2. Sang dewi

Di suatu daerah pedalaman Indonesia. Di sebuah instansi pengobatan pemerintah daerah ( puskesmas ). Terlihat seorang wanita muda sedang memeriksa seluruh tubuh seorang anak.

Anak itu berkulit putih dan bersisik, sang ibu dengan tak nyaman duduk disebelah nya karena tatapan mata sinis dari para pengunjung di balai pengobatan gratis tersebut.

" Ini bukan penyakit kutukan! Akan tetapi penyakit langka yakni Iktiosis adalah sekelompok kelainan kulit yang ditandai dengan kulit kering, menebal, kasar, dan bersisik, seperti kulit ikan. "

" Kondisi ini bisa diwariskan dari orang tua, bisa juga didapat. Iktiosis disebabkan oleh gangguan proses regenerasi kulit."

"Ini bisa si obati bu. Jangan khawatir! Dan saya akan membantunya. " Ujarnya sambil tersenyum. Ke-dua nya mengangguk pelan mengerti apa yang dijelaskan oleh sang dokter muda.

"Kami akan mengusahakan pengobatannya dari pusat akan ada bantuan. Jangan khawatir akan itu. " Lanjut nya sambil mengusap kepala anak kecil tersebut.

Tak lama mereka pun mengundurkan diri setelah penanganan pengobatan selesai. Diganti dengan pasien berikutnya. Itulah kegiatan Steffi Ayuningtyas sebagai tenaga medis yang diperbantukan di daerah pedalaman.

Padahal dia anak. kota yang dilahirkan dan dibesarkan di kota besar. Namun memilih mengabdikan dirinya di daerah pedalaman. Hanya ingin tahu seperti apa kehidupan di sana juga bersiap untuk mempraktikkan ilmu medisnya.

Kekasihnya yang sudah memprotes aksinya namun wanita itu kuat pada pendiriannya. Dan orang tuanya mendukungnya. Walaupun mereka mengetahui ia hanya putri satu-satunya namun panggilan negara dan kewajiban adalah penting.

Steffi Ayuningtyas memiliki seorang kakak laki-laki yang bekerja dengan ayahnya di sebuah perusahaan. Walaupun itu perusahaan kecil namun berjalan dengan lancar.

Nyatanya Steffi Ayuningtyas mampu menamatkan sekolah medisnya dengan lulus tepat waktu dan nilai memuaskan. Sehingga mendapatkan tawaran kerja daerah dan pusat. Namun ia memilih daerah.

Karena mereka membutuhkan tenaga medis dan pengajar seperti yang dilihatnya di siaran TV. Ia penasaran ini itu karena mendapatkan dukungan keluarga dan penawaran dari pemerintah maka ia pun melakukannya.

Walaupun harus berpisah dengan tunangannya dan bertengkar dengan nya terlebih dahulu. Wanita itu kuat dengan pendirian dan prinsipnya. Ia ingin mengenal dan melihat kehidupan di anak pedalamanpedalaman.

Sayangnya ia ditempatkan tidak terlalu jauh dari kota. Tidak seperti rekannya yang sangat pelosok. Steffi Ayuningtyas masih termasuk di desa yang sedikit maju dan modern.

Walaupun begitu adat tradisional masih kental dan kuat. Termasuk kerukunan dan ramah tamahannya. Steffi Ayuningtyas merasakan dihormati oleh di hargai juga tak kesepian karena mereka seperti keluarga.

Baru saja Steffi Ayuningtyas menaruh tas kerjanya dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Terdengar suara pintu diketuk. "Bu. Bu dokter. Tolong saya! " Suara orang memanggilnya.

Seorang pria muda berdiri di depannya dengan peluh dan wajah cemasnya. "Ada apa ya? Apa yang bisa saya bantu? " Tanya Steffi Ayuningtyas menatapnya bingung.

"Bu dokter tolong saya. Istri saya sudah mau melahirkan. Mari dokter saya mohon. " Ucapnya sambil nunggu jawabannya. Steffi Ayuningtyas masuk kembali dan mengambil tas kerjanya lalu mengunci rumah dinasnya.

Mengikuti lelaki itu, dengan motor butut nya Steffi Ayuningtyas di boncengin menuju kerumah lelaki itu. Melewati desa-desa dan persawahan. "Alamatnya dimana pak? " Tanyanya penasaran.

" Desa Wono di pinggir hutan jati. " Sahutnya karena suara nyaring knalpotnya yang tak sering di servis juga bolong karena keropos. Motor ini juga tanpa plat nomornya. Itu pemandangan hal yang biasa di daerah ini.

