Hari ini akan menjadi hari bersejarah bagi Adnanjaya Grup dan keluarga Hutama. Dengan adanya pernikahan ini sekaligus menjadi pengikat bisnis di antara mereka. Aula pernikahan mewah dan megah sudah terpampang nyata. Meski acaranya termasuk dadakan, tetapi persiapan segalanya sangat matang dan sempurna. Tamu mulai berdatangan membuat kedua keluarga sibuk menyambut dan berjabat tangan. Semua tampak bahagia menikmati pesta.
" Apa kau gugup.."
" Sudah pasti aku gugup.."
" Hei, yang menikah aku kenapa kau yang gugup.." Spontan Vio memukul tangan Mikha.
" Auuu sakit tahu.." Pura-pura mengaduh. "Fokuslah pada pernikahanmu jangan sampai membuatku malu. Jangan sampai kau tersandung atau menjatuhkan cincin oke!.." Peringatan dini dari Mikha, karena tahu sahabatnya itu sangat ceroboh, apalagi di situasi penting begini.
Pengantin pria dan wanita sudah memasuki aula pernikahan. Mereka duduk berdampingan mengucap ikrar janji suci pernikahan. Lalu bergantian memasangkan cincin di jari manis mereka.
Prok.. prokk.. prok.. Tepuk tangan meriah, menyambut pasangan pengantin yang sudah sah menjadi suami istri. Mereka berdiri untuk menerima ucapan selamat dari para tamu undangan.
'Aku sudah resmi menjadi istri dari pria arogan ini. Oh Tuhan, ini seperti mimpi burukku yang menjadi nyata.' Vio tak sadar kalau wajahnya cemberut mengikuti hatinya.
" Ya! kondisikan wajahmu, senyum!" Wira bicara di telinga Vio. Vio menatap dan tersenyum lebar. Apa kau puas! begitu kira-kira arti dari sorot tajam matanya.
Pernikahan ini mungkin membuat banyak wanita iri, karena pasangannya adalah pria tampan dari keluarga kaya. Pasti banyak wanita berharap untuk bersanding dengannya. Begitu pula dengan para puteri pejabat dan orang kaya di negeri ini, berharap mereka yang dijodohkan dengan Wira. Saat ini banyak yang menatap tak suka pada Vio. Pandangan mereka sinis, berbeda saat mereka menatap wira dengan penuh senyuman manis.
'Cih.. apa-apaan sih mereka ini. Kalau kalian ingin menggantikan posisiku, aku malah akan sangat berterimakasih haha.. kalian pikir aku bahagia apa.' Vio berdecak heran.
" Apa masih lama, berapa banyak lagi tangan yang harus aku jabat. Lihatlah mulutku sampai kaku begini karena terus tersenyum.." Merengek sambil senam mulut, tapi wira tak merespon hanya meliriknya sekilas.
'Kau itu manusia apa robot sih, tapi manis juga kalau melihatmu tersenyum begitu. Yah walaupun cuma senyum pura-pura bahagia.'
plak..plak Vio menyadarkan dirinya dengan menepuk kedua pipinya. Ia menyesali apa yang ada dipikirkannya barusan. 'Manis? Haah aku pasti sudah gila.'
" Hai." menjabat tangan Wira dengan erat dan menatapnya lekat. Yang punya tangan bingung. Vio yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri terkejut saat tahu yang terjadi di depannya.
Plaak.. Vio menepis tangan itu. " Apa kau sudah gila!!.." Bicara pelan nyaris tanpa suara. Ia menarik tangan Mikha, memaksanya turun pelaminan.
" Lepaskan aku.. aku hanya ingin mengucapkan salam perpisahan dengan hangat pada mantan gebetanku.." Mikha memberontak enggan untuk menjauh dari wira. Wira geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka.
" Apa kau benar-benar sinting, sudah sana makanlah yang banyak agar otakmu bekerja.." Vio meninggalkan Mikha yang terduduk di kursi tamu.
" Yaa!! Aku bahagia untukmu, selamat atas pernikahanmu!. Aku menantikan cerita malam pertamamu.." Mikha berteriak ke arah Vio, membuat para tamu menoleh padanya. Vio yang mendengar langsung menunduk menutup wajahnya karena malu. Ia kembali ke atas pelaminan dengan wajah tertunduk.
" Siapa dia, Apa kau yang mengundang orang gila itu.." Wira berdecak heran.
" Dia sahabatku, tapi memang otaknya radak gesrek.. " Vio menjawab dengan wajah masih menunduk menahan malu.
