"butiran salju perlahan turun ke bumi, lihatlah betapa indahnya bentuknya. Kristal salju berbentuk bunga akan mengobati sebuah luka. Sepertinya bukan untuk mengobati tapi membantu luka itu agar tidak terasa, dan aku berhasil. Luka itu sudah tidak terasa sakit lagi meskipun dinginnya salju tidak bisa membuatku merasakan kehangatan cinta lagi. Itu lebih baik bukan."
Hinana berjalan di trotoar sambil menikmati dinginnya udara. Kali ini ia memutuskan untuk berjalan kaki meskipun mobilnya sudah di kirim dari Tokyo oleh ibunya.
"selamat pagi semuanya, hari ini benar-benar dingin bukan? Membuatku malas untuk bekerja." sapa Tsubaki yang baru saja datang.
"setiap hari kau selalu malas bekerja bukan?" sahut Emi yang seperti biasa tak pernah akur dengan Tsubaki.
"selamat pagi Hinana." sapa Tsubaki
"selamat pagi juga."
"Eh... Ini kejutan buatku Hinana menjawab sambutanku." teriak Tsubaki hingga semua orang di ruang memperhatikannya.
"selamat pagi semuanya, hari ini wakil direktur datang. Aku mohon sambutannya." ucap Ren saat memasuki ruangan dan menggandeng seorang.
"Shota, kapan kau datang?" tanya Emi yang sudah familiar dengan Shota karena kakaknya Ren.
"Ren kau tega sekali kakak mu datang tidak memberitahu kami." sahun Tsubaki.
"selamat pagi semua, sudah lama tidak bertemu." sapa Shota dengan ramah dan semua menjawabnya.
Hinana pun melihat ke arah Shota.
"ternyata laki-laki itu adalah kakaknya Ren, pantas saja tak asing ku lihat." ucap Hinana dalam hati.
"oh iya Nana nanti selesai bekerja kau jangan pulang dulu, aku mengadakan pesta barbeque di rumah." Ren segera menghampiri meja Hinana.
"maaf aku tak tertarik."
"aku tak peduli kau harus datang, karena untuk merayakan pencapaian bulan November yang luar biasa. Jadi bekerja keraslah dengan baik." Ren menepuk kepala Hinana dengan lembut dan hal itu sontak membuat Hinana terkejut dan langsung menghindar.
Melihat kelakuan Hinana yang ketakukan malah membuat Ren tertawa.
"kau sangat lucu Nana." ucap Ren dengan senyumnya.
Terus terang saja Hinana tidak suka dengan perlakuan Ren yang seenak jidatnya. Tapi bagaimanapun juga Ren adalah atasannya. Selesai kerja Hinana berusaha kabur dari acara perusahaan, karena mengingat masa lalunya saat itu ia pernah kecewa. Mantan kekasih Hinana kabur dan menikah dengan teman dekatnya, ia tak tahu jika selama ini mereka berdua berpacaran di belakang Hinana.
"Um.. Ano tuan, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih atas payungnya. Maaf aku tak membawanya hari ini." Hinana bertemu dengan Shota di parkiran.
"oh kau yang waktu itu, tak masalah. Kau mau kemana?"
"aku ada urusan. Emm harus menjemput adik ku." Hinana mencoba untuk beralasan agar tak disuruhnya ikut pesta.
"kau butuh tumpangan?" tanya Shota dengan memberikan helm.
"ti-dak perlu, sampai jumpa." tolak Hinana dan segera pergi sebelum teman-teman yang lain melihatnya.
Hinana berjalan kaki menuju halte bus, kali ini ia ingin naik bus saja untuk mengingat masa indah waktu SMA dahulu.
Tanpa terduga sebuah motor sport putih berhenti di hadapannya.
"Nana ." sapa Ren sehingga membuat Hinana terkejut dan berlari.
"tunggu sebentar Nana.." teriak Ren kemudian mengejar dengan mobilnya. Ren berhenti tepat dihadapan Hinana dan keluar dari mobilnya.
"kenapa kau menghindariku? Apa aku menakutkan bagimu?" Ren segera memegang tangan Hinana agar tak kabur lagi.
"umm bisa kau lepaskan tanganmu."
"tidak akan, kau akan lari lagi jika ku lepas. Kenapa kau pulang dulu aku kan sudah memberi tahumu."
"sudah ku katakan aku tidak tertarik."
"ayolah Nana, ini hanya makan biasa sesama rekan satu team."
"tidak."
"kenapa, apa ada masalah?. Nana lihatlah mataku jika sedang berbicara." Ren memegang wajah Hinana dan mengangkat keatas agar Ren dapat melihatnya. Karena selama ini jika berbicara Hinana selalu mengalihkan pandangannya.
Dengan terpaksa Hinana melihat kearah Ren dan melihat kearah matanya.
"mata yang indah," gumam Hinana dalam hati.
"warna mata biru ke abu-abuan membuat sejuk untuk di lihat, ah tidak-tidak." dalam hati Hinana masih berteriak karena baru pertama kalinya ia bisa berkontak mata dengan orang lain, sehingga merasakan kesedihan lagi.
"Nana apa aku menyakitimu?" tanya Ren karena seketika melihat Hinana meneteskan air mata.
Hinana segera melepaskan tangan Ren dari wajahnya dan pergi.
