"Val! Valerie!" Devano berteriak memanggil istrinya. Ia mencari ke setiap sudut ruangan akan tetapi, sang istri tak kunjung ditemukan.
Vano mengacak-acak rambutnya, rasanya ia telah frustasi karena tak bisa menemukan keberadaan Valerie.
"Kamu dimana Val, maafkan aku … aku khilaf," gumam Devano. Ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Valerie tapi, lagi-lagi nomornya tak bisa di hubungi.
Ia melemparkan ponselnya, entah harus kemana lagi dirinya mencari. Sebab di tempat kerjanya pun sang istri tidak ada.
Vano pun terdiam sejenak untuk menjernihkan pikirannya, setelah berpikir beberapa saat sepertinya ia tahu kemana istrinya pergi.
Vano pun bergegas untuk mencari istrinya lagi akan tetapi, sebelum kakinya melangkah pandangannya seperti menangkap sesuatu dari arah ruang makan.
Dia pun melangkahkan kakinya menuju dapur, dan betapa terkejutnya ia saat melihat sebuah dekor bertuliskan 'Happy 1 year wedding anniversary' yang terletak di dinding dapur.
Tak hanya banner saja, ia juga melihat banyak makanan kesukaannya dan cake sudah tertata dengan rapi di atas meja.
Seketika tubuh Vano terasa lemas, ia mundur beberapa langkah dari meja tersebut. Rasa bersalahnya karena telah mengkhianati sang istri kian menyeruak dalam diri Devano.
"A-apa yang sudah aku lakukan, aku benar-benar telah menghancurkan hati istriku sendiri. Seharusnya kemarin malam aku duduk disini, bersama Valerie merayakan hari jadi pernikahan yang bahkan aku tidak ingat. Aku harus mencarinya dan menebus kesalahan yang sudah aku perbuat," ujar Devano, pria itu menyambar kunci mobilnya yang terletak di atas nakas. Dan segera bergegas menuju tempat yang tadi ia pikirkan.
🌼🌼🌼🌼
Crisan klub.
Valerie semakin mengingsut kan tubuhnya, dikala Gerald mulai mendekat sambil membuka jasnya.
"Apa yang akan kau lakukan?" Wajah Valerie terlihat menegang ketakutan.
Gerald tersenyum sambil menatap Valerie dengan tatapan ingin.
"Pergi, jika tidak aku akan berteriak!" ancam Valerie pada pria yang ada dihadapannya.
" Berteriak saja, aku tidak takut." Gerald semakin mendekatkan wajahnya pada Valerie.
Jarak di antara mereka kini hanya dua inci, membuat Valerie merasa tidak nyaman. Ia pun memalingkan wajahnya dari Gerald.
Melihat Valerie yang ketakutan Gerald kembali mengeluarkan seringainya. "Hey, Nona. Dimana keberanianmu? Bukankah tadi siang kau sangat bersemangat menciumku … kenapa sekarang kau ketakutan?" bisik Gerald di balik telinga Valerie. Membuat wanita itu bergidik.
"Apa! Jadi dia pria yang tadi siang aku cium … astaga kenapa aku bisa lupa," gumam Valerie mengerutkan dahinya.
"I-itu, m-maafkan saya Tuan. Saya tidak bermaksud–," ucapan Valerie terpotong karena tiba-tiba saja seseorang menarik Gerald dan memukulnya sampai pria itu tersungkur.
"Dasar brengsek! Apa yang kau lakukan pada istriku!" teriak Devano, dengan mata yang berapi-api.
Bugh.
"Mas!!!" teriak Valerie, terkejut.
Rendi yang melihat tuannya tersungkur, langsung menghampirinya dan membantu Gerald berdiri, sementara Vano sudah dipegang oleh dua orang bodyguard yang selalu mengikuti Gerald kemanapun pergi.
"Mas kamu apa-apaan sih!" ucap Valerie, menegur suaminya yang tiba-tiba menyerang.
"Kamu yang apa-apaan, Val! ngapain kamu di sini dengan pria brengsek seperti dia!" seru Vano, yang berontak melepaskan diri dari bodyguard Gerald.
"Aku ngapain di sini itu bukan urusan kamu, mas!" ketus Valerie, menahan air matanya.
