Senin sore Hinana telah selesai melakukan pekerjaanya, teman-temannya mengajak untuk makan bersama tapi Hinana menolaknya. Di parkiran ia menunggu seseorang.
" tuan Direktur, ada yang ingin ku sampaikan." Hinana segera menghampirinya ketika orang yang ditunggu akhirnya datang juga.
"ada apa.?"
"aku minta maaf saat itu, saat dikereta aku sedang dalam masalah dan saat di stasiun juga. Tidak seharusnya aku melampiaskan kemarahanku pada orang lain. Jadi aku benar-benar minta maaf." ucap Hinana dengan membungkukkan badan karena benar-benar menyesal. Jika ia tahu bahwa laki-laki itu adalah atasannya mungkin ia akan bersikap sedikit lebih sopan.
Tak butuh lama Ren kemudian tertawa terbahak-bahak karena mendengar permintaan maaf Hinana.
"Heh, apakah ada yang lucu." tanya Hinana
"tidak, tidak. Aku tak menyangka jika kau masih mengigatku, padahal sudah terjadi satu bulan yang lalu."
"Eh begitukah," Hinana menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia tak menyangka jika permintaan maafnya akan ditertawakan. Hinana mengira saat Direktur menatapnya dengan tajam karena kejadian di kereta dan akan memecatnya.
"maaf maaf menurutku kau lucu. Siapa namamu aku lupa?"
"Hinana Arizawa."
"Hinana, senang bisa bekerja sama denganmu. Oh iya aku akan makan malam dengan teman-teman ku apa kau mau ikut?"
"Eh, maaf aku tidak bisa. Aku harus segera pulang."
"kau bawa mobil?"
"tidak, aku akan naik taksi."
"kalau begitu ku antar pulang saja." Ren menawarkan tumpangan. Karena Ren menganggap semua karyawan adalah temannya saat sedang tidak bekerja.
"tidak perlu, !!! Maaf maksudku aku bisa pulang sendiri. Sampai jumpa tuan." Hinana berusaha menolak ajakan dari Ren karena ia memutuskan untuk tidak berteman dengan siapapun terutama laki-laki.
Ren Koizumi adalah seorang Direktur utama di sebuah perusahaan perancang baju. Meskipun dia menjadi Direktur tapi sifat dan penampilannya terkesan santai. Kepribadiannya berbeda 180 derajat dari Hinana.
Hinana telah sampai di rumah dan melihat ada sebuah paket di meja.
"aku pulang."
"selamat datang apa kau memesan baju lagi Hinana." teriak Miyo-san di dapur saat tahu Hinana sudah pulang.
"em.."
"kau kemari membawa baju-baju mu yang bagus, mengapa kau berika pada Keiko?" Miyo-san menghampiri Hinana.
"aku sudah bosan, lagi pula dengam pekerjaanku yang sekarang aku lebih cocok dengan outfitku yang sekarang." jawab Hinana dengan santai dan mengeluarkan satu persatu pesanannya.
"apa kau baik-baik saja, melepaskan pekerjaanmu yang dulu?"
"em." angguk Hinana setelah agak lama berpikir.
Menjadi model memang sudah jadi impiannya saat kecil, tapi saat semua itu terjadi Hinana kehilangan semua impiannya.
"kau mungkin lelah, istirahatlah dulu Bibi akan buatkan makan malam."
"baiklah." ucap Hinana dan membawa sekardus pesanannya ke kamar.
Hinana masih tidur satu kamar dengan Keiko karena Keiko sendiri yang memintanya. Ibunya sudah menyewakan apartemen untuk Hinana tapi karena ia tak enak menolak ajakan Bibi nya, mungkin setelah beberapa bulan ia akan pindah.
"Onii-san kau membeli pakaian lagi."
"em."
"boleh aku lihat, Onii bisakah kau tidak membeli selain warna hitam?" Keiko yang dari semangat menjadi lemas karena tahu kalau kakak nya sering memakai baju gelap akhir-akhir ini.
"aku juga membeli warna abu-abu." jawabnya santai
"Onii semua baju mu sangat bagus, kenapa tak mau memakainya lagi."
"bajunya sudah tua, lagian aku sudah memberinya padamu."
"ibu melarangku untuk memakainya."
"kenapa?"
"jika aku memakainya dan kau melihatnya Onii-san akan sedih."
"terserah kau saja Keiko." ucap Hinana dengan tenang meskipun sebenarnya ia memikirkan ucapan Keiko.
Malam harinya Hinana, Keiko dan Bibinya seperti biasa makan malam bersama.
