Currr
Gamma mengguyur atas kepalanya dengan air dingin. Dahinya yang terlihat mengerut mulai kembali seperti semula. Pria itu terlihat hendak meredakan emosinya yang memuncak. Pagi harinya di Belanda harus kandas akibat paksaan sang ayah memintanya untuk segera kembali ke Indonesia, ditambah tepat pada saat sang ayah menyerahkan segala kendali perusahaan pada Gamma.
Canis Kingdom, perusahaan yang teramat besar bergerak dibidang produksi. Gamma sendiri selama ini tak pernah mau dipusingkan mengenai urusan perusahaan ayahnya, dia mau membantu namun tak pernah mau mengambil kendali penuh. Dan kini sang ayah malah dengan begitu entengnya memaksa kembali dan akan pensiun mengurus perusahaan. Ayahnya belum terlalu tua sehingga harus menyerahkan semuanya pada Gamma.
Pria itu mematikan shower yang mengguyur kepala dan tubuhnya. Ia berjalan keluar dengan tubuh bertelanjang dada. Mengacak-acak rambutnya yang basah seraya tangannya mencari ponsel miliknya yang diletakkan dinakas samping ranjang. Pria itu terlihat hendak menghubungi seseorang.
“Aiden. Jam berapa aku harus berangkat?”
“....”
“Apa! Shit.”
Gamma kembali emosi. Dengan sembarang ia melempar ponselnya dan segera membuka lemari pakaian. Pria itu dengan asal mengambil kemeja dengan setelan jasnya dan dengan terburu-buru memakainya. Setelah selesai memakai pakaian pria itu melangkahkan kakinya dengan lebar, kembali mengambil ponsel dan memasukan ke saku jasnya.
Gamma keluar dari Apartemennya masih dengan gurat kekesalan yang begitu nampak. Akhirnya hari ini tiba, hari dimana Gamma harus kembali setelah 5 tahun lamanya ia melakukan pelarian dan tak pernah mau kembali ke Indonesia. Pria itu tau bahwa akan ada saatnya Gamma harus pulang tetapi tak ia sangka bahwa itu adalah hari ini.
Dia memandang langit yang begitu luas tanpa ujung. Hari ini terlihat sangat cerah dan bersahabat di Amsterdam bahkan butiran salju pun tak lagi turun seperti biasa. Kelihatannya semua begitu menginginkanya kembali. Kembali setelah sekian lama tak pernah mau lagi menginjakan kakinya ketika kekasih, orang yang ia cintai pergi meninggalkannya dan tak akan pernah kembali. Meninggalkan harta terpenting yang bahkan bagi Gamma itu bukanlah segalanya.
Keluarga, Alpha dan Ailee seolah memanggilnya untuk pulang. Meskipun Gamma tak pernah lagi tahu kemanakah dia harus pulang sedangkan Aily sudah pergi. Namun tetap saja Aily tetap menuntunnya, menuntun Gamma untuk kembali meskipun tak punya tempat untuk kembali, menuntun Gamma untuk tidak lari lagi dari kenyataan, menuntun pria itu lagi agar kembali kuat setelah kehilangan.
“Aily... aku kembali.”
[]
Cup
Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda memeluk cucunya dengan sayang. Gurat kebahagian muncul di wajah Ellen ketika melihat Alpha terganggu dalam tidurnya akibat ribuan kecupan yang diberikan Ellen. Wajah bocah yang sudah terlihat tampan seperti anaknya itu terlihat lucu, bulu matanya yang terlihat amat lentik bergerak.
“Alpha sayangnya Oma... bangun....” Ellen membujuk Alpha untuk segera bangun dari posisi berbaringnya. Namun bocah itu seperti pura-pura tak mendengarnya.
Cup
Lagi dan lagi Ellen memberi kecupan yang kali ini pada pipi gembul bocah itu. “Bangun sebelum oma gigit pipinya...” nada ancaman Ellen terlihat berhasil membuat Alpha membuka matanya.
“Oma... Alpha masih ngantuk...” seraknya suara Alpha terdengar menggelikan ditelinga Ellen. Wanita itu mengangkat tubuh Alpha dengan kedua tangannya dan membawa kegendongan.
“Bangun sayang.. hari ini dad pulang loh,” Alpha mencerna ucapan omanya. Matanya terlihat berbinar terang, wajahnya berseri-seri. Namun hanya sekejab sebelum bocah itu mengingat sesuatu yang langsung mengubah mimik wajahnya menjadi mendung.
Dia mencengkram leher Ellen, “Untuk apa dad pulang. Alpha takut kalo dad pulang.” Ucapan Alpha menghentikan Ellen yang hendak menuju kamar mandi menyiapkan air hangat untuk Alpha mandi.
“Alpha gak kangen sama dad?” Dia bertanya pada cucu semata wayangnya itu yang langsung dijawab dengan gelengan oleh Alpha.