'Benar - benar memalukan.'
Malam semakin larut pesta semakin berada pada puncaknya. Tamu undangan yang turut berbahagia menikmati pesta dengan suka cita. Kemeriahan pesta yang harus berakhir karena malam sudah semakin larut. Para tamu yang datang sudah meninggalkan gedung pernikahan.
" Titip anakku.." Bram menjabat tangan wisnu untuk berpamitan.
" Dia sekarang juga anakku, pasti akan aku jaga. Kau tak usah khawatir.." Wisnu menenangkan dengan menepuk bahu Bram.
" Jaga dirimu, jadilah istri yang baik dan jangan membantah suamimu.." Bram memeluk putrinya di ikuti dengan Kinan yang juga memeluk erat Vio.
" Jaga dirimu sayang.." Tambah Kinan Ibunya.
" Iya Bu, jangan khawatir.. " Vio tersenyum hangat mengisyaratkan kalau dia akan baik-baik saja. Tapi kemungkinan dia tidak baik-baik saja, karena suaminya adalah pria arogan yang seenaknya sendiri. Tapi Ia tak mungkin mengatakan pada orangtuanya. Selesai berpamitan dengan Vio, mereka juga pamit pada Wira. Vio tak begitu mendengar apa yang mereka bicarakan pada Wira, sebab posisi Wira sedang bersama teman-temannya di dekat pintu keluar.
Gedung yang tadi penuh dengan orang sekarang kosong, tinggal keluarga Adnanjaya yang bersiap untuk pulang menuju rumah besar.
" Kami akan langsung pulang ke rumah baru.." Wira bicara pada Ayahnya.
" Tidak, kalian harus pulang dulu ke rumah besar." Wisnu menegaskan. "Nak, apa kamu tidak keberatan kalau pulang dulu ke rumah kami.." Menanyakan pada Vio.
" Eh, tidak apa-apa Tuan.." Vio menjawab dengan nada gugup. Ini bukan pertama kali mereka bertemu dan berbicara, namun statusnya sekarang adalah menantu.
" Hahaha.." Wisnu tertawa yang membuat Vio bingung. "Panggil aku Ayah, karena sekarang aku Ayahnya juga." Jelas Wisnu.
" Eh, Ba.. baik Ayah, maaf saya belum terbiasa.." Vio sedikit canggung dengan panggilan barunya.
Keluarga Adnanjaya meninggalkan gedung, mereka memasuki mobil dan menuju rumah besar. Vio dan Wira berada dimobil pengantin yang sudah dihias bunga-bunga. Sebenarnya Wira agak kesal, karena harus ke rumah besar. Di sana mereka otomatis harus berakting sebagai suami istri bahagia.
****
Mobil sudah memasuki gerbang utama, yang lain sudah turun dan memasuki rumah. Mobil pengantin yang tibanya paling akhir. Wira dan Vio turun dari mobil. Mereka disambut oleh beberapa pelayan yang tersenyum bahagia, seolah mereka turut merasakan kebahagiaan pengantin baru.
" Selamat datang di rumah besar Nona Gleysha.." Sapa salah satu pelayan. Vio hanya menjawab dengan senyuman, karena mengimbangi langkah kaki Wira yang berjalan cepat. Dua pelayan wanita ikut berjalan di belakangnya, mereka bertugas membantu Vio bersih-bersih diri. Tepat di pintu kamar dua pelayan itu berhenti.
" Kalian mau apa?." Tanya Vio.
" Perkenalkan saya Rena dan ini Rani, kami ditugaskan untuk membantu semua keperluan nona.."
" Dalam arti kami adalah pelayan pribadi nona.." Rani menambahkan.
" Haah, aku punya pelayan pribadi?.."
'Waaaw, apa sekarang aku jadi princess. Aku tinggal
di rumah bak istana dan punya assisten pribadi.' Bengong tak percaya. " Tunggu, apa kalian kembar?.." Vio menebak dari nama mereka yang mirip.
" Ha ha ha.." Rani tanpa sadar tertawa.
" Huuust.." Reni memeberikan isyarat dengan telunjuknya agar Rani diam. " Banyak yang salah sangka kami kembar dari nama kami.." Reni menjelaskan.
Vio sadar Ia terlalu lama di depan pintu kamar, padahal saat ini Ia sangat lelah dan ingin cepat tidur. Wira sendiri sudah masuk kamar. Dengan gugup Vio memegang handle pintu, lalu menoleh pada kedua pelayannya. " Apa kalian tidak ikut masuk?.."
