Hinana tak percaya jika Ren memeluknya dan betapa anehnya Hinana tak bisa menolak pelukan itu. Ingin rasanya Hinana menangis tapi tak pernah bisa, itu karena Hinana sudah memutuskan untuk tidak menjadi lemah.
Shota yang melihat dari kejahuan segera mengalihkan pandangannya. Karena sudah lama adiknya tidak pernah mendekati wanita. Dan Shota pun memutuskan untuk pergi membiarkan mereka berdua.
"jika sakit katakanlah sakit, jika ingin menangis maka menangislah tak perlu di tahan. Memang semua itu tidak akan menyelesaikan masalah, tapi setidaknya bisa membuatnya merasa lega." ucap Ren setelah memeluk Hinana sangat lama.
"maafkan aku tuan Ren." Hinana pada akhirnya menjatuhkan air matanya setelah memandang ke arah Ren. Dan Ren memakaikan topi flat cap nya untuk menutupi Hinana yang mungkin akan menangis.
"aku akan mengantarmu pulang, udara di sini sangat dingin jangam sampai kau sakit."
Ren mengantarkan Hinana pulang ke rumah Bibinya, dan mereka berdua di sambut hangat oleh Miyo-san dan Keiko.
"Akhirnya Onii-san punya teman." ucap Keiko dan segera memeluk Hinana. Sementara Ren tersenyum mendengar ucapan Keiko.
"Aw." rintih Hinana saat tak sengaja Keiko memegang tangannya.
"eh Onii kau terluka, kenapa?"
"tidak apa-apa, hanya terkena tungku saja."
"terima kasih sudah mengantarku pulang. Kau bisa pulang sekarang." ucap Hinana pada Ren.
"Eh, masuklah dulu. Hinana tidak seharusnya kau mengusirnya. Mari masuklah dulu." Miyo-san menyuruh agar Ren masuk rumahnya dahulu.
"terima kasih Bibi," Ren mengikuti ajakan Bibi nya Hinana.
"Keiko, bawa masuk Hinana mungkin butuh istirahat."
"terima kasih tuan muda sudah mengantar Hinana dengan selamat, minumlah secangkir macha agar membuatmu hangat."
"terima kasih Bi, oh ya panggil saja aku Ren."
"apa kau temannya Hinana?"
"iya, "
"syukurlah anak itu sudah bisa berteman lagi, semenjak kejadian itu Hinana selalu menutup diri dan tak mempercayai orang lain."
"maaf kalau boleh tahu ada apa dengannya?"
"Hinana belum menceritakan padamu?" tanya Miyo-san dan Ren menggelengkan kepala.
"seharusnya hari Sabtu di bulan Juni Hinana akan menikah, tapi kekasihnya membatalkan pernikahannya. Kekasihnya memilih menikahi sahabat Hinana. Sejak saat itu Hinana berubah menjadi pendiam. Ibunya selalu khawatir Hinana bahkan tidak menangis saat mantan kekasihnya sendiri yang mengatakan." Miyo-san menceritakan pengalaman pahit Hinana kepada Ren.
Ren yang mendengarkan ceritanya teringat rumor yang ada pada ponsel Shota. Dan ternyata benar Hinana adalah model itu, pantas saja saat Ren mengambil gambar di kereta view nya sangat cocok.
"maaf jika aku lancang, apakah Hinana kemari hanya untuk melupakan mantan kekasihnya?" tanya Ren dengan ragu.
"entahlah, ibunya mengira Hinana akan bunuh diri. Tapi aku tahu Hinana tak selemah itu. Dia mencari pekerjaan disini dan keluar dari dunia entertaiment."
"Eh tamunya belum pulang.?" tanya Keiko saat turun dari tangga.
"bagaimana dengan kakakmu?." tanya Miyo-san
"sudah tidur bu. Teman kak Hinana ternyata keren juga."
"hust Keiko jaga kelakuanmu."
"tidak apa, tak perlu terlalu formal bibi aku suka becanda."
"kau masih sekolah?"
"tentu saja, aku murid tahun terakhir."
"baguslah belajarlah yang rajin. Aku permisi dulu."
"Eh sudah mau pergi ya, baru ku buatkan makanan." sahut Miyo-san dari dapur.
"tidak usah repot-repot Bibi aku hanya mengantar Nana ."
"dirumah kami tidak ada apa-apa, makanlah buah Tuan." Keiko segera membawakan buah-buahan karena sudah sewajarnya memberikan tamu yang pantas.
"Eh banana?"
