Seseorang melangkahkan kakinya turun dari pesawat. Dia nampak masih sangat lelah dengan penerbangan itu, tapi dia masih harus cepat pergi karena sudah sangat rindu dengan kedua orangtuanya yang sudah tiga tahun ditinggalkanya.
Membayangkan senyuman ibunya membuatnya melupakan lelahnya sejenak. Dia bergegas menuju mobil yang sudah disiapkan untuknya, membelah jalanan kota di malam hari yang ramai. Hingga sampai pada tujuan di rumah megah yang indah.
"Anaku sudah pulang..." Sambut ibunya dari dalam ketika dia masuk dan langsung memeluknya. "Kau sudah tambah besar saja."
"Ekhm! Apa kau tidak rindu pada ayahmu?" Ucap ayahnya karena merasa diabaikan. Ibunya hanya terkekeh. Lalu dia gantian memeluk ayahnya.
"Kau pasti lelah, istirahat saja dulu ya." Ucap ibunya dengan suara yang lembut.
"Baiklah ibu, ayah, Dandy keatas dulu." Ucap Dandy setelah berpamitan kepada kedua orangtuanya.
Dandy Amartajaya dia sudah tiga tahun bersekolah di Kanada. Dandy baru saja lulus SMP, dan dia berencana akan melanjutkan disini saja. Memang keinginan Dandy untuk melanjutkan disini karena rindu dengan tempat kelahiranya.
Dandy sekolah diluar negeri karena hadiah dari ayahnya dulu waktu SD nilainya sangat bagus-bagus. Maka begitu lulus dia langsung pindah, awalnya Dandy suka tapi lama-lama dia merasa tidak cocok tinggal disana.
Karena pergaulan disana sangat bebas dan Dandy tidak suka itu. Dia bertahan juga karena masih polos dan tak mau mengecewakan ayahnya yang sudah menyekolahkannya di sana. Setelah ketika dia lulus, dia bisa kembali ke tempat asalnya.
Dandy membuka kamar yg sudah tiga tahun ditinggalkanya itu, memang baru pertama kalinya lagi dia masuk kesana. Karena dulu setiap libur atau natal ayah dan ibunya yang akan mengunjunginya di sana.
Masih tetap sama dan rapi, bahkan robot-robotan yang dulu Dandy tinggalkan masih terpajang apik disisi ranjangnya. Dulu Dandy sempat menangisinya karena tidak terbawa ke Kanada, soalnya semua barangnya sudah penuh tak ada ruang untuk robot-robotan itu.
Dandy merebahkan dirinya dikasur dan memejamkan matanya. Berharap takdirnya disini akan berubah. Dia harus mendapatkan kebahagiaan dini.
...*****...
Dandy melihat beberapa koper yang kemarin dia letakan asal sudah tidak ada. Membuka lemari, ternyata semuanya sudah dirapikan. Dandy tersenyum, pasti sang ibu yang telah membereskannya selagi dia masih tertidur.
"Pagi ayah, ibu." Dandy menyapa kedua orangtuanya yang sedang sarapan.
"Pagi juga, ibu sengaja tidak membangunkanmu. Kamu pasti masih lelah." Ucap ibunya, dia menuangkan susu coklat kesukaan Dandy.
"Hehe, tidak papa ibu."
"Oh iya, kamu mau masuk ke SMA mana?" Tanya sang ayah, "Apa mau ayah pilihkan?"
Dandy diam sejenak dan berpikir lalu dia mengangguk menyetujui, "Terserah ayah saja."
Ayahnya mengerti, "Baiklah."
"Kamu masih ingat dengan Ayunda kan?" Tanya sang ibu membuat Dandy mencoba mengingat-ngingatnya.
"Ah, iya masih bu." Walau agak samar tapi Dandy masih mengingat rupa sepupunya yang cerewet itu. Walau cerewet tapi Ayunda sangat baik kepadanya.
"Nah, kamu sekolah bareng dia saja. Dia kemarin sempat ingin menjemputmu tapi ibu larang karena pasti dia tidak akan membuatmu istirahat."
"Haha ibu benar." Dandy tertawa menyetujui.
"Jadi nanti ayah coba masukan kamu ke sekolah yang sama dengan Ayunda."
"Baik ayah, terimakasih."
Ayahnya mengangguk dan mereka menghabiskan sarapan mereka dengan diselingi kebahagiaan. Setelah selesai Dandy mengikuti ayahnya untuk mengurus kepindahannya.
Ternyata semuanya agak ribet, Dandy harus mengurus surat ini dan itu. Hampir satu bulan baru dia bisa masuk ke SMA. Dandy bahkan tidak sempat mengikuti MOS, dia dinamai murid pindahan, padahal hanya telat masuk.
Sekolah ini adalah sekolah unggulan, hanya orang-orang kaya dan berprestasi yang bisa bersekolah disini. Setidaknya Dandy bersyukur atas itu semua, dia tidak akan dijilat seperti dulu lagi.
"Yah sekolah ini cukup baik ternyata." Gumam Dandy meneliti.
Dia sudah sampai disekolah, dan sudah menemui kepala sekolahnya, mengurus kepindahanya kesana. Lalu disuruh untuk menemui wali kelasnya. Pada jam istirahat semua murid perempuan memekik kagum melihatnya. Apalagi ketika Dandy tersenyum kearah mereka.
"Wah dia sangat tampan."
"Dia seperti selebriti."
"Hai lihat sini, ke kakak cantik."
"Notice aku."
"Wah dia tersenyum, aku meleleh seperti Jelly!"
Begitulah kira-kira sorakan dari mereka. Baru pertama masuk saja sudah banyak fans. Dandy sudah menemui wali kelasnya dan dia diantar untuk masuk ke kelas barunya. Wali kelas meminta izin untuk mengenalkan murid baru itu.
"Ayo kesini perkenalkan dirimu." Perintahnya kepada Dandy.
"Hai perkenalkan nama saya Dandy Atmajaya salam kenal dan mohon bantuanya teman-teman." Ucapnya sembari tersenyum membuat seluruh kelas heboh karena senyumannya.
Dandy lalu duduk di bangku sebelah seorang pria berwajah tampan tapi jutek. Dandy tersenyum ke arahnya yang sedang memicing memperhatikanya dari atas sampai bawah. Dandy yang diperhatikan seperti itu menjadi tak enak diri.
"Kenalin namaku Haikal." Ucap Haikal sambil mengulurkan tanganya.
"Dandy Atmajaya." Jawab Dandy tersenyum ramah dan menjabat tangan Haikal.
"Ya dah tau." Ucap Haikal cuek sambil memainkan hpnya. "Dandy mau menjadi anggota squad kita?" Tanya Haikal tiba-tiba ke arah Dandy yang tidak tahu kemana arah pembicaraan teman sebangkunya itu.
"Hah?"
"Hehe."
Senyuman misterius Haikal membuat Dandy mengusap tengkuknya merinding. Semoga keputusanya untuk bersekolah disini sudah benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ahiko Chan
Hidup ini tidak cantik tapi pasti indah
2023-07-02
1
Jeslyyn Azy
Lingkunganya brarti toxic
2023-06-25
1
Delisa Hardini R.A
Haduuh kasian sekali
2022-07-05
1