setelah kepergian keluarga ajhiwinata jeniver langsung meminta maaf ke brayen akan kejadian itu.
"tuan sekali lagi saya minta maaf akan situasi ini. kami pihak kampus tidak akan mengulanginya lagi" ucap jeniver menunduk horman.
"itu tidak masalah buat saya. saya hanya ingin menperingatkan jagan kalian pandang orang hanya dengan penampilannya saja. karna apa yang kakian lihat belum tentu yang sebenarnya" ucap brayen menatap jefri.
"maafkan saya tuan karna telah melindungi mereka" ucap jefri gugup.
"siapa sebenarnya mereka? mengapa tuan jeniver begitu menghormatinya?" batin jefri bertanya tanya.
"dan untuk mereka. kau urus saja sesukamu" ucap brayen menunjuk kedua adiknya tanpa melihat mereka.
"baik tuan" ucap jeniver menunduk.
mendengar ucapan sang kakak lea dan galang langsung menatap sang kakak dengan penuh rasa penyesalan karna tidak mendengarkan ucapan sang kakak untuk menyembunyikan keahliannya.
"kakak" ucap lea dengan mata berkaca kaca.
mendengar pangilan sang adik brayen hanya menoleh sebentar lalu kembali mrmalihkan wajahnya.
"kakak tidak suka jika di bantah. satu lagi kakak tidak suka jika adik perempuan kakak berkelahi di depan umum." ucap brayen dingin.
"tapi jika lea tidak melawan mereka maka mereka akan terus bersikap semena mena kepada sahabat lea" ucap lea kesegukan menahan tangisnya.
karna sebagaimanapun dia berulah sang kakak tak pernah menyuruh orang lain untuk menghukumnya. pasti sang kakak sendiri yang memberi hukuman kepadanya baik itu di area kampus maupun di kediaman mereka.
mendengar ucapan sang adik yang ada benarnya brayen hanya diam tak menjawab. memang benar apa yang di katakan adiknya tapi dia tetap tidak suka jika adik perempuannya terlibat perkelahian apalagi dengan orang seperti key.
"sudah. kakak banyak pekerjaan jadi kakak harus kempali ke kantor" ucap brayen pergi meningalkan kedua adiknya yang masih diam menunduk.
"kalian rawat luka mereka terlebih dahulu" ucap brayen sebelum meninggalkan ruangan jeniver.
"baik tuan" ucap jeniver mengerti.
****
di luar ruangan jeniver.
anggel berdiri di temani sahabatnya untuk menunggu sang kakak keluar dari ruangan jeniver. anggel terus merasa bersalah karna kejadian tadi dan juga ingin bertemu dengan sang kakak yang terus saja menghindar darinya.
melihat sang kakak sudah keluar tanpa banyak pikir anggel langsung saja menghampirinya.
"kak" pekik anggel lirih.
"ada apa?" ucap brayen dingin tanpa melihat lawan bicaranya.
"maafkan aku kak. karna aku lea terlibat perkelahian dengan kak key" ucap anggel menatap brayen penuh rasa bersalah.
"hem" dehem brayen lalu melangkahkan kakinya meninggalkan anggel.
"apa salahku kak? kenapa kakak selalu saja menghindar dariku bahkan engan untuk menatapku" ucap anggel mengentikan langkah brayen.
"tanpa ku jawab. kau pasti sudah tau jawabannya" ucap brayen dingin.
"lalu kenapa kakak bisa sangat menyayangi lea? apa bedanya aku dengan lea kak? bukannya keberadaan kami sama. sama sama adik tiri kakak." ucap anggel mencoba mendekati brayen.
"kalian berbeda bahkan sangat berbeda. lea datang kedunia ini membuat kebahagian untuk wanita yang paling berharga dalam hidupku. sedangkan kau" ucap berayen menghentikan kata katanya. menatap anggel dengan tajam.
mendengar ucapan brayen anggel tak kuasa membendung air matanya. melihat anggel menitikkan air matanya brayen langsung memalingkan wajahnya.
brayen memang terkenal dengan sifat arogantnya namun siapa sangka anak sambung dari rayhan adhijaya itu mempunyai kelemahan yaitu tak mampu melihat seorang wanita bersedih.