“Oma... kalo Alpha kangen emangnya dad bisa kangen Alpha juga?” Bocah kecil itu terlihat pintar kembali bertanya pada omanya. Ellen tertegun, bingung hendak menjawab apa. Wajah Alpha terlihat begitu tak banyak berharap akan ayahnya. Bocah itu lalu kembali masuk kedalam ceruk leher Ellen.
Sedangkan Ellen memutuskan untuk tak melanjutkan lagi berbicara dengan Alpha. Membicarakan Gamma pada bocah kecil itu hanya membuat Alpha menyadari bahwa Gamma tak pernah menunjukan kasih sayangnya pada putranya sendiri. Membuat Ellen mengingat ketika Gamma meneriaki Alpha yang baru lahir dan menyalahkan Alpha atas meninggalnya Aily.
Waktu itu saat Gamma entah pergi kemana dan tak kembali bahkan untuk sekedar hadir dipemakaman Aily. Ellen kira Gamma membutuhkan waktu untuk sendiri lalu kembali memutuskan untuk mengikhlaskan Aily dan merawat putranya. Tapi nyatanya dugaan Ellen salah Gamma lari meninggalkan Alpha. Setiap Ellen meminta putranya kembali Gamma selalu mencari alasan untuk tak pulang.
Sesekali memang pria itu pulang. Membuat Alpha yang tadinya hanya mendengar kisah ayahnya dari mulut oma jadi tahu wajah pria itu. Ellen bilang wajah Alpha mirip seperti wajah tampan ayahnya. Ellen bilang Gamma akan kembali untuk sekedar menengok Alpha kecil. Namun Alpha jelas tahu, Gamma tak pernah mau menyentuhnya untuk sekedar menengok Alpha saja pria itu terlihat enggan.
Seperti ada kilatan kebencian di mata tajam Gamma saat melihat Alpha. Alpha ingin dipeluk dan disayang oleh orang yang oma bilang adalah dad-nya itu namun rasanya ia takut setiap kali melihat wajah dingin tak bersahabat yang ditunjukan Gamma. Dia menatap Alpha seperti sekedar hama dihidupnya.
[][]
“Oma!” teriakan Alpha Xavier Canis, putra Gamma melengking memenuhi rumah besar keluarga Canis. Alpha terlihat berlarian dengan kaki kecilnya menghampiri Ellen, sedangkan wanita itu terlihat merentangkan tangannya agar Alpha menuju kepelukannya dan hap Alpha masuk kepelukan omanya.
“Dad mana oma!” Alpha terlihat antusias, bocah itu meskipun ditolak oleh Gamma beberapa kali tak pernah merasa putus asa. Ia harus mendapatkan kasih sayang Gamma.
“Dad? Dia sepertinya ada diruang kerja sayang.” Cup. Ellen menciumi Alpha yang begitu wangi dipenuhi aroma bayi.
Alpha yang risih dan segera ingin menemui dadnya terlihat berontak dari gendongan Ellen. Ellen pun terpaksa melepas Alpha. Bocah cilik itu langsung pergi menghilang menuju ke ruangan tempat ayahnya berada itu.
Alpha membuka pintu besar dengan sedikit tenaga, karena memang tubuhnya yang kecil agak sulit memutar gagang pintu. Dengan pelan ia membuka secara perlahan, kepalanya masuk sedikit mengintip apakah yang sedang dilakukan Gamma didalam ruangan gelap itu.
“Apa yang kau lakukan disini?” Alpha terjengkit kaget mendengar suara bariton Gamma yang begitu tiba-tiba. Pria itu sudah berada tepat dihadapannya. Dadnya begitu tinggi.
“Da—ad...” Alpha terlihat takut namun ia lebih ingin dipeluk oleh Gamma. Ia memajukan langkahnya kecil. Sedangkan Gamma memberikan Alpha tatapan menusuk dan terus memperhatikan gerakan bocah itu. Alpha terlihat ingin menyentuh tangan Gamma yang tergantung bebas. Pria itu yang tahu segera memundurkan tubuhnya menjauh dari Alpha.
“Pergi!” Gamma menaikan suaranya satu oktaf. Dia tak ingin berjumpa dengan Alpha. Namun anak itu terlihat tak menurut dan malah tetap menyusul langkahnya. Keiinginan Alpha untuk disayang Gamma begitu besar.
“Pergi! Anak pembawa masalah!” Alpha baru memundurkan langkahnya. Pembawa masalah? Apa itu, mengapa rasanya menyakitkan. Seperti ditolak.
[][][]
Bukan Part penting. Cuma sedih hihi
:(
Klik Jempol jangan lupa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
akukentang!!
alpha 🥺🥺🥺🥺
2021-12-03
1
Meylin
masih blm paham alurnya aily ma Ailee apa hubnya ya sudara kmbarkah🤔
2021-07-12
1
Diana Susanti
sedih kak juga
2021-01-19
0