3.

Sebuah peluru berhasil di keluarkan dari tubuh seorang pria bertubuh kekar. Tanpa meringis kesakitan sedikit pun seolah sudah terbiasa.

Satu tangannya tengah di balut oleh seorang temannya yang ahli dalam ilmu kedokteran. Sedangkan tangan yang lain memegang sebuah bingkai foto yang terisi wajah cantik seseorang. Tatapan yang datar entah apa perasaan yang dia rasakan begitu sulit untuk di tebak

"Sudah selesai?" tanyanya datar tanpa menatap sahabatnya itu

"Sudah" Pria itu berdiri dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Duduk di kursi kebesarannya dan memulai bekerja.

Matanya menatap layar laptop yang sedang menyala itu. Sedangkan jari jarinya menari di atas tuts keyboard. Bola mata berwarna biru yang indah itu bergerak gerak menatap dengan serius.

Dua jam berada di dalam ruang kerjanya membuatnya suntuk. Langkah kaki pria itu melangkah keluar menuju ruang terbuka.

Pepohonan berlambai lambai terkena terpaan angin. Jalan setepak tampak sangat indah dengan di hiasi oleh dedaunan berwarna oranye. Indah. Sangat sejuk di pandang mata.

Pria itu memejamkan matanya menikmati sapuan angin yang mengenai wajahnya. Setidaknya dirinya merasa sedikit rileks setelah menyelesaikan setumpuk pekerjaan yang memusingkan otaknya.

Seorang pelayan menundukkan tubuhnya. Berbicara sesuatu yang mengalihkan perhatian pria itu seketika.

"Nyonya besar sudah ada di depan tuan"

Mata pria itu menajam. Gila. Dia masih harus menyelesaikan sebuah misi namun wanita itu datang. Kedatangannya tentu saja mengganggu rencananya itu.

.

.

Alina mengendarai mobilnya dengan sibuk memainkan ponsel yang ada di tangan kirinya. Tanpa sadar sebuah mobil hampir saja ia tabrak. Alina mendongak dan terkejut tiba tiba sebuah mobil sudah berada di depan mobilnya.

Citt

Terpaksa. Alina harus mengerem mendadak jika tidak maka kecelakaan akan terjadi. Alina keluar dari mobilnya dan menemui sang pemilik mobil yang hampir saja ia tabrak.

"Bagaimana caramu menyetir" ucap Alina

"Kau yang melewati batasmu nona" ucap pria sang pemilik mobil yang hampir dia tabrak tadi.

Alina menoleh. Benar yang dia katakan. Alinalah yang melewati batas yang seharusnya.

"Maaf" ucap Alina singkat dengan dingin. Alina berjalan masuk ke dalam mobilnya kembali.

"Hanya dengan kata maaf?" ucap pria itu dengan alis terangkat satu.

"Lalu?" tanya Alina membalas ucapan pria itu. Tangannya bersedekap dada. Tatapannya tak kalah tajam dengan tatapan pria di hadapannya.

"Setidaknya kau harus meminta maaf dengan benar" ucap pria itu

Alina memajukan tubuhnya hingga hanya berjarak beberapa senti saja dengan pria itu.

"Lalu bagaimana cara meminta maaf yang benar" ucap Alina

Pria itu memajukan wajahnya hingga hidung keduanya saling bersentuhan. Pria itu meniup pelan wajah Alina hingga Alina memundurkan wajahnya beberapa senti.

Senyum kecil terbit di bibir pria itu. Tangannya memegang tengkuk Alina dan kembali mendekatkan wajah mereka.

"Katakan maaf dengan benar" ucap pria itu dingin. Tatapannya seperti elang memindai seluruh wajah cantik Alina. Mulai dari alis kemudian beralih pada hidung mancung Alina dan berakhir pada bibir manis Alina.

"Aku minta maaf" ucap Alina penuh penekanan dan memundurkan tubuhnya.

Dengan gerakan cepat pria itu menarik kembali tubuh Alina dan menahannya dengan tangannya.

"Maafmu aku terima" Pria itu mendekatkan wajahnya hendak mencium pipi Alina. Alina langsung memundurkan wajahnya dan menampar pria yang tidak dia kenal itu.

Bukannya marah, pria itu malah tertawa kecil mendapat tamparan manis dari tangan wanita cantik di depan matanya.

"Ansel" ucap pria itu menyebutkan namanya

"Semoga kita bertemu lain waktu" ucap Ansel

"Tidak akan" ucap Alina dan langsung mrlepaskan diri kemudian masuk ke dalam mobilnya

.

*Like dan Komen*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!