"Hinana, kenapa kau sekarang menjadi pendiam. Dulu kau selalu bercerita tentang apa yang terjadi di sekolahmu. Meskipun hari- hari mu di sekolah menyenangkan atau tidak kau selalu bercerita dengan bersemangat." ucap Miyo-san karena mulai khawatir dengan keponakannya.
"itu dulu Bibi sudah sangat lama, sekarang tidak ada yang menarik untuk di ceritakan."
"hanya saja Bibi merindukan Hinana yang dulu."
"Bibi itu sudah sangat lama sejak aku masih SD, aku sudah selesai makan. Aku akan istirahat dulu Bi terimakasih makanannya." Kemudian Hinana beranjak pergi menuju kamarnya.
"ibu ada apa dengan Onii-san. Aku kira saat dia kemari akan jadi menyenangkan"
"Hinana sedang dalam keadaan kurang baik. Keiko maukah kau tetap menemaninya, aku merasa kasihan padanya. Sejak mantan kekasihnya membatalkan pernikahan, Hinana kehilangan jati dirinya ia tak pernah tertawa bahkan menangis di hari itu."
"siap ibu, aku bisa di andalkan."
"terimakasih putri ibu yang sangat baik." puji Miyo-san kepadan Keiko anaknya.
Seperti biasa kemudian Keiko membantu ibunya membereskan sisa-sisa piring sehabis makan malam.
Keiko sering tinggal berdua dengan ibunya karena ayahnya yang bekerja di luar kota dan pulang hanya enam bulan sekali. Kedatangan Hinana sebenarnya membuat Keiko senang karena memiliki teman, tapi harapan itu sirna saat Keiko tahu keadaan Hinana yang sangat terpuruk.
"selamat pagi." sapa Ren pada rekan-rekan kerja
"selamat pagi." balas Tsubaki dan Arumi
"Tuan Ren ini hasil pemasaran bulan ini, silahkan kau lihat dulu." Tsubaki menyerahkan laporan pada Ren.
"Ah syukurlah banyak permintaan, trimakasih Tsubaki kerja bagus."
"semua ini berkat karyawan baru kita."
"siapa?"
"Nona Hinana, semua kerja kerasnya patut dapat apresiai." Tsubaki melirikkan pandangan ke Hinana. Sementara Hinana masih terfokus pada komputernya.
"tentu saja, kembalilah bekerja."
Meskipun awalnya Hinana terpaksa dengan pekerjaannya tapi seiring berjalannya waktu ia mulai menyukainya.
Dulunya Hinana memang menjadi model tapi tidak terlalu mengenal fashion, apa yang ia pakai semua untuk kepentingan sponsor.
"Hinana, ayo makan siang bersama." Emi mengajak untuk keluar karena sudah jam istirahat.
"maaf tapi aku sudah membawa bekal."
"eehh kau selalu begitu."
"Bibi ku sudah bekerja keras membuatkannya."
"iya iya kau memang anak berbakti Hinana."
"kita makan siang bersama tak masalah jika kau bawa bekal makanmu." Tsubaki menghampiri Hinana dan Emi.
"iya benar, ayo Hinana." Emi menarik tangan Hinana
Sementara Hinana mencoba menolaknya dengan halus.
"maaf Emi. Tapi.."
"iya tak apa Hinana, besok aku akan bawa bekal juga dan kita makan bersama. Daah Hinana."
"Ayo Tsubaki aku sudah sangat lapar." Emi mengajak Tsubaki untuk segera keluar dan Tsubaki mengikutinya.
Hinana membuka bekal makan siangnya, ia sudah sering menolak ajakan teman-temannya sejak hari pertama kerja.
Hinana masih sulit berteman kaarena teman baik nya sendiri yang menghianatinya.
"Hinana kau juga membawa bekal, ayo makan siang bersama." Arumi berjalan ke arah Hinana dengan membawa bekalnya.
"Maaf Arumi tapi aku harus keluar." Ucap Hinana kemudian keluar meninggalkan Arumi dan temannya Rena.
"baiklah Hinana."
"ku pikir Hinana adalah orang yang menyenangkan, ternyata tidak."
"jaga ucapanmu Arumi." Rena mencoba mengingatkan Arumi karena Hinana masih belum jauh dari mereka.
Hinana mendengar perkataan dua orang temannya tapi sepertinya ia sudah tidak peduli lagi. Hinana segera pergi dengan membawa bekal makan siangnya.
Tsubaki Masataka sahabat Ren saat SMA
Arumi Ikura
Emi Fujuku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Dewi Mar'atush
makasih ya kakak.
masih banyak kkurangan
2023-04-13
0
Ayano
Semangat kakak thor
Aku bakalan mampir again. Tadinya mo ngasih sedikit komen tapi karena masih awal jadi berusaha nikmatin cerita awalnya dulu.
2023-04-13
0