" Gley.. boleh Ibu masuk kita bicara sebentar.." Seru Ibu di depan pintu kamar.
" Masuklah bu.." Jawaban dari dalam ruangan yang terdengar sangat putus asa. Wanita berumur itu memasuki ruangan yang dari auranya saja sudah bisa dipastikan kalau penghuninya sedang bersedih. Setelah kejadian beberapa jam lalu bersama CEO arogan. Vio mengurung diri dikamar tempatnya menginap. Ibu yang khawatir akan putrinya berniat mencoba menghibur dengan menjelaskan alasan Ayahnya menjodohkannya. Ia menghampiri putrinya dan duduk dipinggir kasur.
" Gley tahu, kenapa Ibu tidak bisa menghentikan keputusan Ayah..?" Ibu memulai pembicaraan.
" Bukankah keputusan Ayah memang tidak bisa dihentikan.." Jawabnya ketus. " Aku tahu Bu, Ayah ingin yang terbaik untukku. Tapi apa Ayah juga tahu kalau aku juga punya mimpi, aku punya impian yang ingin aku capai hiks hiks.." Air mata yang Ia pendam pun akhirnya pecah di depan Ibunya.
" Bukan nak.. bukan karna Ayah ingin terbaik untukmu, bahkan Ayahmu tak tahu apakah ini pilihan baik untukmu.." Suara Ibu bergetar menahan sedihnya, sambil membelai rambut anaknya.
" Maksud Ibu??.." Vio bangun dari tidurnya, Ia duduk menatap Ibunya yang wajah sedihnya tak bisa Ia tutupi.
" Perusahaan Ayahmu terancam mengalami kemunduran. Syukurlah dengan bantuan temannya Ia bisa kembali berdiri, tapi temannya meminta syarat yaitu menikahkanmu dengan puteranya.." Ibu manghela nafas panjang.
"Aku tak habis pikir Bu.. kenapa Ayah tega menjualku.. "
"Nak.. Ibu mohon jangan berpikir seperti itu, Ayahmu melakukannya karna Ia punya tanggung jawab yang besar untuk karyawannya. Ayah juga sedih bahkan sempat menolak namun akhirnya Ia harus berkorban dan merelakan putri tercintanya. Mengertilah Gley, teman Ayahmu dari keluarga baik-baik jadi Ibu yakin putranya juga akan memperlakukanmu dengan baik. Jangan bersedih, setelahnya kamu masih bisa melakukan apapun yang kamu inginkan, termasuk impianmu.." Jelas Ibu panjang lebar, yang nyatanya benar penjelasan itu membuatnya sedikit lebih tenang dan mulai mengerti situasinya.
" Apa ibu tahu alasan mereka ingin aku menikah dengan putranya..??"
"Tidak, tapi Ibu yakin mereka ingin yang terbaik untuk anaknya dan mereka yakin kamu pilihan yang baik.." Meski ada ragu dihati Ibu tapi Ia berusaha meyakinkan putrinya bahwa semua akan baik-baik saja.
Di ruangan Wira
Ruangan tampak sunyi seperti tidak pernah ada keributan sama sekali. Wira berbaring di sofa, matanya terpejam. Sejenak Ia mulai berpikir tentang kondisinya saat ini. Jarang sekali Ia berpikir dengan sungguh sungguh begini. Bukan karna otaknya bodoh, tapi saking sempurnanya dia jadi setiap membuat keputusan tanpa pikir panjang pun selalu saja benar. Beruntung atau memang jenius. Entahlah karna sesungguhnya yang Ia suruh mikir itu sekretarisnya ding. Dia hanya mengambil keputusan akhir makanya berpikir cepat tanpa pikir panjang. (bikin tepok jidat kan)
Memecah keheningan "Ben.. aku sedikit curiga, kenapa tiba-tiba klien dadakanku tidak muncul, dan kenapa malah ada acara family dinner..?" Merasai ada sedikit keanehan, semenjak Papanya menyuruh Ia datang ke tempat ini secara mendadak tanpa menjelaskan ada apa.
