Rasanya, baru sebentar Bima tidur saat tiba-tiba bis membunyikan klakson dengan kencang membuat Bima dan Azzam bangun gelagapan. Bima dan Azam lekas berdiri guna melihat keadaan. Ternyata, dari arah berlawanan, ada bis lain yang entah kenapa oleng ke kanan yang artinya menutupi jalur bis yang sedang mereka tumpangi. Alhasil, Sopir bis yang mereka tumpangi, membanting setir ke kanan dengan keras dan membuat bis mereka terguling. Bima beserta seluruh penumpang terpelanting, terbentur kursi, besi pegangan dan lain-lain hingga bis berhenti berguling. Akan lebih mudah jika pingsan, sayangnya, Bima dan Azam masih sadar untuk merasakan nyeri di sekujur tubuh mereka. Darah mengucur di beberapa bagian tubuh. Kepala menjadi pening dan pandangan sedikit kabur.
"Astaghfirulloh! ya Alloh!"
Bima menoleh ke samping dan mendapati Azzam yang masih terlelap. Ternyata, yang baru saja ia alami, hanyalah sebuah mimpi.
"Ya Alloh, alhamdulillah hanya mimpi," gumam Bima.
Bima menenangkan diri sejenak sembari menormalkan deru napas sebelum kemudian beranjak ke toilet untuk mencuci wajah. Tak lama kemudian, ia kembali ke tempat duduknya. Saat kembali duduk inilah, Azzam tampak tak biasa.
"Sudah bangun Zam?" tanya Bima berbasa-basi dan tengah bersiap untuk menceritakan mimpinya.
Sayangnya, Azam tidak meresponnya. Azam terlihat seperti perempuan yang sedang membelai rambut panjangnya. Karena merasa aneh, Bima lantas bertanya.
"Kamu ngapain sih Zam?"
Azam masih diam dan terus membelai sesuatu yang tidak terlihat. Dari gerakan tangannya, sungguh seperti perempuan yang sedang membelai rambut perlahan.
"Jangan gitu lah Zam! kurang kerjaan banget."
Sekali lagi, Azam diam membuat Bima kian gerah.
"Obsesi jadi bencong kamu ya? ngapain sih?"
Mendengar ucapan Bima, Azzam pun menoleh perlahan lalu tersenyum.
"Jijik tahu? jangan senyum²!"
Tak lama kemudian, Azzam berucap yang mana ucapannya langsung membuat Bima terkejut. Bagaimana tidak, suara Azzam tiba-tiba berubah menjadi suara perempuan.
"Ada apa mas? mau kenalan dengan saya?"
Bima terjingkat seraya membeku tidak dapat berkata apa-apa. Sosok yang merasuki Azam kini tertawa cekikikan.
"Kuntila-nak.." ucap Bima terbata.
"Saya Roro mas, bukan Kuntilanak," jawab sosok itu disusul tawa cekikikan lagi.
Bima berteriak heboh namun, para penumpang tak ada yang bergerak sedikit pun. Sekedar menoleh saja, tidak. Tak lama kemudian, sosok yang merasuki Azam keluar. Tidak menghilang melainkan hanya melayang lalu merayap di badan bis hingga ke langit-langit bis. Hampir saja Bima pingsan dibuatnya. Bagaimana tidak, rupa sosok perempuan itu sangatlah menyeramkam. Rambutnya panjang tapi matanya hanya ada sebelah. Mulutnya sangat lebar sampai ke telinga. Bima mematung tak bergerak hingga akhirnya pingsan juga.
Entah berapa lama Bima pingsan. Ketika bangun, ia telah dibaringkan di kursi bis yang kosong dan Azam menungguinya. Bima mengerjapkan matanya beberapa kali seraya coba mengingat perihal apa yang telah terjadi.
"Bim.."
Bima melirik Azam.
"Sudah sadar kamu Bim?"
"Zam.."
"Iya?"
"Sakit banget nih kepalaku."
"Iya, kamu tadi pingsan dan kepalamu terbentur kursi."
"Kamu tahu?"
"Tahu, pas banget pas aku bangun tidur tadi."
"Em.. lalu.. kanu lihat sosok perempuan gak?" tanya Bima antusias.
"Perempuan yang mana?"
"Perempuan yang.. eh kamu, kamu tadi kerasukan Zam."
"Kerasukan gimana? aku baik-baik saja kok."
"Zam, ada yang gak beres sama bis ini dan mereka semua aneh," ucap Bima sembari melirik ke para penumpang yang lain.
"Kalau soal itu, aku sih.."