Steffi Ayuningtyas pernah mendengar daerah ini hanya baru pertama kali ia mendapat pasien di sini. Karena daerah itu masih terkenal mistis dan adat istiadat yang kental sekali.

Buku kuduk nya merinding saat melewati hutan jati yang sepi dan pepohonan yang menjulang tinggi dan besar. Bagaimana ia sudah bertekad sejauh ini, masa ia harus pilih-pilih pasien? Tak lucu batinnya bermonolog.

Sampailah mereka di gubuk lebih tepatnya jika ia menamainya. Bukan rumah seperti kata mereka. " Mari dokter. Silahkan. Saya lebih percaya dokter.

Dukun beranak mengatakan anak saya harus mati saja. Katanya anak dajal. " Serunya. Sambil menatap sang istri yang kesakitan hendak melahirkan. Dan seorang wanita paruh baya menungguinya di samping sambil mencoba menenangkan hati dia.

Ia tadi melewati seorang lelaki di teras yang duduk merokok santai.

Steffi Ayuningtyas melakukan pemeriksaan dan mengeceknya. "Bayinya sungsang." Batinnya. " Detak jantung nya sehat." Ia juga memeriksa sang ibu bayi, "Sehat. Masih pembukaan empat. Dan mengeluarkan air ketuban banyak. " " Baguslah. Tak ada kendalanya yang membahayakan. " Batinnya lagi.

Steffi memberikan arahan untuk tidurnya yang baik agar bayinya bergerak dan tidak sungsang. Ia juga melakukan pijatan ringan. "Bilang ya jika sakit, teriak atau bagaimana mhm? " Perintah nya. Wanita muda itu menganggukkan kepalanya.

Tahap demi tahap proses nya dilaluinya, wanita itu masih meringis kesakitan walau tak seperti pertama kali ia datang. "Rileks, tenang tarik nafas.. " Steffi terus menerus memberikan arahannya.

Sambil melihat arah bayinya yang sudah normal kembali. Hatinya bersyukur atas itu. Karena setiap ia memijat perut sang ibu ia selalu berdoa dan berbicara dengan bayinya. Terdengar remeh dan lucu namun ia ingin keduanya selamat dan sehat.

Sudah waktunya nya kepala bayi terlihat keluar. "Segera dorong yang kuat setelah aba abaku! 1..2...3 Dorong! Bagus terimakasih sudah berhasil. Laki-laki, ibu hebat. " Ujarnya sambil memotong tali pusat dan bapak muda itu berucap syukur.

"Terimakasih bu dokter. " Serunya sambil menerima bayinya saat di sodorin Steffi Ayuningtyas. Wanita itu langsung melakukan perawatan sang ibu yang tersenyum bahagia juga sabg nenek.

Lelaki itu masuk dan tersenyum bahagia melihat bayi laki-laki montok itu. " Ibu. Masa bersalinnya lama karena bayinya sungsang dan tidak pada jalur tempat nya.

Makanya sakitnya sangat. Anda hebat mampu melewati semuanya. " Puji nya dengan melakukan perawatan kesehatan padanya. Wanita itu terkulai lemas dan mengangguk.

"Jangan tidur dulu ya bu. Menunggu beberapa jam lagi ditahan dulu. " Ujarnya memperingatkan. Lagi-lagi dia mengangguk paham.

Steffi Ayuningtyas melakukan pembersihan tubuh pada wanita itu hingga bersih dan juga memberikan perawatan medis semestinya.

Kemudian ia berpindah pada bayinya, membersihkan dari bekas darah sang ibu. Dan melakukan pemeriksaan ulang secara intesif lagi.

"Ibu dan anak sehat. Saran saya jangan berhubungan intim dulu sebelum nifas selesai minimal 30 hari. Karena bayinya besar dan sehat saya menjahit agak lama. Karena luka robeknya. " Jelas Steffi Ayuningtyas pada bapak muda itu.

"Kalau bisa ber kb dulu. Memberikan jarak asupan nutrisi anak satu dengan anak keduanya nanti. Agar mereka sehat dan pintar karena Anda menjaga imbang nutrisinya akan susu dari asi ibu dan makanannya. " Jelasnya.

" Saya akan ke sini memberikan suntikan KB jika di jemput seperti ini. Maaf karena saya hanya mempunyai sepeda kayuh saja. " Ucap Steffi

"Saya berterimakasih banyak bu. Dan saya senang atas pertolongan Anda. Saya akan jemput akhir bulan ini. " Katanya bersemangat.

Matanya tak luput dari bayinya yang sehat dan tampan.

"Baiklah." Mereka pun berbincang cukup lama. Stefi menginap di sana . Karena hari sudah malam dan mereka tiba di sana menjelang petang. Penerangan hanya lampu pijar dari alat tradisional itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!