" Mungkin Ketua ingin anda sedikit menikmati liburan Tuan, karna selama ini anda hanya sibuk dengan pekerjaan anda." Penjelasan Benny malah semakin membuat keanehan yang Ia rasa menjadi benar-benar terasa nyata anehnya.
" Ben.. Kau tak pandai menyembunyikan sesuatu dariku, katakan apa alasannya aku disini, aku yakin kamu pasti tahu.."
" Saya tidak bisa menjelaskannya Tuan, karna Ketua bilang anda akan tahu sendiri ketika makan malam nanti.. "
'Tuan kalau anda tahu tentang perjodohan ini pasti anda akan kabur jauh, maka dari itu saya tidak bisa bicara alasan family dinner ini '
" Apa Kau sudah dapat yang ku perintahkan?.."
" Maaf tuan, nona itu mengambil Id nya setelah mengembalikan jas anda. Apa perlu saya mencarinya tuan..?"
" Tidak usah, lupakan saja.." Wira kembali menutup mata, meneruskan kegiatan berpikirnya.
Telepon berdering tanda ada panggilan masuk, tetapi pemiliknya memilih mengabaikannya. Wira masih berkutat dengan pikirannya. Apa yang kali ini orang tuanya rencanakan, semua tanda tanya itu melayang layang di kepalanya. Panggilan masuk berulang di Hpnya, yang kali ini mau tak mau Ia angkat karena dering yang berisik mengganggu.
" Kenapa baru diangkat kemana saja kamu?!.." Protes suara disebrang tanpa basa basi salam.
"Langsung saja katakan tujuanmu??.."
"Kau ini dasar anak kurang ajar, apa wanita itu tak mengajarkanmu sopan santun.." Omel wanita yang tak lain adalah Ratna Ibunya.
tuuutuuutttt.. Panggilan di akhiri sepihak oleh Wira yang membuat Ratna semakin kesal. Dia memang tak dekat dengan wira sehingga hubungan mereka memang kurang baik. Namun tetap saja Wira adalah pewaris utama Adnanjaya Grup, jadi mungkin dengan terpaksa Ia bersikap seolah hubungan mereka baik-baik saja. Apalagi didepan suaminya Ia harus terlihat seperti Ibu yang sayang pada anaknya.
Dengan wajah kesalnya Ia menghampiri suaminya yang tengah minum teh santai di dalam kamar hotel.
" Apa kau sudah menghubungi Wira suamiku? Aku takut Ia akan lari kalau tahu tentang perjodohan ini, maka dari itu aku barusan menelponnya, tapi Dia malah menutup telponku begitu saja.." Adunya dengan wajah sok sedih dan kecewa.
" Aku sudah menyuruh sekretarisnya untuk memberitahu tentang acara makan malam nanti, jadi tak usah khawatir.."
'Yaa aku tak khawatir tentang makan malamnya, hanya saja aku khawatir semua tak sesuai harapanku. Aku berharap Anakmu itu segera menikah dan tak membuat masalah lagi..'
" Apa suatu hari nanti kau juga akan menjodohkan Wildan, seperti halnya Wira yang kau jodohkan dengan anak sahabatmu? Apa Dia tau alasan kau menjodohkannya??.."
" Wildan dan Wira adalah anak-anakku, aku berharap yang terbaik untuk mereka, apapun alasannya semua itu adalah pilihan terbaikku untuk masa depan Wira.." Tegas Wisnu yang menghentikan obrolan mereka dan larut dalam pikirannya sendiri. Dia merenung apa benar ini baik untuk anaknya, atau hanya akan membuat anaknya semakin jauh darinya.
****
Kamar Hotel
Setelah obrolan panjang dengan Ibunya, gadis itu masih terbaring dikamar hotelnya. Vio yang keluarganya juga lebih akrab memanggilnya Gleysha, masih bertanya tanya tentang alasan dibalik perjodohannya. Tentu saja Dia sudah paham tentang alasan Ayahnya, namun yang Ia sendiri masih belum tahu adalah alasan kenapa sahabat Ayahnya yang bahkan tak mengenalnya mau menjadikannya menantu.