"tunggu sebentar, aku minta maaf jika menyakitimu?" ucap Ren, sebenarnya Ren masih berpikir apa salahnya.
"tidak, jangan minta maaf kau tidak salah." Hinana menghentikan langkahnya dan berbalik. Sepertinya kali ini ia benar-benar keterlaluan, tidak seharusnya Hinana melampiaskan rasa sakitnya pada orang lain.
"datanglah ke pesta, semua orang menyambutmu. Tak apa jika kau tidak menyukai pesta tapi bisakah kau menghormati orang lain? Ada Shota wakil direktur baru setidaknya kita menyambutnya." Ren masih berharap agar Hinana mau bergabung dengannya.
Selama ini Ren selalu mengamati Hinana dari kejahuan. Hinana selalu sendiri makan pun selalu sembunyi dan mendengar semua rekan-rekan kantor membicarakannya. Meskipun Ren adalah atasan tapi tak menginginkan ada kesenjangan antara karyawannya.
"baiklah." jawab Hinana setelah sekian lama.
"Ah syukurlah. Ayo masuka lah kita sudah terlambat." senyum Ren mengembang di wajahnya kemudian membuka kan pintu mobil agar Hinana masuk.
Lima menit kemudian Hinana dan Ren sudah sampai di tempat.
"Ah Hinana kau sangat terlambat." ucap Emi saat melihat Hinana datang.
"maaf Emi."
"baiklah baiklah, mari bantu aku membakar beef." Emi kemudian menyerahkan tugasnya pada Hinana, sedangkan Emi menyiapkan yang lain.
"kau akrab dengannya." tanya Shota pada Ren karena tahu mereka kemari berdua.
"tidak begitu, aku merasa gadis itu di kucilkan di kantor."
"kau memang suka mencampuri urusan orang."
"itulah gunanya hidup." jawab Ren dengan meminum jusnya.
"aku melihatnya di Niseko, dia berjalan sendiri padahal salju turun sangat lebat."
"dia juga menolongku waktu itu, sebenarnya dia itu baik tapi posesif."
"kau tidak tahu siapa dia sebelumnya."
"tidak juga."
"dia seorang model, rumor mengatakan bahwa ia batal menikah karena di selingkuhi. Tapi aku tidak tahu apa itu dia karena namanya tidak sama." ucap Shota dengan melempar ponselnya ke Ren.
"memang siapa nama model itu."
"Arizawa Nana." jawab Shota kemudian berjalan kearah makanan yang sudah di siapkan.
Ren membuka posel Shota dan membaca sebuah berita, dan benar dalam news terposting foto Hinana yang memakai gaun merah. Media mengatakan seorang model yang kabur karena batalnya pernikahan.
"Aww." Teriak Hinana saat tangannya tersentuh tungku yang sangat panas. Hinana tak pernah melakukan hal itu sebelumnya. Dan membuat semua orang melihat Hinana.
Ren yang melihat segera menghampiri dan ingin menolongnya.
PLAK!!!!
Hinana menampar Ren saat Ren memegang tangannya dan hal itu mengejutkan semua orang.
"apa dia gila, dia menampar tuan Ren." ucap salah satu orang.
"ternyata dia benar-benar buruk, tak seharusnya tuan Ren mempromosikannya."
"mentang-mentang model seenaknya saja."
Hinaan demi hinaan terlontar dari mulut orang-orang yang ada di pesta.
"maaf tuan Ren." ucap Hinana yang tidak sengaja menampar Ren karena respon yang begitu cepat. Hinana meninggalkan tempat itu.
"Hinana...." Teriak Emi dan melihat Hinana pergi.
Ren masih tak percaya dengan apa yang terjadi, karena selama ini tidak pernah ada wanita yang menyakiti wajah tampannya itu. Ren berusaha mengejar Hinana, Shota yang melihat Ren kemudian mengikutinya dari belakang agar Ren tak berlari.
"tunggu sebentar Nana..."
"Hinana tunggu." panggil Ren tapi Hinana semakin cepat berjalan.
"ku perintahkan berhenti Hinana." teriak Ren dan membuat Hinana berhenti begitu juga dengan Shota di belakang Ren.
Ren berjalan mendekati Hinana yang terdiam.
"ku obati dulu luka mu sebelum parah." ucap Ren dengan meneteskan obat bakar ke luka Hinana.
"lepaskanlah."
"tuan Ren, kau bisa memecatku aku sudah bersalah."
"diamlah nanti perbannya berantakan." ucap Ren tanpa memperdulikan Hinana.
"kenapa kau melakukannya.?" tanya Hinana dan mulai menatap kearah Ren.
"kau mau pulang? Tunggulah sebentar akan ku ambilkan tas mu." Ren tersenyum ke arah Hinana.
"kau tidak jawab pertanyaanku, kenapa, kenapa. Padahal aku sudah memukul..." ucapan Hinana terhenti karena Ren segera memeluk Hinana. Ia tak perduli jika akan ditamparnya berkali-kali.
Shota Koizumi kakak dari Ren. Fotografer asal Paris dan menjadi wakil direktur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Ayano
Ni hao kak
Aku bacanya nyicil ya jadi ke depan mungkin udah ada revisi. Cuma mau ngasih saran setelah kutip dialog atau awal kalimat sebaiknya pakai huruf kapital
Nanti mampir again diriku 🤗🤗
2023-04-14
0