"maaf saya sedang banyak pekerjaan. jadi maaf saya harus pergi" ucap brayen pergi meninggalkan anggel yang masih diam mematung.
melihat penolakan yang terlihat jelas anggel yang putus asa hanya bisa menelungkupkan wajahnya sambil menangis kesegukan.
"lho yang sabar ya jel. gue memang gak tau apa masalah dengan kakak lho. tapi gue akan selalu membantu lho" ucap anita mencoba menguatkan anggel.
"makasi ya nit. lho memang sahabat terbaik gue" ucap anggel mengapus air matanya mencoba untuk tersenyum.
****
di kantor.
brayen terlihat tersenyum sendiri sambil membayangkan wajah wanita yang telah menyatakan cinta padanya.
walaupun brayen tidak tau ucapan wanita itu tulus dari hatinya atau karna paksaan orang lain. tapi yang jelas wajah polos wanita itu terus saja merasuki pikirannya.
"sepertinya wajahnya tidak asing lagi. tapi aku pernah ketemu di mana?" ucap brayen terus berpikir.
sangking fokusnya memikirkan wanita yang bahkan dia belum tau namanya. brayen sampai tidak sadar jika di depannya berdiri seorang pria gagah yang sedari tadi binggung menatap sikap anehnya.
"apa tuan baik baik saja?" ucap jayden sahabat sekaligus orang kepercayaan brayen.
" sejak kapan kau berdiri di sini?" ucap brayen mengelus dadanya karna kaget.
"lumayan tuan" ucap jayden cengegesan.
"ada apa kau kemari?" ucap brayen dingin.
"ada hal penting yang harus saya sampaikan tuan" ucap jayden to the poin.
"baiklah. silahkan duduk" ucap brayen langsung mengerti dengan ucapan sahabatnya itu.
****
di ruangan rayhan.
rayhan terlihat sedang pokus dengan setumpuk dokumen yang ada di depannya diteman sekertaris setianya yang selalu ada di sampinya.
"tuan. saya lihat tadi jayden datang ke ruangan tuan muda" ucap zidan yang sebelum memasuki ruangan tuan besarnya melihat sahabat sekaligus kepercayaan tuan mudanya datang.
"apa ada masalah sampai jayden datang kemari?" ucap rayhan menghentikan pekerjaannya.
"maaf tuan. saya tidak tau apa alasan jayden kemari. tapi samapai kapan tuan muda menduduki jabatan direktur di kantor ini?" ucap zidan memberanikan diri dengan dengan hal yang terus mengusik pikirannya.
"saya juga tidak tau. tapi aku akan selalu mendukung setiap keputusannya" ucap rayhan tersenyum bangga dengan anak sambungnya itu.
"benar tuan. saya juga yakin tuan muda sudah memikirkan semuanya" ucap zidan yakin.
"aku tak menyangka putraku sudah tumbuh besar sekarang. tapi bagaimana dengan putriku apa dia buat masalah lagi?" tanya rayhan yang curiga karna sempat melihat brayen pergi terburu buru tadi pagi
"saya mendengar jika nona lea dan tuan galang terlibat perkelahian dengan mahasiswa lain di kampus" jelas zidan.
"sudah kudunga. bagaimana lagi aku menghukum mereka berdua agar berhenti membuat ulah" ucap rayhan mengaruk kepalanya yang tidak gatal memikirkan putri dan keponakannya itu.
"saya yakin tuan. tuan muda pasti bisa mengatasi mereka. karna yang ku perhatikan mereka berdua hanya mendengarkan ucapan tuan muda" jelas zidan memberi pengertian.
"ya kamu benar. semenjak brayen yang turun tanggan atas ulah mereka. ku perhatikan mereka sudah jarang membuat ulah" jelas rayhan.
mengingat dulu semasa dia dan adiknya yang menagani masalah putri dan keponakannya hampir setiap hari mereka mendapat teguran dari orang sekitar maupun di dunia pendidikan.
"tapi bagaimana dengan putramu?" ucap rayhan mengingat putra sekertarisnya yang masih dia hukum karna membuat ulah bersama 4 sahabatnya termasuk lea dan galang.
" besok dia akan kembali ke kota ini tuan" ucap zidan tersenyum senang mengingat besok putra semata wayangnya kembali berkumpul bersamanya.
bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
azril arviansyah
lanjut
2022-06-17
1