"ambil lah tuan."
"terima kasih, apa kau mengimpor nya?" tanya Ren dengan mengambil buah pisang. Di jepang sulit sekali ditemukan buah pisang.
"tentu aku dan kak Hinana menyukainya, kau juga suka?"
"iya, panggil aku Ren saja."
"tapi kau jauh lebih tua dari ku. Aku akan panggil kau Onii-san."
"terserah kau saja, terima kasih buahnya." ucap Ren dengan menikmati buah pisangnya.
Keesokan harinya Hinana terbangun karena Keiko membuka tirai kamarnya, sehingga sinar matahari langsung masuk ke kamarnya.
"selamat pagi Onii-san, ayo sarapan pagi." sapa Keiko seperti biasanya.
"selamat pagi. Aku akan turun sebentar lagi." jawab Hinana dan melihat adik sepupunya sudah pergi.
Hari ini Hinana tidak berencana untuk pergi kerja. Kejadian malam kemarin membuat Hinana malu karena Hinana merasa kurang ajar dengan Ren.
"kau tak bekerja?" tanya Miyo-san saat melihat Hinana duduk di meja makan.
"hem."
"apa kau sedang sakit? bagaimana dengan luka di tanganmu?, kemarilah Bibi obati." Miyo-san membawa perban dan akan mengganti.
"tidak perlu, nanti akan sembuh sendiri." Hinana langsung menarik tangannya saat Miyo-san memegangnya.
Miyo-san tidak memaksa karena bagaimana pun juga ia sudah paham dengan sikap Hinana yang sangat berubah.
"aku pergi dulu ibu, daah kak Hinana." Keiko segera pergi ke sekolah. Keiko juga paham kalau Hinana sudah mulai berubah dan tak ingin membuat Hinana sedih.
"terima kasih atas makanannya Bibi, aku kembali ke kamar dulu." ucap Hinana dan meninggalkan Bibinya.
Dikamar hanya ada Hinana sendiri, pandangannya tertuju pada koper besarnya. Kemudian Hinana membuka kopernya dan mengambil sebuah album foto yang besar.
"Yukiatsu." ucapnya lirih dengan menyentuh foto prewednya.
Hinana tak bisa menangis meskipun di dalam hatinya sangat sakit. Ia sangat marah kepada Yukiatsu mantan kekasihnya dan Saiko teman dekat yang menghianatinya.
Sebuah mobil putih terparkir di halaman rumah, Hinana tahu pemiliknya siapa lagi kalau bukan Ren Koizumi.
"Hinana ada temanmu." teriak Miyo-san dari ruang bawah.
"apa dia tidak ada kerjaan.?" ucap Hinana dengan kesal kemudian membereskan album fotonya dan segera turun.
"kau absen kerja, apakah masih sakit?." tanya Ren ketika melihat Hinana.
"bukan urusanmu, aku akan keluar dari pekerjaanku. Surat pengunduran diriku segera menyusul." jawab Hinana dan kembali ke kamarnya tapi Ren berhasil mencegahnya.
"tunggu."
"Bibi akan pergi ke halaman depan, lanjutkan urusan kalian." ucap Miyo-san karena tak ingin mengganggu.
"tunggu sebentar kau tak boleh keluar, aku telah mempromosikanmu menjadi manager."
"aku tidak tertarik."
"tapi aku tertarik, pekerjaanmu semakin lama semakin bagus." Ren memegang tangan Hinana yang terluka dan Hianana berusaha menepis tapi genggaman Ren sangat kuat.
"aku akan mengganti perban nya. Sebentar saja ini tidak akan sakit, jika perban nya kotor maka bakteri akan menempel. Selesai." ucap Ren dengan mengganti perban Hinana dengan sangat terampil.
"kenapa kau peduli padaku?." Hinana bertanya karena selama ini Ren cukup baik padanya.
"karena kau adalah temanku."
"aku tak ingin berteman dengan siapa pun." jawab Hinana dengan tegas sehingga membuat Ren terdiam.
"ini. Besok kembalilah bekerja." Ren menyerahkan tas milik Hinana karena kemarin meninggalkannya di teras rumahnya.
Hinana mengambilnya tanpa berkata apapun dan Hinana membiarkan Ren pergi. Memang itu yang di harapkannya, meskipun Ren cukup baik padanya tapi Hinana semakin tidak menyukainya.
Sebelum Ren masuk ke dalam mobilnya ia memandangi Hinana dari kejahuan. Baru kali ini Ren menemukan seseorang yang sangat keras hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments