Sekarang hari minggu Seira sudah mandi dan membersihkan rumah, serta memasak untuk semua penghuni rumah itu. Sebenarnya kedua anak bibinya sudah lulus kuliah seharusnya mereka pergi mencari pekerjaan atau apa, tapi mereka terlalu malas untuk itu.
Setiap hari dirumah apakah mereka tidak merasa bosan? Oh iya, mereka keluar kalau uang bulanan Seira datang. Mereka akan bersenang-senang hingga lupa waktu. Setidaknya Seira bisa beristirahat dengan tenang kalau mereka pergi.
Makanan sudah siap semua dimeja. Lalu bibinya dan anak-anaknya keluar sambil menguap dan langsung duduk untuk makan. Namun bibinya tiba-tiba menyernyit ketika membuka kulkas.
"Kenapa ada sisa kue?" Ucap bibinya melihat kearah kulkas yang masih tersisa sebagian kue.
"Hahaa kau pikir istimewa hah? Sampai harus merayakan ulang tahunmu." Ledek Jelena teringat hari ini adalah ulang tahun Seira.
"Haha kau merayakan ulang tahunmu sendirian? Menyedihkan sekali!" Jefery tertawa mengejek.
Seira hanya menanggapi dalam diam. Dia kemarin malam lupa harusnya memakannya semua dan jangan menyisakan kue itu.
"Hah, bahkan kau seharusnya sudah tidak ada lagi didunia!" Lanjut Jelena dengan tawa yang mengejek.
"Kenapa tidak ikut orang tuamu saja sih, dasar merepotkan!" Gantian bibinya yang mendecih.
"Aku yakin bahkan orangtuamu pun tidak sudi punya anak sepertimu, lihat mereka malah memilih untuk pergi meninggalkanmu!" Ucap Jefery tidak peduli dengan raut Seira yang menahan tangisannya.
Stop!
Seira sudah tidak tahan lagi. Jangan bawa-bawa orangtuanya, mereka sudah bahagia disana. Seira pun keluar sambil menahan isakannya. Sebelum benar-benar jauh Seira masih mendengar teriakan lantang bibinya.
"Dasar anak tolol, mau kemana kau hah!"
Tapi Seira tidak memperdulikanya, dan memilih untuk mempercepat langkahnya. Seira berlari menuju kemakam orangtuanya. Memang sejak dulu ketika ia merasa sedang sedih ataupun rindu kepada orangtuanya dia akan selalu kesana.
Menumpahkan segala keluh kesahnya. Menceritakan segala apa yang dipendamnya. Entah mengapa Seira selalu merasa jauh lebih baik ketika sudah meluapkan semua disana. Memang tidak ada yang akan merespon tentu saja, tapi Seira selalu merasa beban yang ditanggungya sedikit menghilang.
"Terimasih ibu karena sudah melahirkanku kedunia ini. Aku tahu kalian melihatku dari atas sana, namun jangan bersedih untukku. Aku berjanji akan menemukan kebahagiaanku sendiri." Ucap Seira sambil bersimpuh didepan makam ibunya.
"Selamat ulang tahun Seira Christy—"
—wush!
Seira meniup lilin diatas cake kecil yang dia bawa kedepan makam kedua orangtuanya, lalu tersenyum dan melangkah pergi.
...*****...
Seira berjalan sendirian dimalam yang gelap. Dia belum pulang kerumah. Dia akan pulang larut ketika bibi dan kedua sepupunya sudah terlelap. Seira menuju ketaman dan duduk disana sendirian.
Semakin malam udara semakin dingin dan Seira hanya memakai kaus tipis. Sebenarnya Seira habis pulang dari panti untuk curhat dengan Serumi, dia bahkan tadi disuruh untuk menginap namun dia menolaknya karena merasa tidak enak, juga besok dia harus sekolah.
Seira semakin menggigil lalu tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang tersampir dipundaknya dan itu adalah jaket. Seira menengok kebelakang, ada seorang pemuda yang sedang tersenyum kearahnya.
"Hei apa kau lakukan disini, ini sudah malam. Dan hanya memakai pakaian itu saja." Ucapnya menegur Seira. Pemuda itu yang sempat ditabrak Seira disekolah kemarin.
"Hanya berjalan-jalan sebentar." Jawab Seira agak canggung.
"Tengah malam begini? Sendirian pula." Pria itu menggelengkan kepalanya.
Seira meringis dan ganti bertanya kearahnya, "Lalu apa yang kau lakukan disini?"
"Biasa sedang mencari udara segar." Ucap pemuda itu sambil menerawang ke langit malam yang bertabur bintang.
"Tengah malam begini?" Seira membalikan pertanyaanya, lalu mereka beruda terkekeh.
Mereka lalu duduk dibangku taman dan sesekali mengobrol ringan. Ternyata pemuda itu asyik juga batin Seira. Pemuda itu pun merasakan hal yang sama.
"Oh iya, dari tadi sudah bicara panjang lebar tapi aku belum tahu namamu." Ucap pemuda itu.
Seira terdiam dan mengulurkan tanganya. "Namaku Seira Christy kau bisa memanggilku Seira."
Ucapan Seira yang terdengar lembut ditambah dengan senyuman manisnya, membuat pemuda itu menatap Seira dengan terpana.
"Dandy Atmajaya, kau bisa memanggilku Dandy." Ucap Dandy setelah selesai mengangumi Seira. Malam semakin larut dan Seira pamit untuk segera pulang kerumah.
"Biarkan aku mengantarmu Seira." Dandy menawarkan diri, dia tak mungkin membiarkan anak gadis berkeliaran sendirian ditengah malam begini.
Seira menolak tawaran itu karena rumahnya tidaklah jauh. "Tidak perlu Dandy, lagi pula rumahku dekat dari sini."
"Eh tidak baik membiarkan anak gadis berjalan sendiri. Tengah malam pula, ayo cepat ku antar." Dandy memaksanya, karena tak enak hati dengan ajakan Dandy akhirnya Seira pun menyetujuinya.
Sebenarnya Dandy membawa mobil tapi tadi Seira berkata bahwa rumahnya dekat dari sini. Hanya melewati tiga gang dari sini maka Dandy memutuskan untuk mengikutinya jalan kaki saja.
Mereka sudah sampai, lampu rumah Seira sudah padam karena sekarang sudah pukul 11 malam. Lalu Seira berdiri canggung didepan rumahnya menatap Dandy yang masih tersenyum menunggunya masuk kedalam rumah.
"Eum terima kasih sudah mengantarku sampai rumah Dandy." Ucap Seira sambil mengembalikan jaket Dandy yang dia pakai.
"Oke sama-sama." Dandy menerima jaket yang diulurkan oleh Seira dan langsung memakainya.
Seira masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan kata hati-hati diajalan kepada Dandy. Seira membuka gorden kaca untuk melihat kepergian Dandy.
Dandy sebenarnya tadi sedang menjenguk bibinya disana. Karena dapat panggilan jika keponakannya Beny merindukannya. Beruntung hari ini hari minggu Dandy pergi kerumah bibinya dan main sepuasnya dengan Beny.
Rumah bibinya sangat jauh dari kota, ketika akan pulang, Dandy tidak sengaja melihat seseorang sedang duduk ditaman tidak jauh darinya. Karena merasa seperti pernah melihatnya dia menepikan mobilnya dan turun untuk menghampirinya.
"Apa yang dilakukanya sendirian tengah malam begini."
Dandy melihat dia menggigil, dengan cepat menyampirkan jaketnya untuknya. Perempuan itu pun menoleh kearahnya. Dan berakhirlah mengantarkanya sampai kerumahnya. Ketika sampai dirumah Dandy tersenyum sendiri.
"Dia sangat manis." Ucapnya sambil terus membayangkan senyuman Seira hingga terlelap.
Dilain tempat Seira pun sama, didalam kamarnya terus terbayang wajah Dandy yang tampan. Dandy benar-benar baik. Bahkan wangi parfum Dandy masih menempel dibajunya.
"Seira berhentilah memikirkanya. Ayo cepatlah tidur!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ahiko Chan
Setiap malam saya bermain seolah-olah hidup saya tergantung padanya
2023-07-02
1
Jeslyyn Azy
Waduh mulai ada tumbuh benih” cinta
2023-06-25
1
Delisa Hardini R.A
Jahat banget kasian
2022-07-05
1