" Tidak nona, ini kamar pribadi anda dan tuan Wira jadi kami dilarang masuk sembarangan.." Jawab Reni.
" Apalagi kan ini malam pertama Tuan dan nona hihi.." Lagi-lagi Rani menayahut, kali ini Reni menginjak kakinya agar Ia sadar. Dengan menahan sakit Ia minta maaf pada Nonanya.
" Kalau nona butuh sesuatu silahkan panggil kami, kami ada 24 jam untuk nona.. " Mereka menundukan kepala sopan, lalu permisi undur diri.
" Baiklah, sekarang istirahatlah aku juga ingin tidur rasanya capek sekali.." Mereka berdua berlalu pergi, sedang Vio mengerahkan keberaniannya untuk membuka pintu kamarnya.
'Kenapa aku ini, kita kan bukan pasangan menikah yang bahagia seperti pengantin lainnya, kenapa aku gugup begini sih..' kesalnya dalam hati.
Glek.. Pintu terbuka, Vio mengintip sedikit dilihatnya Wira sedang duduk bersandar di kasur asik dengan bukunya. Perlahan Vio berjalan, Dia bingung apa yang harus dilakukannya, mau mandi tapi dimana kamar mandinya, bahkan kopernya juga lupa Ia taruh dimana. Vio duduk diam di sofa dengan perasaan canggung.
'Dasar laki-laki arogan, setidaknya kau bicara tunjukan dimana kamar mandi, dimana kamar ganti dan dimana aku tidur nanti, inikan bukan rumahku..' Ngedumel dalam hati.
" Ehem.." Vio berdehem berharap pria yang diam itu mau meliriknya. " Ehem.. ehem" Ia ulangi lagi karna Wira benar-benar cuek. "Ehemmmmmm.."
"Kenapa kau sangat berisik.." Akhirnya Wira menyahut.
" Salah siapa diam saja, apa kau tak lihat kalau ada aku di sini Tuan.!!" Vio protes.
" Lalu.."
" Hah lalu??.." Vio berdiri mendekat ke arah Wira. "Yaa!! aku bingung di sini karena ini hari pertamaku dirumah ini, seharusnya kau tunjukan dimana kamar mandinya, dimana ruangan-ruangan lainnya dan dimana aku tidur nantinya, bukan malah cuek bebek begini.."
" Berani sekali kau berteriak padaku!!" Wira menutup buku yang dipegangnya lalu menatap Vio. " Untuk apa tahu rumah ini, besok kita sudah pindah ke rumah baru.." Jelas wira yang mendekat ke arah Vio namun hanya melewatinya, yang dilewati sudah kelewat gugup haha.
" Ini kamar ganti, di dalamnya ada kamar mandi. Untuk apa kau punya asisten pribadi kalau masih merepotkanku.."
" Aaaa.. maaf aku lupa ada mereka. Baik kalau begitu aku mandi dulu.." Vio berlari masuk ruangan dengan buru-buru karena canggung.
Kini mereka sudah berada di atas ranjang, tidur bersebelahan setelah perdebatan panjang. Wira tak mau tidur di sofa kecil, apalagi Vio yang tak bisa tidur dengan posisi duduk. Akhirnya terjadilah posisi sekarang. Suasana dalam kamar terasa canggung, karena ini pertama kali untuk mereka berdua tidur di tempat yang sama dan di ranjang yang sama. Malam semakin larut namun dua anak manusia ini masih terjaga.
" Ehem.. heemmm.. " Vio membuka keheningan.
" Apa.."
" Tuan tidak tidur??.."
" Hem.."
" Apa aku tidur di sofa saja, biar tuan bisa nyaman.."
" Sudahlah ayo tidur, matikan lampunya.." Wira memiringkan tubuhnya memunggungi Vio.
" Baiklah.." Vio mematikan lampu lalu ikut mencoba tidur, Ia sangat lelah hari ini dan pastinya besok harus bangun pagi.
****
' Emmh.. dadaku rasanya sesak sekali, apa ini.. seperti ada gajah yang menindih tubuhku..'
Uhuk.. uhuk. Vio terbatuk merasai sesak di dadanya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Nursila Rohmatudzuroh
ini kok gk lanjut.... aplg amnesia..
2021-06-25
1
Nursila Rohmatudzuroh
Thor........ksu sdng koma kh ?
sdh berminggu minggu tak berlanjut
2021-06-23
1
Nursila Rohmatudzuroh
thor.... jangan bikin keki dong
2021-06-11
1