"Jelas itu urusanku, kau istriku Val tidak sepantasnya kau bersama pria lain!"
"Kenapa aku tidak pantas bersama pria lain? Kamu pikir, cuman kamu aja yang bisa berselingkuh dengan wanita itu … aku juga bisa, Mas." dengus Valerie yang sengaja menghampiri Gerald dan membawanya pergi dari klub tersebut.
Melihat istrinya yang pergi melewati dirinya begitu saja. Vano semakin berontak agar kedua orang yang memegangnya melepaskan tangannya, agar ia bisa kembali menghajar pria yang sudah menyentuh istrinya.
Akan tetapi kedua orang itu, bukan melepaskan Vano. Kedua bodyguard itu malah menghajar Vano habis-habisan sampai babak belur.
🌼🌼🌼🌼
Area parkir club
Valerie yang menggandeng Gerald dari dalam club, langsung melepaskannya ketika mereka berada di area parkiran.
"Tuan, ini jas anda. Sebaiknya anda pulang dan obati lukanya, " ucap Valerie yang menyerahkan jasnya ke tangan Gerald.
"Saya, minta maaf atas perbuatan suami saya pada anda. Aku harap di masa depan kita tidak pernah bertemu lagi," lirih Valerie Kemudian, berlalu pergi meninggalkan Gerald yang sedang meringis.
Gerald yang mendapat luka di sudut bibirnya akibat tinjuan dari Devano, hanya menatap kepergian wanita tersebut yang kini sudah melajukan mobilnya.
"Kau salah, Nona. Justru di masa depan kau akan menjadi milikku," gumam batin Gerald sambil tersenyum.
BRUGH
Dua orang bodyguard itu, mendorong Devano kehadapan Gerald.
Devano duduk bersimpuh di hadapan gerald dengan tangan yang terikat ke belakang membuat Vano tak bisa berkutik. Wajahnya yang sudah babak belur di penuhi dengan luka lebam, darah segar pun tampak menetes dari hidung dan bibirnya.
Gerald mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya dengan jari, ia kembali menggunakan jas putihnya yang tadi ia lepas di dalam club.
Sebenarnya luka yang di dapat oleh Gerald tidak seberapa, bahkan ia juga tidak merasakan sakit sedikitpun. Tapi, hanya karena di hadapan wanita yang sudah merebut hatinya ia rela terlihat lemah dan berakting meringis kesakitan.
Gerald menundukan tubuhnya di hadapan Vano yang tertunduk lemas lalu, ia menarik rambut Vano untuk melihat seberapa banyak pukulan yang Vano dapat dari anak buahnya.
"Dasar brengsek lepaskan aku!!" teriak Vano pada Gerald.
Gerald tertawa melihat orang yang ada di hadapannya meskipun, sudah babak belur tapi masih bisa berteriak padanya.
"Heuh, itulah balasannya karena kau sudah berani memukul Gerald Alexander Dhanuendra," dengus Gerald yang berbicara dengan angkuh
" S-siapa kau sebenarnya?" tanya Vano dengan terbata karena merasakan sakit di wajah dan tubuhnya.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku." Gerald bangkit dari posisi sebelumnya, ia memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"Tapi yang pasti, siapapun yang berani menyentuhku. Aku tidak akan melepaskannya begitu saja," tukas Gerald mengancam.
"Bawa dia pergi," titah Gerald pada anak buahnya, tanpa menunggu perintah kedua. Kedua orang dengan postur tubuh kekar itu langsung menyeret Devano, entah kemana mereka akan membawanya. Tapi, yang pasti pria itu akan dibuang sejauh mungkin.
Devano yang diseret kasar oleh kedua bodyguard itu terdengar melontarkan kata-kata kasar pada pria yang disegani oleh semua kalangan pebisnis, baik dalam negeri maupun luar negeri. Membuat pria berhidung mancung itu geram dan menghampiri Devano kembali.
BUGH...
BUGH..
BUGH...
Gerald meninju kedua pipi Devano yang sudah tidak berbentuk itu sebanyak tiga kali, setelah melihat pria yang sudah menghardiknya itu jatuh pingsan. Gerald Pun kembali ke dalam mobilnya untuk pulang.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments