Belinda kepada supirnya.
"Baik Nyonya!" patuh sang supir dan langsung melajukan kenderaannya perlahan keluar dari pekarangan rumah.
Tiba di depan rumah sahabatnya, sang supir yang mengantar menghentikan kendaraannya tepat di depan pintu rumah sahabatnya itu, Nyonya Belinda pun langsung turun.
Di lantai dua rumah itu, Hajar merias wajahnya di depan kaca cermin meja riasnya. Mendengar kalau pria yang akan di jodohkan dengannya adalah pria tajir melintir. Seketika jiwa matrenya langsung meronta ronta. Kegalauannya seminggu ini karna di putus cinta langsung menghilang.
"Baiklah Bryan!, kau yang memutuskanku, jangan menyalahkan aku jika memilih pria lain.Semoga kamu bertobat dari sifat pelitmu. Supaya kamu cepat mendapatkan penggantiku!" gumam Hajar.
Meski ia mencintai Bryan, laki laki yang berusia lima Tahun di atasnya. Tapi Hajar lebih mencintai materi dari pada orangnya. Ah ! itu sudah menjadi sifat buruknya yang sudah melekat dalam dirinya.
Tok tok tok !
"Hajar ! calon mertuamu sudah datang !"sahut Ibunya dari luar.
"Iya Ma ! sebentar!" Hajar berdiri dari kursi meja riasnya, memperhatikan penampilan dan make up nya sekali lagi. Hajar mengulas senyumnya mengingat kata kata Ibunya tadi supaya ia tidak menolak lamaran sahabat Ibunya.
'Kalau kamu menerima lamaran Nyonya Belinda. Nyonya Belinda akan memberikanmu uang sebanyak sepuluh Milliar. Dan kamu akan di beri mahar sebuah mobil mewah. Jika kamu berhasil memberinya seorang cucu, makan kamu akan mendapatkan saham dari perusahaan peninggalan suami Nyonya Belinda. Bayangkan saja ! seberapa banyak nanti kekayaan yang kamu miliki?. Jika kamu benar benar bisa mengambil hati suami mu nanti, kamu bisa mendapatkan lebih banyak harta lagi'
"Hajar..!!!"
Hajar langsung tersadar dari lamunannya."Ah..iya Ma !."
Hajar memutar tubuhnya, berjalan ke arah pintu kamarnya dan membuka pintunya. Seperti kata Ibunya tadi, ia akan menerima menikah dengan anak dari sahabat Ibunya. Tanpa berpikir pria seperti apa yang akan menikah dengannya.
"Ayo cepat!, calon mertuamu sudah menunggu di bawah!" ucap Ibu Misra, menuntun Hajar berjalan ke arah tangga.
Hajar menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, menghayalkan hidupnya akan bergelimang harta setelah menjadi menantu orang kaya tajir melintir.
* Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Arsyad Al Ghifari 🥰
Caroline itu mungkin mamanya Hajar ...
2022-11-15
0
ppadang1
perjaka tuir euyei....
2022-07-29
0
Peryeni
om om kak👍
2022-05-19
0