Belum selesai Azam bicara, Kernet Bis memberikan aba-aba agar semua penumpang turun karena mereka semua akan diberikan konsumsi makan malam di rumah makan yang telah disediakan.
"Kita turun dulu Bim!"
"Iya."
Azam membantu Bima berdiri dan kemudian turun bersama menuju rumah makan yang ditunjukkan.
"Rumah Makan Bu Rose," gumam Bima mengeja nama rumah makan di depannya.
Rumah makan bu Rose terlihat normal seperti rumah makan pada umumnya. Terdapat tiga orang penjual di sana. Tampaknya, ini adalah rumah makan langganan yang sudah biasa bekerja sama dengan sopir dan kernet bis yang sedang mereka tumpangi. Ketika bis tiba, ketiga penjual lekas menghitung jumlah penumpang dan kemudian menyajikan makanan beserta minuman. Azam dan Bima duduk di kursi yang telah disediakan sembari mengamati sekitar.
"Kalau soal rumah makannya sih.. kayaknya gak ada yang janggal," gumam Bima.
"Apa Bim?"
"Rumah makan ini, normal-normal saja, gak ada yang aneh."
"Memangnya kamu pikir bakal seaneh apa?"
"Takut saja Zam, nih ya aku ceritain. Kamu tadi kerasukan dan yang merasukimu itu sejenis kuntilanak. Wujudnya perempuan dengan rambut panjang tapi, matanya cuma satu dan yang paling menyeramkan adalah, mulutnya itu lebar banget sampai ke telinga."
"Hah, yang benar? aku gak ngrasain apa-apa."
"Ya kan kamu emang lagi gak sadar tadi."
"Tapi, serius apa bercandaan nih? kalau bercanda, sumpah gak lucu Bim."
"Beneran Zam, kalau bohong, lah kenapa aku bisa pingsan?"
"Emm... serius kamu lihat penampakan?"
"Iya Zam, masih gak percaya kamu?"
"Kayaknya, ada yang salah sama kamu. Rasanya, kamu digangguin makhluk halus terus."
"Kok jadi aku yang salah?"
"Pokoknya salahmu."
"Hemm.."
Bima berdehem seraya meminum teh hangat yang telah disajikan di meja. Sementara Azam mulai menyuapkan sesuap nasi ke mulutnya.
"Gimana kalau kita ganti bis Zam?"
"Buat apa?"
"Bis itu aneh loh."
"Kita udah bayar Bim dan coba kamu lihat! apa ada bis lagi yang lewat? sepi banget malam ini."
...Deg......
"Iya Zam, jadi tambah aneh kalau begini. Gak biasanya sesepi ini. Ini kan lagi ramai-ramainya orang mudik, gak masuk akal kalau sepi begini."
"Jangan mulai mikir macam-macam Bim! fokus makan saja terus kita naik bis dan melanjutkan perjalanan sampai ke Jepara. Lebih cepat sampai, lebih baik."
"Kok bisa setenang ini kamu?"
"Mencoba tenang, kamu juga harus begitu."
Bima kembali mendengus seraya mengambil sendok untuk mulai menyantap makanannya. Bima sudah hampir menghabiskan makanannya kala menyadari kejanggalan yang lain. Ternyata, cara makan para penumpang satu bisnya terlihat kaku dan dingin. Cenderung sangat kaku dan serupa. Sangat sukar dijabarkan tapi kesan menyeramkan begitu kental dan lagi-lagi, tak terdengar satu pun perbincangan di antara mereka, senyap. Para penjual sama diambya, hanya menyajikan makanan tanpa mengucapkan apa-apa. Sekedar mempersilahkan untuk makan pun, tidak.
"Zam, hening banget loh ini."
"Aku tahu, abaikan saja! keperluan kita makan, setelah itu lanjut ke Jepara."
"Zam.."
"Makan Bim!"
Bima menelan makanan di mulutnya lalu kembali menyuap. Hatinya benar-benar gusar sekarang.
"Ya Alloh, apa lagi ini?" benak Bima.
Rasa gusar perlahan berubah menjadi takut yang akhirnya, Bima memilih untuk melantunkan doa di dalam hatinya.
...🍂 BERSAMBUNG... 🍂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Rara Aida
azam terlalu positive thinking padahal banyak hal hal aneh yang terjadi disekitarnya padahal itu pertanda negative
2024-01-28
1
Diankeren
coba priksa clna'y, basah g 🤣
2024-01-17
1
Coco
kayaknya rumah makan ini rumah makan ghaib yang biasa diceritakan yah?
2023-05-01
0