Tuuut..tuuut .. telepon menyambungkan ke kontak bernama Mikha, Karna yang terbesit dibenaknya ketika ingin curhat hanyalah Mikha sahabatnya. Tanpa menunggu lama teleponnya tersambung.
" Hollaaaa.. Bukankah kamu sedang menikmati liburan bersama keluargamu??.." Yang disebrang agak heran karna setahunya sahabatnya ini sedang berlibur dengan keluarganya, jadi ada hal apa sampai menelponnya. Biasanya kalau sedang bersama keluarga dia tak pernah ada kabar karena ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya. "Waittt ada apa gerangan?, ada masalah kah? buruan cerita???..." Cercaan tanya tanpa jeda di utarakan Mikha yang curiga terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.
" Aku.. Aku.. Aku.." Ragu ingin berkata.
" Iya Kamu kenapa jangan buat orang penasaran dong??.."
" Aku dijodohkan.. hiks hiks.."
" Whaaat.. sama siapa? tampan kah? mapan kah? kenapa baru bilang, wah kamu mulai melupakanku karna dapat pacar ya.." Ucap Mikha kaget namun berujung protes.
" Mik, aku serius.. Aku dijodohkan dan aku baru tahu semalam, aku bahkan tidak tahu siapa dia, wajahnya ataupun kerjaannya. Ayahku yang memutuskan semuanya sendiri. Nanti malam kita akan bertemu dan yang membuat aku bingung adalah kenapa orang tuanya ingin aku menikah dengan anaknya, padahal mereka belum mengenalku sama sekali. Jujur aku penasaran dengan alasan kenapa harus aku???.."
" Sorry ya sayang.. Aku tidak bermaksud bercanda, uuhh rasanya aku ingin memelukmu. Kamu pasti sedang sedih sendirian, maaf aku tak ada saat kamu butuh hiks.. hiks.." Mikha malah menangis lebih keras dari Vio, padahal disini Vio yang curhat-_-. "But, pertanyaanmu yang terakhir membuat ku berpikir kedepan, jangan jangan.." Kata-kata Mikha menggantung membuat Vio juga penasaran. Dan juga kata berpikir terucap dari mulutnya itu sungguh hal yang jarang, karna Dia memang hampir tidak pernah berpikir.
" Jangan jangan apa?.."
" Jangan jangan, pria itu jelek, bau, tompelan, jerawatan atau bahkan kutuan, mungkin itu sebabnya orang tuanya menikahkannya dengan wanita tak dikenal.." Vio syok sekaligus tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu, dia sudah menduga kalau tidak mungkin Mikha berpikir sungguh-sungguh. " Itu bisa jadi kan, mungkin saja memang itu alasannya, jadi jangan tertawa dulu. Nanti malam selesai dinner jangan lupa call me yaa, bye.. Fightinggg sayang muaaah " Mikha menutup teleponnya sebelum Vio sempat menjawab, itu memang sudah kebiasaan sih. Lagipula jam sudah menunjukkan pukul 18.30 artinya 1 jam lagi acara makan malam sekaligus pertemuan keluarga dimulai.
'Baiklah Gleysha mungkin ini memang sudah jalan hidupmu, mau tidak mau kamu harus mencoba menerima. Sekarang aku akan bersiap, Aku akan berdandan cantik agar apapun alasannya mereka tak kecewa melihatku..'
Semangat dalam hatinya, yang Ia mantapkan untuk mencoba menerima perjodohan ini, toh kata ibu Ia masih bisa mengejar impiannya.
'Tapi bagaimana jika yang dikatakan Mikha tadi benar'. Dia membayangkan pria dengan deskripsi Mikha, namun segera menyadarkan diri dengan menepuk kedua pipinya.
'Aaaaaa apa aku kabur sajaaa..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments