Kemarin Wirda. Hari ini Bianca.
Dilihat dari statusnya, murid kelas 11 IPA SMU Galang Nusantara itu adalah seorang beauty vlogger belia.
Bahkan Bianca pernah jadi figuran di film layar lebar ketika masih kelas 10 SMU. Otomatis penggemarnya bejibun dan incaran para cowok pastinya.
Hai, Bianca. Ini no.nya Andre Wiguna Darma. Senang berkenalan denganmu. Salam pertemanan. (Emoji senyum kecil)
Cukup lama juga, tiada respon.
Cewek sibuk rupanya. Sampai chat gue dia abaikan! Ck ck ck... untung cantik lo, kalo jelek...ogah banget gue chat duluan! Andre mbatin dalam hati.
Pukul tujuh malam.
Ceklis dua, tapi belum centang biru.
Benar-benar cewek sibuk!
Kali ini Andre menjajal nomor baru lagi.
Tring
Andre tersentak. Dikiranya balasan dari Bianca. Ternyata chat dari Wirda.
...[Ayang... Koq online tapi gak chat aku?]...
Hm... Nih cewek mulai rusuh, protes-protes segala! Rutuk hati Andre.
Aku lagi chat grup kelas, Yang! Tugas negara nih (emoji dua tangan) peace
...[Hehehe... kangen tau (emoji hati )...
Duh duh duh... Senyum Andre mengembang.
Idem. Aku juga kangen lah (emoji dua mata lope-lope)
...[VC-an yuk!]...
Hadiah tapi ya? (otak mes*m Andre mulai berkembang)
...[Hadiah apa?]...
PAP foto kamu yang tercantik (emoji hati)
...[Tunggu ya... hehehe]...
Andre tertawa puas. Wirda kini semakin menuruti kemauannya tanpa banyak fikir lagi.
Jiwanya bergejolak. Hasrat kepuasannya menaklukan hati wanita kembali merajai imajinasinya.
Tring
Balasan chat dari Bianca. Seketika Andre melonjak bahagia. Bianca akhirnya meresponnya juga.
...[Hai juga Ndre. Maf rulez. Baru selesai mandi]...
Waduh?!? Mandi pun dibilangin. Vulgar juga nih cewek! Gemas hati Andre.
Jangan sering mandi malam-malam, Bi. Bahaya buat kesehatan. Maaf ya, aku sok nasehatin kamu. Itu tanda kepedulian aku. Hehehe
Andre menunggu balasan Bianca selanjutnya.
Tring
Tring
Tring
Wirda mengirimi pose-pose manisnya yang imut. Membuat Andre mesem-mesem sendiri. Apalagi setelah men-zoom bagian bibir Wirda yang menggemaskan.
Fikiran mencium lembut tanpa nyata dalam angan-angannya.
Tok tok tok
Tok tok tok
"Andreee!!!!"
Dor dor dor
Dor dor dor
"Woooi, makan cepetaaan! Lapar nih!"
Ternyata Daniel yang menggedor-gedor pintu kamarnya.
"Bentar!!!" jawabnya tak kalah keras.
Yang, aku makan dulu ya? Udah ditungguin keluargaku dimeja makan
Andre menaruh ponselnya setelah mengirim pesan pada Wirda.
Ia juga merasakan perutnya yang lapar. Perintah makan adik tirinya pun tak disia-siakan Andre saat itu juga.
"Andre!!! Mulai besok, uang sakumu Mama Shernita yang atur! Semakin hari sikapmu semakin tidak bisa Papa tolerir lagi. Dan kau semakin kasar kepada Mama dan Adikmu, Daniel!"
Andre seperti tersengat aliran listrik.
Ucapan sang Papa membuatnya seperti tersetrum tegangan yang sangat tinggi.
Bertahun-tahun Papa memberinya uang langsung ditranfer ke rekening tabungannya sejak berumur sepuluh tahun, dan kini semua harus berubah.
"Pa!"
"Jangan membentak Papa! Mulai sekarang, kau harus belajar tata krama dan sopan santun pada kedua orangtuamu, terlebih pada Mama Shernita!"
"Dia bukan Mamaku! Dan dia sama sekali tidak pernah menganggapku anak!" tukas Andre menimpali ucapan sang Papa.
Plak.
Jaya Wiguna menampar pipi Andre. Ia lepas kendali mendengar perkataan putra pertamanya dari istri yang pertamanya.
Selama ini ia memang banyak mendapatkan laporan dari istri keduanya, Shernita Aurelia tentang sikap Andre yang terkesan memusuhinya.
Ternyata semua kicauan istri mudanya itu perihal prilaku sang putra sulung membuatnya malu.
Andre tertegun sembari mengusap pipinya yang merah kena tampar Jaya Wiguna.
"Papa... sekarang menamparku dan semakin memanjakan mereka didepanku?"
Brak.
"Kalau tidak suka, kau boleh keluar dari rumah ini! Aku tidak akan menyesal meskipun harus kehilangan penerus pertamaku!"
"Papa lebih memilih mempercayai wanita ini ketimbang Aku? Begitu, Pa? Oke!!! Aku keluar dari rumah ini!"
"Silakan! Dan siap-siap namamu Papa hapus dari Akta Keluarga! Kau juga dilarang menemui Nenekmu di Bandung sana! Apalagi berkeinginan untuk tinggal bersama beliau, karena Papa akan membawanya ke rumah ini jika kamu benar-benar pergi!"
"Papa! Ini ga adil!!!"
Andre sangat marah. Matanya sampai melotot merah. Dan rahangnya mengeras geram.
Ia tidak akan pernah bisa berpisah lama dengan sang Nenek yang telah melahirkan almarhumah Mamanya.
Andre mengunjungi Nenek ke Bandung setiap tiga minggu sekali. Ia selalu ingat masa kecilnya yang bahagia setiap bersama nenek.
Jaya sengaja mengucapkan ancaman seperti itu dengan maksud menahan sang putra sulung.
Sebenarnya Jaya tidak sungguh-sungguh mengucapkan kata kasar pada Andre. Biar bagaimana pun ia takut juga jika putra pertamanya itu benar-benar pergi dari rumah, sedangkan sudah banyak rencana besar diotaknya untuk memberikan kekuasaan penuh sebagai penerus perusahaan keramiknya.
Putranya hanya dua. Andre dan Daniel. Jadi Andre lah yang paling Jaya harapkan sebagai penggantinya di masa tua.
...●●●●●...
Andre memang pergi dari rumah selepas usai pelajaran di sekolah.
Ia pergi ke Bandung. Menengok sang Nenek juga ziarah ke makam Mamanya.
Biarpun ia tak pernah mengenal secara pribadi pada sang Mama, namun Nenek selalu menceritakan detil soal kebiasaan-kebiasaan wanita yang telah berjuang melahirkannya itu.
Pusara Sang Mama jadi saksi bisu Andre.
Ia hanya bisa menatap sedih hamparan rumput hijau yang menutupi makam Mamanya.
Ameena Zahira, meninggal dunia di usia dua puluh empat tahun. Usia yang masih sangat muda. Andaikan berumur panjang, saat ini usianya sekitar empat puluh satu tahun.
"Ma... Andaikan Mama masih ada, keadaanku tidak akan serumit ini, Ma! Papa bucin banget sama perempuan sund*l itu! Dia kemarin sampe berani nampar Andre, Ma! Hhh... Segalak-galaknya Papa, ga pernah telapak tangannya sampe mendarat di pipi Andre. Tapi kemarin,... bahkan Papa menyerahkan uang jajan Andre langsung pada si Shernita itu! Hhh..."
Andre seperti berkomunikasi dengan almarhumah Mamanya.
Kini ia tepekur sendirian. Cukup lama. Dalam hati ia berdoa, untuk ketenangan sang Mama di alam sana.
....
"Uhuk uhuk uhuk!"
"Nek! Masuk yuk, udara di luar dingin!" ajak Andre ketika melihat sang Nenek batuk.
Makam Mamanya memang masih berada dekat lingkungan perumahan Nenek. Hanya butuh waktu lima menit untuk Andre berjalan kembali ke rumah Neneknya dari makam sang Mama.
Didorongnya kursi roda besi milik Nyai Fatima, yang sudah hampir empat tahun ini menjadi tumpuan bantuan duduknya karena penyakit usia yang menggerogoti.
Usia Nyai Fatima sudah tujuh puluh tahunan, kurang lebih.
Ameena Zahira adalah putri bungsunya. Nyai memiliki tiga orang anak. Dua diantaranya laki-laki dan satu anak perempuan yakni Mamanya Andre.
"Andre..., tadi Papa telepon Nenek. Apa... Andre ada masalah sama Papa?"
"Engga' Nek! Hubungan kami baik-baik saja koq!" jawab Andre selalu menutupi ketidak-harmonisan mereka pada Nyai Fatima.
Andre tak ingin membuat fikiran sang Nenek jadi tak tenang di masa tuanya.
Andre selalu menceritakan kebalikan dari sikap Papa dan sifat Ibu Tirinya pada Nyai Fatima. Semua demi untuk ketenteraman hati sang Nenek yang teramat dicintainya.
Tak pernah sekalipun ia mengeluh. Apalagi curhat soal kekesalan hatinya selama ini.
"Andre...! Kamu sudah dewasa. Sudah tujuh belas tahun dan tahun depan kamu lulus dari Sekolah Menengah Umum. Apa rencanamu selanjutnya?"
Andre bingung. Sang Nenek membuat matanya terbuka lebar.
Ia harus bisa menentukan masa depannya. Ia harus mengambil keputusan tepat untuk rencana hidupnya.
"Andre... akan ikut Nenek! Pindah ke sini setelah tamat SMU. Boleh ya Nek?"
"Lanjut kuliah di Bandung?"
Andre mengangguk. Mengiyakan pertanyaan Neneknya, berharap Sang Nenek menerima keputusannya dan mau menampung dirinya setelah lepas SMU.
Nyai Fatima tersenyum.
"Papamu juga mengharap seperti itu!"
Lega hati Andre. Ternyata Papa tak sebodoh yang ia kira.
Rupanya Jaya juga memikirkan kondisi sang anak pertamanya yang semakin tidak nyaman karena tinggal bersama dirinya juga istri mudanya.
Biar bagaimanapun,... Shernita dan Andre seperti minyak dan air. Sulit sekali disatukan dalam wadah.
Pasti akan selalu ada keributan demi keributan. Dan Jaya serba salah untuk menyikapi keduanya.
Umurnya pun sudah empat puluh empat tahun kini. Namun ia memang mengakui kalau terlalu cinta pada Shernita yang juga telah memberinya satu orang anak laki-laki.
Bahkan sejak kemarin Shernita memprotes dirinya untuk memberikan hak penuh juga dalam mengatur keuangan anak pertamanya dari almarhumah Ameena Zahira.
Jaya sudah memikirkan, untuk mengirim Andre melanjutkan kuliahnya nanti di kota Bandung.
Selain lebih tenteram untuk Andre, putranya itu juga bisa lebih dekat bersama sang Nenek yang tinggal seorang diri.
Jaya tidak pernah mengurus apalagi mengirimi uang kepada Ibunda istri pertamanya. Selain Nyai orang yang cukup berada dan dua putranya pun sukses menjadi pengusaha, Jaya juga selalu diawasi sang istri dalam hal pengeluaran.
Makanya, dengan menitipkan Andre pada Nyai Fatima... otomatis ia menjadi lebih tenang.
Berbeda dengan Shernita. Dibalik opsinya yang menyetujui anak tirinya nanti dikirim ke Bandung, ia ternyata punya niat lain.
Ia berfikir akan bisa semakin menekan biaya pengeluaran untuk Andre dengan alasan, sang Nenek juga bertanggung jawab pada biaya pendidikan cucunya yang selama ini tak ia pusingkan.
Menurut Shernita, Nenek Andre harus punya andil juga. Karena anak lelaki itu adalah cucunya dari almarhumah putri kesayangannya.
Wajar saja jika Nyai Fatima ikut memikirkan biaya kuliah Andre. Begitulah otak jahat Shernita Aurelia.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Winsulistyowati
Dasar Ibu Tiri..Umumnya Jahat..Smangat Andre Say..💪💪👍👍🖐️
2023-03-29
0
pipi gemoy
aneh bener si ibu tiri
yg ada itu anak tanggungan bapak nya, bukan tanggung jawab nenek
hedeh...malahan seharusnya menantu memberi ke nenek Andre karena lebih dari mampu
2022-09-19
1
Senajudifa
salken dr kutukan cinta dn mr.playboy y sdh langsung kufavoritkn thor
2022-07-18
3